Janji ch 22

703 72 28
                                    


Hei.. Hei.. Saya balik lagi.. eakk..

Ini bakalan lama buat up lagi..

Mohon bersabar para pembaca yang baik hati dan rajin menabung... wkwkwkwkk...





"Apa yang terjadi? Sejak kapan dia bisa melakukan hal itu?" Gaara menatap tajam pada Baki. Mantan senseinya itu terlihat lebih tua dari saat terakhir dia melihatnya. Lima tahun yang lalu.

"Maafkan saya, Gaara-sama."

"Ckkk... Berhenti memanggilku dengan sebutan itu."

"Maafkan saya. Sudah beberapa bulan lalu, aku tidak tahu lebih tepatnya kapan."

"Apa kau yakin Akira benar-benar bisa menggunakan byakugan?" Gaara masih belum percaya tentang kebenaran putranya yang mampu menggunakan kekei genka milik klan Hyuga.

"Saya yakin. Ada chunin yang juga bisa memberikan kesaksian jika anda belum mempercayai hal ini."

Gaara memijit hidungnya, "aku akan membuktikkannya secara langsung. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Baki-sensei."

Baki membungkuk hormat, "baik."

"Jangan sampai Hinata tahu hal ini. Dia pasti menghawatirkan Akira."

"Akira-kun." Akira tersenyum lebar. Memamerkan deretan giginya yang indah dan tersusun rapi. Wajah sepolos itu menyimpan kekuatan menakutkan yang terpendam.

"Kaa-san, tou-san." Dia berlari sambil memamerkan senyum lebarnya. Dengan segera Gaara merentangkan tangannya dan memeluk putra kesayangannya.

"Bagaimana latihan hari ini?" Tanya Gaara sambil menggendong Akira.

"Membosankan."

"Kenapa? Teman-teman Akira-kun ada yang nakal?" Tanya Hinata sambil mengelap keringat Akira.

Gaara hanya diam mengamati tingkah Akira yang menikmati perhatian kedua orang tuanya. Dia jadi sedikit ragu dengan penjelasan Baki tentang Akira.

"Tou-san."

"Hm."

"Apa aku boleh berlatih dengan Baki-sensei?" Akira menatap lekat bola mata Gaara.

"Nanti tou-san bicarakan dengan Baki-sensei."

"Asik."

"Gaara-kun, apa tidak masalah? Akira masih terlalu kecil untuk belajar dengan Baki-sensei."

Gaara menoleh pada Hinata, "tenang Hinata, aku tahu yang terbaik untuk putraku." Gaara memaksakan senyum kecil untuk menenangkan wanita yang melahirkan Akira. Dia juga ingin membuktikan hal yang selalu menggangu pikirannya.

"Shika."

"Hm."

"Bangun."

"Lima menit lagi."

Temari berdecak sebal, "bangun atau aku akan menerbangkan mu ke Konoha. Sekarang."

"Ckk.." Shikamaru membuka matanya. Mendapati wajah Temari tepat di depan wajahnya. Wajah yang selalu menghiasi alam sadar Shikamaru hingga terbawa ke alam bawa sadarnya.

Temari menutup matanya saat Shikamaru memangkas jarak mereka. Akhirnya setelah bertahun-tahun Shikamaru bisa memeluk wanita yang dia cintai dari masih ingusan sampai hari ini. Tidak pernah dia menggantikan wanita itu dengan wanita yang lainnya.

Shikamaru menghentikan ciumannya, hidung mereka masih bersentuhan. "Temari, jadilah nyonya Nara. Aku tidak terima penolakan." Temari tersenyum mendengar lamaran Shikamaru.

"Aku tidak bisa menolaknya." Dia mengusap wajah Shikamaru. Pria yang sudah meruntuhkan sifat galaknya yang luar biasa itu.

"Aku akan segera melamarmu secara resmi pada Gaara dan Kankuro. Bersabarlah."

"Jangan lama-lama, aku takut perutku segera membuncit sebelum waktunya."

Tawa Shikamaru membahana di kamar penginapannya. "Aku harus melakukan sekali lagi, agar perutmu segera membuncit." Sambil mengerling nakal pada Temari.

"Uhhh,, Shika." Shikamaru tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Temari harus menjadi miliknya seutuhnya. Jika para tetuah Suna tidak mengijinkan pernikahan mereka. Maka dia akan melakukan hal gila yang tidak pernah dibayangkan orang-orang dengan otak jeniusnya.

Desas-desus yang beberapa hari ini menggangu pikirannya membuat Shikamaru berani mengambil jalan pintas. Hanya Temari yang dia inginkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Tidak peduli seberapa keras para tetuah Suna dan anggota klan yang akan menentang keras pilihan Shikamaru. Shikamaru akan tetap maju.

Dia tidak akan rela jika nanti Temari dimiliki oleh orang lain.

"Maafkan aku. Jika aku melakukan ini sebelum kita menikah. Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa lagi kalau harus berpisah lagi. Temari, kau segalanya bagiku."

Shikamaru mengeratkan pelukkannya. Dia tahu, jalan yang dipilihnya salah. Shikamaru siap menanggung resiko asalkan Temari selalu berada disisinya.






***(((tbc)))***

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang