Bab 1

77 7 3
                                    

Hujan baru saja teduh dan hawa dingin mulai perlahan menusuk kedalam tulang, namun wawan masih saja melamun membuang jauh pandangan kosong keluar jendela kamarnya seakan tidak percaya dengan apa yang telah menimpanya, saat kekasihnya yang sudah selama 7 tahun meninggalkannya dengan lelaki lain dan memutuskan untuk segera menikah dengan salah satu pimpinan perusahaan di tempatnya bekerja, entah apa yang membuatnya yakin seyakin yakinnya untuk meninggalkan orang yang selama ini sudah berjuang mati-matian untuk menghalalkannya dan malah memilih segera menikah dengan pimpinan sekantornya.

Memang lelaki itu sudah mapan dan terlihat dewasa dengan usianya yang beberapa tahun di atas wawan dan mantannya. Berbeda dengan wawan yang masih menggarap skripsinya pada saat itu dan masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Memang kisah cinta mereka dimulai sejak dari bangku SMA saat itu. Memang lama hubungan mereka karena dari awal pacaran mereka sudah mempunyai komitmen dan memandang masa depan dengan mereka berdua menikah dan hidup bahagia berdua namun semuanya sirna sekarang.

Lamunan Wawan buyar ketika dikejutkan dengan kedatangan temannya irul dan iyat yang datang untuk mencairkan suasana suram hati wawan. Ya mereka memang sahabatnya wawan dan tau semua cerita cinta dan pengorbanan wawan selama ini dan tentang penghianatan kekasihnya kepada wawan yang membuat hari-harinya kian suram dan membuat wawan tidak bersemangat untuk melakukan apapun bahkan dengan skripsinya yang sangat penting buat masa depannya kelak.

"Ya elah muka kaya kancut monyet aja lo kusut amat" sahut irul dengan iringan tawa iyat.

Mereka berusaha agar membuat suasana hati wawan agar tidak terlalu jatuh dalam keterpurukan, wawan tetap dalam diamnya dan kembali menatap jauh keluar jendela. Hatinya sakit, remuk, kecewa, bahkan tak percaya dengan semua ini, dia berharap semua ini hanya mimpi dan secepatnya bangun dalam tidurnya agar menyudahi mimpi buruk ini.

"Sudahlah wan lo jangan seperti inilah, mana wawan yang konyol dan suka tertawa dan bercanda" sahut iyat saat melihat respon wawan yang terlalu dingin kepada mereka berdua.

"Seharusnya lo buktikan kepadanya bahwa lo bisa bagkit dan sukses tanpa harus ada dia di dekat dan dihidup lo" sambung irul.

Wawan sedikit menghela nafas dan melanjutkan pandangannya yang tanpa arah keluar jendela dan sejauh mungkin membuangnya entah kemana. Irul dan iyat kehabisan akal untuk membuat sahabatnya itu tidak lagi bersedih. Dan bahkan ibunda wawan sampai menggelengkan kepala dengan sikap prustasi wawan sejak dia ditinggalkan nayha, mantan yang sangat dia cintai dan yang paling ingin dia nikahi.

Tanpa kehabisan akal irul dan iyat pun mengajak wawan untuk keluar rumah jalan jalan supaya wawan tidak didalam kamar saja dan mengutuki semua yang sudah terjadi.

" mending kita jalan keluar aja wan dari pada lo dalam kamar kaya ayam betina lagi nelor aja lo" sahut irul dan iyat pun mengiyakan apa kata irul agar wawan mau keluar dari sangkar kepedihannya.

Dalam diam wawan memandang kedua sahabatnya tersebut dan meng iyakan pelan apa yang di katakan oleh sahabatnya.

hati wawan berdecak " mungkin benar apa kata mereka saat diluar rumah dan melihat dunia luar bisa saja akan mengurangi rasa prustasiku".

Setelah beberapa menit mereka pamit sama bunda wawan dan beranjak pergi dari rumah buat mencari udara segar dan menghilangkan sesak di hati.

. . . . . . . . . . . . .

Kasian wawan terlalu galau kayaknya sampai-sampai hanya bisa terdiam dalam sedih tanpa bisa berbuat apa-apa.
Teman-teman pembaca ini baru awalnya loh masih banyak lagi konflik, cinta, dan air mata. Jadi mohon dukungannya ya dengan like,share dan komen.
Salam hangat buat para pembaca. Dukungan kalian sangat berarti buat saya.

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang