Bisakah semua kembali seperti dulu?
"Gaara-kun." Gaara menoleh, tersenyum tipis saat melihat Hinata duduk di sampingnya dengan segelas susu hamilnya. Semakin hari wanita hamil itu semakin gemuk, tidak pernah ada kata bosan dalam benak Gaara ketika melihat Hinata dan perut buncitnya. Sehari tak melihatnya, akan membuat Gaara kehilangan separuh tenaganya. Lalu, bagaimana nanti jika Gaara tidak akan melihat Hinata untuk selamanya.
"Gaara! Apa kau yakin? Hinata tidak akan mengijinkan mu melakukan hal itu."
"Aku tau hal itu." Langkah kakinya mendekati ayunan di taman bermain, "jaga dia dan anak ku. Jika hal buruk terjadi padaku."
Ada rasa yang tak bisa dijelaskan yang hinggap dalam hati Kankuro, sakit mungkin. Atau lebih dari itu. Ingin dia menyalahkan takdir yang membuat mereka terlahir menjadi seorang shinobi, seorang ninja. Bahkan memiliki darah Kazekage dalam diri mereka tak lantas membuat hidup mereka penuh dengan kenyamanan dan kemewahan. Justru semua itu harus mereka bayar dengan kerja keras dan bahkan nyawa mereka.
Suna bersaudara, memiliki darah murni keturunan Kazekage.
Kankuro ingin mengutuk siapa pun, yang mengatakan jika mereka ingin hidup seperti mereka bertiga. Sungguh! Semua yang mereka pikir dan lihat, pada kenyataannya tak seindah itu.
"Gaara-kun. Kau melamun?" Hinata menyentuh pipi Gaara, "ada apa? Kau bisa bercerita pada ku. Aku istrimu, sudah seharusnya kita saling berbagi dalam susah dan duka.
"Aku juga ingin, kau bersandar di pundak ku, bukan hanya aku yang bersandar di pundak mu. Aku juga ingin memelukmu, bukan hanya kau yang memelukku. Aku ingin kau tau, bahwa aku selalu disini, disisi mu. Tolong, bagi setiap resahmu pada ku juga."
Gaara tersenyum, namun sial air matanya ikut mengalir. Rasanya semakin hari waktunya bersama Hinata semakin menipis. Semoga semua berjalan sesuai rencana. Hanya itu harapan Gaara. Dia membiarkan Hinata memeluknya, mengelus sayang surai merahnya. Gaara tak mampu berkata-kata, tenaganya sudah habis dia ingin Hinata tidak tau apa yang tengah dipikirkannya.
"Aku mencintaimu, Hinata. Juga bayi kita. Aku akan melakukan apa pun untuk kalian berdua. Apa pun! Termasuk mengorbankan nyawaku." Ingin Gaara mengatakan semua itu, tapi, dia tak ingin Hinata terluka.
"Aku ingin menjenguk bayi kita." Hinata menegang mendengar perkataan Gaara. Namun sedetik kemudian dia mengangguk.
Wajahnya terlihat lebih lelah dari biasanya, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum kecil. Gaara langsung tertidur setelah 'menjenguk' bayi mereka, Hinata dengan bebas menelusuri setiap inci wajah Gaara. Sudah menjadi kebiasaannya untuk melakukan hal itu, ada yang kurang jika setiap bangun atau sebelum tidur dia tidak melakukan hal itu.
Malam semakin larut, bahkan suhu dingin pun semakin menusuk hingga ke tulang-tulang setiap orang. Tapi, pria itu masih berdiri tegap dalam kegelapan malam, melawan segala rasa dalam dirinya.
"Bagaimana?"
"Dia melarikan diri. Sepertinya ada mata-mata yang membantunya."
"Sial!!"
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kembali lah! Kalian berdua butuh istirahat."
"Jika ini untuk Kazekage," kedua pria itu bersujud di depan pimpinan mereka, "nyawa pun akan kami berikan!"
Hembusan napasnya bahkan terdengar jelas, "aku pun akan melakukan hal yang sama."
**((bersambung))**
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto