Janji ch 19

674 67 2
                                    

Salam untuk semua pembaca setia, Janji...

Maaf baru bisa up. Semoga ga mengecewakan kalian semua..

Maafkan jika typo bertebaran dimana-mana....😁😁






"Sekarang kau bisa kembali pada Naruto."

Bagai disambar petir disiang bolong, perkataan atau lebih tepatnya pernyataan bodoh itu terucap dari pria berambut merah tersebut. Hinata pikir setelah sekian lama berpisah, mungkin pria didepannya ini sedang pura-pura amnesia atau mungkin dia sedang membuat gurauan. Tapi sayang, Hinata tahu pria ini tak pernah melucu dan tak punya bakat untuk sekedar membuat gurauan receh sekalipun.

"Gaara."

Gaara menarik napas sejenak, "kembalilah, aku yakin dia juga masih menunggumu."

Hinata ingin sekali memaki-maki pria didepannya ini. Perasaan rindu dan air mata bahagia perlahan berubah menjadi sumpah serapah yang justru ingin membludak dari bibirnya yang mengatup rapat. Kalau saja dia tidak ingat untuk apa mereka berkumpul di tempat ini. Akira. Putranya itu sedang berjuang diantara hidup dan matinya.

"Aku tidak ingin mendengarmu bicara. Tolong mengerti keadaan ku. Aku hanya ingin putraku baik-baik saja." Hinata menunduk dengan air mata yang sudah berjatuhan. Temari dengan sabar memberikan kekuatan dan kesabaran pada adik iparnya.

"Seharusnya kau yang berada di dalam sana, bukan Akira." Kankuro menatap tajam adik bungsunya dengan kemarahan yang memuncak. Pria tidak tahu diri, batinnya.

"Apa aku terlalu kejam?"

"Kazekage-sama."

"Aku hanya ingin dia bahagia. Aku pria cacat, tidak berguna. Tidak bisa melindunginya lagi. Aku bukan Gaara sang Kazekage si pengendali pasir."

Gaara maju selangkah, mendekati kawat pembatas yang dipasang di atas atap rumah sakit Suna. "Aku manusia sampah." Tawa sumbang meluncur dari bibir pucatnya. "Bahkan untuk melindungi putraku saja aku tak mampu melakukannya."

"Kazekage-sama, anda..."

"Aku bukan Kazekage lagi, aku sampah. Atau lebih buruk dari itu." Saat mengatakan hal tersebut Gaara merasa semua seperti mimpi buruk baginya. Dia harus rela melepas wanita yang berharga dalam hidupnya. "Seharusnya dulu aku mati saja, bukan malah hidup dan menanggung beban seperti ini. Aku cacat dan tidak berguna. Lebih buruk dari seekor anjing jalanan."

Bayangan peristiwa penghianatan Ebisu-sama membuat Gaara pernah berjanji untuk tidak lagi menampakkan dirinya di depan rakyat Suna. Terutama keluarga dan Hinata dan anaknya. Dia bukan Gaara yang dulu lagi. Gaara yang hebat dan mampu menumbangkan semua musuh-musuhnya dalam hitungan detik. Gaara yang sekarang adalah manusia tidak berguna. Mungkin dengan membunuh semut pun dia butuh tenaga ekstra.

"Gaara. Apa maksud semua ini? Jelaskan pada ku, apa kau...?"

"Hm."

"Bagaimana bisa? Maksud ku.."

"Sekarang kau mengertikan, Kankuro. Jadi, biarkan aku menyelesaikan urusan ku dengan Hinata."

Kankuro menulikan telingannya, sambil melipat tangan didepan dadanya. "Lakukan hal itu, maka akan ku patahkan kaki dan tanganmu saat itu juga." Dia tersenyum sinis dan meremehkan Gaara dengan sangat jelas. "Bukankah sekarang kau hanya anjing jalanan, tidak berguna dan hanya bisa menggongong. Akan kupastikan kau akan lebih buruk dari sekarang. Tidak peduli kau adik kandung ku."

Kankuro membanting pintu dengan keras hingga menyebabkan salah satu engselnya lepas. Gaara tahu, Kankuro tidak akan main-main dengan kata-katanya. Sekalipun sikap dan pembawaan pria itu sangan konyol dan kocak, tapi, dia bisa jadi lebih menyeramkan dari Gaara jika dia benar-benar marah.

"Ku dengar dia sudah kembali." Pria dengan asap rokok yang mengepul dari bibirnya itu berbicara dengan tenang. Mengabaikan lawan bicaranya yang hanya diam memandang desa kelahirannya dari balik jendela kaca kantor Hokage.

"Tapi, ada sesuatu yang aneh padanya. Dia tidak bisa menjadi ninja lagi."

Naruto paham maksud Shikamaru, "aku tahu."

"Yang aku takutkan adalah jika para damiyo dan kage lainnya tahu tentang hal itu. Mereka pasti akan meminta Gaara mundur sebagai Kazekage."

"Aku tahu."

"Bisakah kau mengatakan hal lain, selain aku tahu, aku tahu secara terus-menerus. Itu sama sekali tidak membantu, Naruto." Naruto memutar kursi kebesarannya. Menghadap beberapa orang penting di dalam ruangannya. "Lalu aku harus apa?"

Semua diam. Mereka pun memikirkan hal yang sama. Apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu sekutu terdekat mereka, Suna. Terutama Gaara.



***((bersambung))***

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang