Janji ch 17

747 81 22
                                    

Maaf, aku yang menyebabkan luka. Menorehkan kenangan pahit. Aku hanya takut.

RiyanaSabaku






















Sejak memilih menjadi tumbal pernikahan politik antar desa, Hinata sudah siap menjalani hidup dengan pria asing seperti Gaara. Orang yang tidak pernah dia pikir akan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, orang yang tidak pernah dia duga untuk menjadi tulung punggungnya, orang yang akan tidak pernah dia pikir untuk mencintainya sebesar ini. Orang yang rela mengorbankan nyawanya demi menjaga keutuhan dan keamanan desa yang dipimpinnya.

Gaara. Bahkan menyebut namanya saja hampir tidak pernah dilakukan Hinata. Hinata hanya tau, dia adalah seorang pemimpin desa Sunagakure sahabat baik Uzumaki Naruto, pria yang telah mencuri hati Hinata dari bocah hingga remaja.

Hinata tak pernah mengira, Gaara akan menjadi orang terpenting dalam hidupnya. Bahkan menjadi ayah dari anaknya.

"Dia sangat mirip dengan ayahnya, Gaara." Suara Naruto tidak mampu lagi menggetarkan jiwa wanita Suna itu, tidak mampu lagi membuat rona merah menghiasi wajahnya.

"Aku turut sedih atas apa yang menimpa Gaara. Kau harus bisa merelakan dia, kau tau...." Naruto mengjentikan kalimatnya saat Hinata berdiri dari duduknya.

"Maaf, Hokage-sama. Saya bukan warga Konoha. Jadi anda tidak perlu repot-repot mengurusi hidup saya. Saya...."

"Apa aku tidak boleh, melindungi sahabatku? Apa aku tidak boleh, Hinata? Jangan terlalu menyalahkan orang lain atas apa yang menimpa Gaara. Itu semua pilihannya."

Belum sempat membalas perkataan Naruto, "ka-san, aku lapar." Sepasang iris hijau itu menatap Naruto dengan bingung.
Mengerti dengan situasi yang terjadi, "aku sahabat ayahmu, Naruto."

"Benarkah?" Akira nampak berpikir, "tapi, ka-san tidak pernah bercerita tentang paman."

"Akira, jaga sopan santunmu. Paman ini adalah Hokage desa Konoha."

Naruto hendak protes perkataan Hinata, "maaf paman, tidak, Hokage-sama."

Naruto miris, bocah itu begitu patuh pada sang ibu. Perubahan sikapnya pun berubah menjadi sangat kaku setelah tau Naruto adalah seorang kage.

"Kau bisa memanggilku, paman. Aku ini sahabat ayahmu." Tangannya terulur untuk mengusap surai merah Akira.

"Maaf, Hokage-sama. Kami harus pulang."

"Biar aku yang mengantar..."

"Tidak perlu." Potong Hinata cepat.

Naruto tidak pernah berharap hal yang seperti ini. Jelas, Hinata bukan hanya melupakannya, menghindarinya bahkan dia juga tidak pernah menyebut namanya dihadapan Akira.

"Seberat itu kah, kesalahan ku?"











"Naruto-kun, a-aku... men-n-nyukaimu." Rona merah dan wajah menunduknya, dia sembunyikan dari pria kuning itu.

"Naruto-kun... a-ak..."

"Hinata, aku hanya menganggapmu sahabatku. Sama seperti yang lainnya."

"Ta-tap-pi... Naruto-kun..."

"Maaf, Hinata."


"Ka-san, paman tadi siapa?" Akira masih tetap penasaran dengan Naruto. Pria itu mengaku sahabat ayahnya.

"Akira. Kau menyayangi ka-san?" Akira mengangguk, "kau menyayangi tou-san mu?" Sekali lagi, Akira mengangguk.

"Jangan membicarakan hal ini lagi."

Akira tersentak, ibunya bahkan menangis ketika mengatakan hal itu.

"Ka-san, maafkan aku. Aku mohon, jangan menangis. Aku janji tidak akan membicarakan paman Hokage lagi."

Hinata tau, tidak seharusnya dia melarang hal itu. Tapi, separuh hatinya masih menyimpan luka lama atas kenangan yang coba dia lupakan.

"Gaara. Tolong! Kembali lah!"

Dia masih terus berharap.

"Apa kau tidak ingin melihat keluargamu? Anakmu? Istrimu?"

"Aku sangat ingin! Rasanya seperti akan meledak dadaku, setiap melihat dia menangis di makam kosong itu."

"Kembali lah, pada mereka."

"Tidak bisa. Aku bahkan bukan Gaara yang dulu lagi."

"Hinata-sama, bukan wanita yang mencintai pria karena fisiknya. Saya yakin, Hinata-sama pasti akan...."

"Tinggalkan aku sendiri."

"Kazekage-sama."

"Ini perintah!"
















***((bersambung))**

*pstt... Tolong tinggalkan jejak.
*jejak yang bisa menyambungkan percakapan yang kocak😂😂

**Yang cariin Gaara tu😂

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang