^^mana ni yang masih nunggu Janji?
Wkwkkk... Maafkan author abal-abal ini.. Selamat membaca. Jangan lupa vote and koment... ***
"Akira-kun." Bocah berdarah Kazekage itu menoleh, "ada apa?" Pertanyaan yang sangat singkat sesuai dengan wajah datarnya. Gen ayahnya memang saat mendominasi.
"Aku dengar ayahmu sudah kembali. Selamat ya." Tangan mungil itu terulur untuk memberi selamat pada Akira. Namun si bocah itu hanya diam tanpa menyambut uluran tangan gadis kecil itu.
"Hei.. Harusnya kau berterima kasih masih ada yang mau berteman denganmu. Dasar. Kau hanya beruntung karna memiliki darah Kazekage. Jika tidak..."
Bugkkk...
Belum selesai bocah bertubuh gempal itu mengata-ngatai Akira. Anak itu sudah lebih dulu membungkam mulut besar bocah gemuk itu. Baku hantam pun terjadi. Baik Akira maupun Taki tak ada yang mau menyerah. Saat keadaan membuat Akira terdesak, bocah itu tanpa sadar menggunakan jutsu pasirnya. Reflek dengan telak menghantam Taki hingga membuat beberapa kursi kelas mereka terkena imbas. Semua yang melihat hal itu menjadi diam.
Akira bangkit dengan senyum devilnya, bocah itu menarik kerah baju Taki. "Gunakan mulut besarmu itu dengan benar. Atau aku akan membungkamnya untuk selamanya." Akira berjalan dengan santai menuju ke luar gedung. Hari ini dia akan pura-pura bodoh ketika ditanyai ibunya.
Akira bukan hanya mampu mengendalikan jutsu pasir. Salah satu elemen kebanggan pria yang menjadi ayah itu. Namun juga dia bisa menggunakan beberapa jutsu dari klan ibunya. Hyuga.
Laki-laki paruh baya itu memijit pelan pelipisnya, "maaf baki-sensei. Akira-sama kembali membuat ulah." Lapor seorang chunin.
"Apa yang dia lakukan?"
"Dia menggunakan salah satu jutsu andalan tuan Kazekage." Kening Baki mengkerut, "maksudmu?"
Chunin itu menggaruk kepalanya, "maksud saya dia menggunakan jutsu Gaara-sama."
"Sudah ku duga," batinnya. "Dimana Akira-sama?"
"Di tempat latihan. Dia membolos." Baki kembali menarik napas panjang. Ternyata bocah ingusan itu begitu merepotkan. Lebih merepotkan dari ayahnya.
"Apa maksudmu?" Wanita itu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Dia sudah kembali. Jadi, bisakah kita juga kembali?" Temari membuang pandangannya ke luar kedai. Kenapa pria itu masih menunggu dirinya?
"Aku tidak bisa."
"Katakan sekali lagi," Shikamaru menatap Temari tajam. Tidak ada niat untuk melepaskan sedikit pun pandangannya dari Temari.
"Cari wanita lain saja." Temari masih tetap pada posisinya. Wajahnya masih dia hadapkan ke luar. Tidak ingin menatap objek di depannya.
"Jika aku bisa aku akan melakukan hal itu dari dulu. Tanpa perlu kau minta."
Temari merasakan sesak saat Shikamaru mengutarakan isi hatinya. "Hatiku tidak pernah bisa memilih wanita lain. Aku menyedihkan. Mengemis cinta pada putri Suna. Anak seorang bangsawan. Anak seorang Kazekage Sunagakure."
Temari merasakan pandangannya memburam. Air matanya sebentar lagi lolos dari kedua bola matanya.
"Aku pikir, dia masih memiliki rasa yang sama denganku. Ternyata aku salah." Temari mendengar kekehan Shikamaru. "Sepertinya aku harus segera pergi." Dengan menyeret kakinya perlahan. Dia meninggalkan Temari sendiri di kedai itu.
"Kenapa diam saja? Hah. Jangan terlalu mementingkan ego, aku dan Gaara sudah memberi dia restu untuk mendapatkan mu. Setidaknya hargai sedi..." Kankuro terkejut. Sedetik kemudian dia tersenyum kecil.
"Dasar wanita. Selalu saja sadarnya belakangan. Untunnya bocah Nara itu sudah cinta mati padanya." Dia berbicara sendiri setelah melihat kakak perempuannya itu baru saja berlari menyusul Shikamaru.
"Sekarang tinggal aku sendiri."
****(((tbc))))*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto