Janji ch 13

801 88 4
                                    



Bukan aku tak ingin menepati janji, bukan aku ingin lari, bukan!
Hanya saja, keadaan yang memaksa ku untuk pergi.
          
           RiyanaSabaku








































Tempat itu dipenuhi ribuan kunai, shuriken bahkan cairan pekat berwarna merah menghiasi dinding gua. Beberapa jounin dan anbu terkapar tak berdaya, berbeda dengan dua orang pria yang masih berjuang untuk hidup.

"Gaara. Pengang yang erat!"

Kankuro merasa tangannya sebentar lagi akan terlepas, kunai yang menancap pada bahu kirinya membuat dia tidak bisa bergerak bebas.

"Kankuro."

Sial! Matamya memanas, Kankuro menangis. Dia merasa menjadi kakak yang buruk. Pegangannya semakin melemah, darah dibahu kirinya terus mengalir. Sakit sekaligus perih, namun ditahan. Gaara pun sama parahnya seperti Kankuro. Chakranya sudah terkuras habis, luka pada perutnya memperburuk kondisi Gaara.

"Nii-san."

Stop! Kankuro ingin berteriak. Dia tidak sanggup mendengar kata itu, dia selalu takut mendengar kata itu. Dulu ibunya pernah mengatakan kata 'nii-san' tapi, kemudian dia mendapati ibunya telah pergi.

"Tolong! Jaga Hinata dan anakku...."

Kankuro menggeleng. Suaranya tak mampu keluar, yang bisa dia lakukan hanya menangis.

"GAARA!!!"

Berusaha mengumpulkan napas sebanyak-banyaknya, "sial! Mimpi buruk." Kankuro harus memikirkan ulang rencana Gaara, dia tidak ingin mimpi itu jadi kenyataan. Demi apa pun, lebih baik dia saja yang menggantikan Gaara.

"Tingal sedikit lagi, semua dendamku akan terbalas."

Dia tersenyum senang, sudah sekian lama hari ini dia tunggu-tunggu. Kesabarannya selama belasan tahun membuahkan hasil, bahkan lebih cepat dari rencananya.

"Jangan menyalahkan ku. Ini semua salahmu, kau yang membuat anak-anakmu, bahkan calon cucumu tidak akan memiliki ayah."

Suara tawanya memenuhi ruangan yang hanya diterangi cahaya lilin, dia menatap penuh kebencian pada bingkai foto Kazekage ke empat. Orang yang telah menorehkan luka yang tak mampu dia obati hingga saat ini.

"Temari-nee."

Temari dan Shikamaru menoleh secara bersamaan, Hinata masuk kemudian disusul Gaara dari belakang.

"Hinata."

"Maaf. Aku baru bisa menjengukmu sekarang."

Temari memaklumi hal itu, "aku tidak apa-apa," pandangannya beralih pada perut Hinata, "bagaimana kabar keponakan ku? Apa dia rewel?"

Hinata menggeleng, "tidak, Temari-nee. Dia anak yang baik."

Shikamaru bahkan Gaara mereka berdua tersenyum melihat dua wanita itu, mereka terlihat begitu bahagia.

"Apa kau sudah menceritakannya pada Hinata?" Shikamaru dan Gaara kini berada di luar, mereka sengaja meninggalkan Hinata dan Temari saling melepas rindu.

"Belum. Dan aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya."

"Sudah ku duga. Tapi, kau pasti akan menyesal..."

"Tidak akan." Gaara dengan cepat memotong perkataan Shikamaru, "aku melakukan ini demi Suna, demi Hinata dan juga demi anakku."

"Kau egois!" Gaara menoleh, dia mendapati tatapan penuh emosi dari Shikamaru, "lalu bagaimana dengan Hinata, lalu dengan..." Shikamaru menggantung ucapannya, "anakmu" lirihnya pelan.

"Aku percaya. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan melakukannya sesuai rencana."

"Kita perlu mengatur ulang rencanamu, Gaara." Ke duanya menoleh, mereka mendapati wajah Kankuro yang tidak seperti biasa. Shikamaru bisa merasakan jika pria itu tengah memikul beban berat di pundaknya.

Sama seperti sebelumnya, Gaara bersikap biasa saja. Dia tidak ingin Hinata curiga dan itu akan berakhir dengan gagalnya rencana yang sudah dia susun dengan matang. Gaara percaya, percaya bahwa dia mampu melindungi apa yang berharga baginya. Dia tidak akan pernah menyesali hal itu.

"Aku percaya, Hinata. Percaya bahwa perjuangan dan pengorbanan ku tak akan sia-sia." Gaara menatap matahari Suna, baginya tanah gersan dan bergurun itu akan menjadi tempat yang sanggup menjadi tempat ternyaman bagi anaknya kelak.

Air matanya mengumpul dan jatuh di atas gurun, bahkan sejak dia memilih untuk melalui jalan ini. Dia selalu merasa bersalah, sepanjang waktunya hanya dia habiskan untuk bersama Hinata.

"Kemungkinan berhasilnya hanya lima persen," ujar Shikamaru.

Baik Kankuro maupun Shikamaru hanya bisa menyiapkan rencana cadangan, agar bisa mengantisipasi hal buruk yang akan terjadi.


































**((bersambung))**




Makin pendek setiap ch nya😉😉

Ini mendekati ide ide buntu!!!!






JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang