Aku masih disini, masih menunggumu. Masih setia dengan janji kita dulu.
RiyanaSabaku
Konoha masih terlihat sama seperti beberapa tahun yang lalu. Hinata memantapkan hatinya, dia harus siap bertemu dan bertatap muka dengan sang mantan pria yang pernah singgah dihatinya. Naruto Uzumaki. Pahlawan perang dan seorang Hokage desa Konohagakure.
Pahlawan perang.
Membuat sesuatu di dalam dirinya meringis, bukankah sang pujaan hatinya juga seorang pahlawan perang. Seorang pemimpin pasukan perang dunia ninja dalam melawan Madara Uchiha.
Gaara Sabaku, Kazekage termuda sepanjang sejarah dunia ninja. Pria yang telah memberikan seluruh cintanya pada Hinata, bahkan rela kehilangan nyawanya demi desa tercintanya.
Dadanya terasa sesak, air mata memaksa untuk meruntuhkan pertahanan sang ibu beranak satu itu. Dengan perlahan Hinata menatap putra sulungnya yang sedang bercerita dan bermanja-manja dengan sang kakek.
Dia tau, putranya membutuhkan sosok seorang ayah. Meskipun hal itu selalu didapat dari Kankuro, tapi, tetap saja Hinata merasa dia ingin Gaara yang melakukan semua itu bukan orang lain. Sekalipun itu ayahnya ataupun Kankuro sebagai saudara kandung Gaara.
"Sudah lama sejak dia dinyatakan hilang. Apa kau masih betah menunggunya? Sampai sekarangpun, tak ada hasil pencarian yang menunjukan dia masih hidup atau sudah mati."
Hinata menatap diam sahabat satu timnya dulu, Kiba Inuzuka.
Bukan maksudnya ingin mengungkit luka Hinata. Hanya saja dia juga ingin melihat sahabat baiknya bisa kembali ceria dan tersenyum seperti dulu.
Hinata menunduk, setetes air mata membasahi pakaiannya.
"Sampai saat ini, dan sampai napas ini berhenti berhembus," air mata telah membasahi wajahnya, "sampai saat itu tidak ada yang bisa membuatku lelah untuk berhenti menunggunya."
Kiba mengerti, alasan Hinata tetap bisa bertahan selama ini adalah Akira Sabaku, putra tunggalnya yang merupakan bukti cinta sang Kazekage kepada mantan heires Hyuga tersebut.
"Kau tau Hinata, kau hanya menyiksa dirimu sendiri. Menunggu hanya akan menambah harapan palsu."
Hinata bangkit dari duduknya, raut wajah yang semula penuh luka kini berubah datar dan dingin. "Kau tau apa tentang Gaara? Dia akan menepati janjinya untuk selalu berada disisiku sampai kapanpun. Yang perlu aku lakukan hanya menunggunya. Menunggunya untuk kembali bersama keluarga kecil kami."
"Bagaimana kabarmu, tuan Hokage?"
Naruto mendengus, "sapaanmu terdengar buruk. Tuan Kazekage." Kankuro tertawa lepas mendengar balasan Naruto.
"Kau nampak seperti seorang penderita insomnia. Wajahmu kusut."
Tawa kedua orang itu terdengar sampai keluar ruangan hokage. Setelah selesai mengadakan pertemuan lima kage, Kankuro memutuskan untuk berbicara dengan Naruto terkait hubungan kedua desa.
"Bagaimana kabarnya?"
Kankuro tersenyum miring mendengar nada serius terlempar dari sang hokage, "masih sama."
"Kapan kalian kembali ke Suna?"
"Besok."
Naruto juga Shikamaru terkejut mendengar hal itu.
"Bukankah itu terlalu cepat?" Suara Shikamaru mewakili pertanyaan Naruto.
"Hinata yang memintanya."
Mendengar nama itu, Naruto tersenyum sendu. Sudah lama dia tidak melihat senyum dan mendengar suara wanita yang masih setia mengisi hatinya.
"Aku permisi."
Kankuro harus mengambil tindakan sebelum pembicaraan ini semakin menyulitkan kedua pemuda yang dilanda badai rindu kepada kedua wanita Suna itu. Shikamaru yang masih menunggu Temari dan Naruto yang masih berharap pada Hinata.
Menyedihkan. Tapi, pilihan sudah dibuat, mereka tetap mencintai dengan cara mereka. Meskipun kondisi dan keadaan memaksa untuk berhenti dengan paksa.
"Ka-saan, aku akan pergi dengan kakek. Boleh kan?" Akira memasang wajah memelasnya agar Hinata mengijinkannya untuk pergi.
"Tentu saja. Tapi, jangan berbuat ulah disana!" Akira bersorak girang. Bocah itu memeluk sang ibu atas ijin yang diberikan.
Semua warga Konoha tersenyum ramah dan menyapa kepala klan yang terpandang di Konoha itu. Mereka terkejut, mendapati cucu pertamanya yang merupakan anak Kazekage Suna itu begitu mirip sang ayah. Sebagian warga ada yang merasah sedih melihat betapa mirisnya bocah itu tumbuh tanpa ada sosok ayahnya.
"Wah, siapa namamu?" Salah seorang bertanya.
Akira tak pernah merasa kaku dengan Konoha, baginya Konoha sama dengan Suna. "Akira. Akira Sabaku." Hiashi hanya menanggapi hal itu dengan senyum singkatnya. Dia bahagia bisa memperkenalkan Konoha pada cucu kesayangannya.
Rasa bersalah muncul dalam hatinya, seandainya dulu Hinata tidak menikah dengan Gaara pastilah putrinya tidak akan seperti sekarang ini. Menjadi seorang janda. Dan pastilah cucunya akan merasakan kasih sayang sang ayah.
"Maafkan kakekmu, Akira." Hiashi hanya mampu mengucapkan maaf dalam hatinya, bagi dirinya, terlalu berdosa dan tak pantas untuk meminta maaf kepada anak maupun cucunya. Karna keegoisan dirinya dan klan, akhirnya anak dan cucunya harus menanggung semua luka ini.
*(((bersambung)))***
Wkwkwwkk.... Tinggalkan jejak pleassss... 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto