Janji ch 25

846 73 2
                                    


10 tahun kemudian.....

"Nisan, lihat, aku berhasil menangkap kelincinya." Azuka bocah laki-laki yang berambut mirip ibunya itu menunjukan kelinci kecil yang berhasil dia tangkap dengan perangkap yang dibuat ayahnya di kebun. Yang memasang perangkap untuk kelinci. Sementara pria yang dipanggil nisan itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol adiknya yang mencium dan memeluk erat kelinci miliknya.

"Ayo pulang! Kasan dan tousan sudah sudah menunggu kita." Akira berjongkok di depan adik kecilnya. Memberikan punggungnya agar Azuka naik ke punggungnya.

Akira berjalan dengan tenang sambil menggendong sang adik. Suasana di desa sangat jauh berbeda dengan di Suna. Sudah beberapa tahun kedua orang tuanya memilih untuk meninggalkan Suna dan hidup di desa. Mereka memilih hidup sebagai petani dan menjadi masyarakat biasa tanpa embel-embel shinobi yang melekat pada diri keduanya.

Akira mengeratkan pegangannya pada Azuka. Dia menatap dalam diam beberapa anbu dan jounin yang sudah lama tidak dia lihat lagi. Mereka yang menyadari kehadiran Akira segera memberi hormat padanya.

"Akira-sama, lama tidak berjumpa. Anda semakin bertambah tinggi dari yang dulu." Sapaan ramah seorang jounin itu tidak digubris oleh pria berdarah Kazekage itu. Baginya basa-basi hanya akan membuang waktu dan menghambat langkahnya.

Azuka bergerak pelan di balik punggung kakaknya. "Niisan, kenapa banyak orang di rumah? Siapa mereka? Kenapa pakaian mereka aneh? Kenapa paman itu memakai topeng?" Azuka yang tidak pernah melihat penampilan aneh seperti itu malah ketakutan. Dia mengeratkan pegangannya pada leher Akira.

"Menyingkir dari hadapan ku!" Tanpa diperintah dua kali mereka segera menyingkir. Memberi ruang pada Akira untuk masuk ke dalam rumah. Di dalam Akira langsung memutar langkah agar menghindari percakapan orang tuanya dan pamannya, Kankuro. Pria yang beberapa belakangan ini tidak pernah dilihat Akira. Pamannya hanya berkunjung jika ada masalah mendesak. Menyangkut urusan desa dan urusan yang membuat kepala ayahnya pusing setiap kali pamannya berkunjung.

"Nisan, kenapa banyak orang aneh di rumah kita?" tanya sang adik. Akira tersenyum. Dia ikut duduk di samping tempat tidur Azuka, "mereka adalah tamu kasan dan tousan."

"Tapi pakaian mereka aneh, tidak sama dengan orang-orang di desa ini." Meski masih kecil namun tingkat kepekaan Azuka sangat bagus. Sering menemani kakanya belajar dan membaca berbagai macam bacaan membuatnya mengerti banyak hal.

"Gaara, para tetuah sudah mendesak. Mereka menginginkan Akira sebahai Kazekage selanjutnya." Gaara hanya diam saja. Sementara Hinata wanita itu sudah gelisah, ingin menolak. Tapi takdir telah menorehkan darah Kazekage pada putra sulungnya.

"Aku tahu, ini berat bagimu dan Hinata. Aku pun tidak bisa berbuat apa-apa." Kankuro menyesali dirinya yang memang selalu tidak mampu melindungi keluarganya sendiri.

"Aku siap menjadi Kazekage Suna menggantikan paman." Ketiga orang dewasa yang berada di dalam dibuat terkejut dengan pernyataan lantang Akira. Kankuro menelan ludahnya kasar, dia seperti melihat Gaara di masa lalu. Yang masih dipenuhi dendam dan kebencian.

Kankuro menoleh pada keponakannya, Akira terlihat biasa saja. Tidak ada senyum cerah dan sambutan hangat pada pamannya. Hahhh.. Benar-benar titisan Gaara. Minim eskpresi. Batin Kankuro.

***(((tbc)))****

Maafkan kalo banyak typo ;)

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang