Kebenciannya terhadap orang-orang yang menghianati ayahnya, membuat Akira nyaris tak memiliki belas kasihan terhadap musuhnya. Bocah itu diam-diam menjadikan kebencian dan dendamnya sebagai lentera untuk menerangi jalannya dalam menuntut balas atas perlakuan sepihak yang dilakukan pemberontakan oposisi yang pernah di pimpin Ebizu-sama.
Melatih diri dengan cara lembut hingga kasar dia lakukan tanpa sepengetahuan Gaara dan Hinata. Bahkan diumurnya yang masih muda dia memiliki tingkat jutsu yang tinggi, meskipun itu sudah diketahui oleh orang tuanya.
Akira pernah mendengar tentang desas-desus penghianatan para tetuah yang membuatnya harus kehilangan kasih sayang ayahnya dari dia dilahirkan.
Kebenciannya semakin besar dan menjadi menumpuk ketika ibunya selalu menangis di malam-malam hari karna merindukan ayahnya. Semua itu dia simpan dan rekam dengan baik diotak cerdas pemberian ayahnya.
Akira berdiri dengan wajah datar dan aura kelam memenuhi raganya. "Maju, Sira."
Sira yang mendapat perintah dari tuan muda Suna itu hanya diam tak bergerak. Baginya melawan Akira sama saja dengan bunuh diri. Bocah itu tergolong terlalu mudah dari segi usia maupun kondisi psikologisnya. Namun siapa sangka jika batin dan jiwanya seperti seekor Singa lapar.
"Maju atau aku yang mulai."
"Tuan muda, maaf. Ini tidak boleh. Seorang genin hanya boleh berlatih dasar-dasar jutsu level bawah, anda masih terlalu muda."
Akira berdecih jengkel, "jangan munafik! Kalau aku masih terlalu muda, lalu mengapa mereka tega membunuh tou-san ku ketika kaa-san sedang mengandung? Bukankah itu lebih tidak pantas dan bahkan tidak berperikemanusiaan."
Sira mengepalkan tangannya, pria itu mengutuk siapa saja yang sudah meracuni pikiran polos tuan mudanya.
"Tuan muda, anda salah paham. Katakan pada saya, siapa orang yang menyebarkan berita palsu itu?" Sira tetap pada posisinya. Tidak ada niatan untuk maju ataupun mundur.
Akira menatap nyalang juga penuh kebencian yang teramat besar untuk bocah seumurannya.
"Akan aku tunjukan, bagaimana rasanya sakit yang kurasa."
Dan di saat bersamaan Sira merasakan cakra mengalir dari telapak tangan Akira. Sesuatu tengah menanti untuk keluar dari sana.
Duel antara Akira dan Sira masih seimbang. Sira hanya mengelak tanpa membalas dan semakin membuat Akira murka karna merasa dipermainkan.
Baki memijit keningnya tiba-tiba dia merasa hantaman keras yang tak kasat mata saat melihat putra mantan muridnya memakai jutsu yang dia tau seharusnya jutsu itu hanya bisa dikuasai oleh seorang yang sudah level jounin.
Tidak perlu heran. Kombinasi gen di dalam darahnya adalah sempurna. Membuat bocah itu dengan mudah mengerti dan belajar dengan cepat hal-hal yang sulit untuk dilakukan anak-anak seumurannya.
"Baki-sama, apa yang harus kita lakukan?" Tanya seorang jounin yang berada di belakangnya.
"Cepat beritahukan pada Gaara-sama. Dan pastikan tidak ada Hinata-sama di sampingnya." Dengan gerakan cepat jounin itu menghilang dari pandangan.
Hinata menyentuh bingkai foto Akira yang terjatuh di lantai. Perasaannya sebagai seorang ibu membuatnya tak tenang. Mungkin saja sesuatu yang buruk tengah menimpa putranya.
"Hinata, ada apa?" Gaara yang menghampiri Hinata karna mendengar suara benda jatuh.
"Gaara-kun," air matanya sudah tumpah suaranya pun tercekat.
"Akira-kun, aku merasa sesuatu yang buruk terhadapnya." Gaara segera memeluk Hinata. Entah mengapa perasaannya pun sama dengan Hinata. Namun dia mencoba menepis jauh-jauh pikiran buruk itu.
"Akira baik-baik saja. Dia sedang belajar. Kau tidak perlu khawatir."
Ketukan pintu mengagetkan sepasang suami istri itu. Sosok jounin yang berdiri di depan pintu rumah mereka dengan raut wajah panik membuat perasaan kedua orang itu mulai goyah.
"Gaara-sama," sejenak dia menoleh pada wanita di samping, air mata nampak masih tersisah di pipinya.
"Ada apa?" Gaara mulai tak sabar.
"Maaf, Akira-sama, dia....."
***(((tbc)))***
Maaf ya kalo lama up.. Heheee
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto