Datang sering terlambat, kadang dia terlihat sangat abstrak. Tapi rasanya menyakitkan ketika tidak pernah menyadarinya bahkan hingga dia berjalan menjauh...
Menghabiskan waktu liburnya dengan menemani Hinata membersihkan rumah. Hinata sibuk dengan peralatan dapur dan Gaara sibuk dengan ember dan kain pelnya, pria itu sibuk membersihkan lantai rumah mereka.
"Hinata, apa meja kaca ini perlu dibersihkan juga?" tanya Gaara.
Sementara yang ditanya hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang out of the carakter itu. Kakinya melangkah pelan mendekati pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
"Aahhhh..." Kakinya menginjak kain pel yang diletakan Gaara dekat kaki meja. Hampir saja tubuhnya menghantam lantai keramik kediaman Sabaku jika Gaara tidak cepat menolongnya.
Hinata menutup matanya rapat-rapat, tidak sedikitpun tubuhnya merasa sakit. Rasanya seperti terjatuh diatas kasur, malah dia merasakan pelukan erat dipinggulnya. Perlahan lahan dia membuka matanya, wajahnya dengan sempurna memerah hingga sampai seluruh tubuhnya menghangat. Rasanya jantung Hinata telah meledak, hingga seluruh pipinya merona hebat.
"Hinata, kau baik-baik saja?" Gaara belum bangun dari posisinya. Kedua lengan pria itu memeluk posesif istrianya, wajah Hinata tersembunyi dileher Gaara. Belum sempat Hinata menjawab pintu rumah mereka terbuka lebar.
Hinata dan Gaara berusaha terlihat biasa saja, meskipun seluruh peristiwa memalukan itu membuat mereka jadi bahan untuk menggoda mereka.
Gaara dengan mudah menyembunyikan perasaannya, sementara Hinata, dia hanya menunduk ketika sepasang mata biru laut itu menatap intens dirinya.
Remasan lembut pada telapak tangan Hinata membuatnya semakin merona, Gaara mengenggam jemarinya berusaha memberikan ketenangan. Dan Hinata balas mengenggam jemari Gaara.Setelah memutuskan untuk menginap di penginapan yang telah disediakan Suna, para utusan Konoha yang terdiri dari Shikamaru, Ino, Sai dan Naruto segera berpamitan pada Gaara juga Hinata.
"Naruto. Berhenti melihat Hinata dengan cara seperti itu, kau hanya akan membuatnya tidak nyaman," ucapan Shikamaru membuat Naruto menahan emosinya, "aku hanya...," dia tidak bisa menjelaskan perasaannya sendiri. Sungguh dia menyesal pernah melepas gadis Hyuga itu, yang sekarang telah menjadi wanita Sabaku.
"Hanya apa? Hanya merindukannya. Kau tidak pantas mengatakan itu, dia istrinya Gaara sahabatmu sendiri." Verbalitas pria Shimura Sai selalu mampu membungkam siapa saja.
"Aku tau itu, Sai. Aku tidak akan melakukan hal gila itu." Naruto berusaha menahan emosinya yang ingin berteriak mengatakan bahwa merindukan istri orang itu tidak salah, selama dia tidak berusaha merebut Hinata dari Gaara.
"Istirahatlah! Besok misi akan dimulai." Shikamaru mengakhiri pembicaraan yang mulai tidak nyaman untuk sahabat pirangnya itu.
"Seharusnya kau menyadari perasaanmu dari awal. Bukannya malah mengabaikan dia, hingga berakhir pada dirimu yang menanggung semua rasa menyakitkan itu, Naruto!" batin Ino. Gadis itu menguping pembicaraan ketiga pemuda tampan itu.
Hinata memapah Gaara ke dalam kamar pria itu, dia masih merasa bersalah atas kejadian tadi. Suasana semakin terasa cangung.
"Tidurlah disini!" Gaara berhasil membuat Hinata mematung.
"Ta-ta-tapi.... aku."
Gaara tersenyum saat Hinata masih berdiri sambil menunduk, "suami istri seharusnya tidur bersama. Aku tidak akan memakanmu, kita hanya tidur saja Hinata." Gaara sengaja menekan kata memakan untuk menggoda Hinata.
Matahari bahkan masih bersembunyi ketika sepasang iris bulan milik gadis Hyuga itu bergerak membuka. Sepasang lengan kekar masih memeluk erat dirinya.
Astaga
Hinata menghela napas pelan. Dia berbalik menatap wajah pria itu. Gaara.
Jemarinya naik mengelus rambut merah milik suaminya, senyum kecil terukir dibibirnya. Dengan menyentuh seluruh wajah pria itu dan berakhir dibibir Gaara. Hinata memberanikan diri mengecup sekilas. Belum sempat dia melepas bibirnya Gaara dengan santai membalas lumata Hinata tanpa membuka matanya."Kau benar-benar ingin kumakan, Hinata!"
Gaara sedikit mengangkat wajahnya menatap Hinata yang berada dibawahnya. Gadis itu tersenyum, "aku sarapan pagimu, Gaara-kun." Gaara tidak menyia nyiakan kesempatan itu.
Hinata menyiapkan sarapan untuknya dan Gaara. Pria itu masih bersembunyi dibalik selimut tebal, menutupi seluruh tubuh polosnya. Hinata merona, dia terus tersenyum membayangkan Gaara yang memakan dirinya di atas tempat tidur mereka.
"Kenapa tidak membangunkan ku?" Gaara memeluk Hinata dari belakang, menyembunyikan wajahnya dileher istrinya. Dia memberikan kecupan basah di salah satu kiss mark yang dibuatnya tadi malam.
"Gaara-kun. Aku sedang memasak." Hinata tidak memarahi Gaara, tidak menyuruhnya berhenti namun tetap fokus pada masakannya.
"Aku lapar!" Tangannya menyebar masuk kedalam baju Hinata. Dia menghentikan aksinya saat sadar Hinata bahkan tidak memakai satupun pakaian dalamnya.
Astaga. Dia membuatku gila.
"Kenapa tidak memakai dalaman?" Gaara mengacak rambutnya, "bagaimana kalau ada yang masuk. Bajuku tidak bisa menutupi seluruh tubuhmu, Hinata." Gaara terdengar frustasi. Sementara Hinata hanya tersenyum, dia memang memakai baju Gaara tanpa menggunakan dalamannya. Tapi baju itu mampu menutupi hingga batas pahanya.
Gaara sudah bersiap siap untuk berangkat, "Gaara-kun, jangan lupa makan siang di rumah!" Hinata berdiri sambil menyiapkan bekal Gaara.
"Hn." Dia memeluk Hinata lalu mencium keningnya.
"Tidak perlu mengantarku sampai keluar!" Gaara menghentikan Hinata, wanita itu bahkan tidak sadar dengan pakaiannya.
"Kenapa? Aku hanya ingin mengantarmu." Hinata sedikit kecewa dengan penolakan Gaara. Gaara mendengus sebal, "Hinata. Aku tidak ingin siapa pun melihat dirimu. Arghh.., ingat kau hanya memakai bajuku tanpa dalamanmu. Aku akan membunuh siapa pun yang melihat dirimu seperti ini. Cukup aku saja." Hinata melongo matanya berkedip kemudian semburat merah merayap dikedua pipinya.
Astaga dia melupakan hal itu.
"Maafkan aku." Gaara mendekap erat tubuh mungil itu. "Hn. Lain kali jangan diulangi." Hinata mengangguk dalam pelukan Gaara. Dia bisa mendengar detak jantung pria itu. Saat Gaara memeluknya untuk semakin dekat dengannya. Hinata mengalunkan tangannya pada leher Gaara.
"Gaara-kun."
"Hn."
"Kau akan terlambat ke kantor."
"Hahh... Baiklah!" Gaara menunduk mencium kening Hinata lalu beralih pada bibirnya. Sedikit melumatnya. Lalu dilepas lagi. Jarinya menghapus sisa saliva yang menempel dibibir Hinata.
"Aishiteru Anata." Satu kecupan mendarat mulus dipelipis wanita Sabaku itu. Dia terkejut saat mendengar dua kata dari mulut Gaara.
"Aishiteru mo Gaara-kun" batin Hinata.
***((bersambung))***
I Love You Hinata menghilang dari wattpad ku... Miris sekali pada hal tinggal beberapa part lagi akan tamat....😣😣😣😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto