Bab 22

24 6 0
                                    

Terlepas dengan kejadian semua itu entah sadar atau tidak sikap Wawan perlahan kembali seperti awal kepada Ufi. Setelah pulang kerja bukannya mereka saling bicara tentang apa kegiatan satu sama lain hari ini tapi Wawan malah selalu sibuk dengan handphonenya tanpa menghiraukan Ufi sedikitpun.

Bahkan saat sarapan pagipun tidak luput tangan Wawan dari sebuah alat kecil itu. Terkadang lolos senyum kecil Wawan saat melihat layar handphone itu membuat seseorang yang sedari tadi melihatnya merasa bingung dan penasaran mengapa akhir-akhir ini sang suami seperti selalu bahagia namun saat berhadapan dengan UFI sikapnya seperti tidak ada lagi kebahagiaan itu.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

Suatu hari di pagi Minggu dia melihat sang suami sudah rapi dengan pakaiaannya dan memakai wangi-wangian.

"Mas pagi-pagi gini mau kemana?" tanya Ufi pelan.

"Mau ngumpul sama teman, lama gak kumpul juga kan" sahut Wawan dingin.

Dalam hati Ufi sebenarnya sangat ingin ikut sang suami, namun dia tidak ingin mengganggu waktu Wawan bersama teman-temannya. Sadar Ufi dengan keadaan saat itu. Sebelum ada Ufi dalam hidup Wawan, Wawan juga mempunyai kehidupannya bersama teman-temannya dan akhirnya Ufi mengurungkan niatnya untuk mengatakan ingin ikut bersama Wawan.

"Yaudah Mas hati-hati di jalannya, sebelum berangkat harus doa dulu" ucap Ufi lembut sembari disisipi senyuman manisnya untuk sang suami.

"Hhhmmm" sahut Wawan.

Selang beberapa menit setelah Wawan selesai bersiap-siap. "Aku pergi dulu gak enak kalo nanti telat kumpulnya" sahut Waawan.

"Iya Mas hati-hati" ucap Ufi lagi.

"Mas berangkat dulu Assalamuallaikum"

"Waallaikumsalam Mas" sahut Ufi sembari mencium tangan Wawan lembut.

Perlahan Wawan menghilang dari pandangan Ufi dan meninggalkannya sendirian di rumah.

Untuk menghilangkan kejenuhannya Ufi berinisiatif untuk membersihkan rumah dan menata taman di depan rumahnya. Sudah jarang sekali Ufi memperhatikan taman kecilnya itu.

Setelah pekerjaannya selesai Ufi mengambil Handphone dan mencari satu nama dalam kontaknya dan mengirimkan kalimat "jangan lupa sarapannya Mas" namun beberapa menit Ufi menunggu balasannya tak kunjung ada. Hatinya semakin kalut dan di campuri dengan rasa sesak didada. Apakah suaminya sudah tidak cinta lagi dengannya dan apakah ada wanita lain. "Astagfirullah" ucap Ufi dalam hati sambil mengutuki apa yang baru saja dia fikirkan. Mana mungkin suaminya bisa berbuat seperti itu.

Beberapa menit dalam diamnya Ufi dikejutkan dengan suara handphone nya yang berbunyi menandakan ada yang sedang menelpon dirinya. Setelah dilihat layar handphone nya terlintas raut kecewa dalam wajah Ufi, karena Ufi mengharapkan sang suami yang menelpon ternyata sang sahabat suaminya lah yang menelpon si Irul.

"Assalamuallaikum Ufi" ucap Irul.

"Waallaikumsallam Rul, tumben nih nelpon ada apa?" sahut Ufi.

"Gak ada apa-apa kok cuman mau minta tolong, tolong bilangin sama Wawan katanya Bunda ingin mengajak kalian berdua minggu depan ziarah ke makkam Abah"ucap Irul.

Sontak Ufi kaget dan bingung dengan apa yang di ucap Irul, bukan masalah mau ziarah tapi kok malah minta sampaikan ke Ufi, kan kata suaminya tadi mereka hari ini mau kumpul-kumpul karena lama sudah tidak kumpul bareng.

"Kenapa gak bilang langsung aja sama Mas Wawan Rul, kan kalian lagi kumpul-kumpul" sahut Ufi.

Sekarang giliran Irul yang bingung.
"Maksud kamu Fi?"

"kan pagi tadi Mas ijin mau kumpul-kumpul sama kalian, katanya sudah lama gak ngumpul"

"Gak ada Fi, pembahasan untuk kumpul-kumpul aja kami gak pernah, dia hubungin aku aja gak ada"

Jawaban Irul semakin membuat hati Ufi semakin sesak dan tak karuan. Terdiam Ufi dalam lamunannya.

"Hallo hallo ibu hallo" ucap Irul karena gak ada respon dari tadi.

"Maaf Rul" ucap Ufi.

"Kamu nangis Fi"

"Gak ko Rul cuman lagi pilek aja"

"Gak mungkin Fi suara pilek gak kaya gitu"

Dengan sekuat tenaga Ufi menahannya namun akhirnya lepas juga, di ceritakan semuanya tentang perubahan suaminya beberapa minggu yang lalu yang membuat hatinya semakin hari semakin terpuruk.

"Yaudah kamu tenangin diri aja dulu Fi"

"Iya Rul, maaf sudah merepotkan.

"Iya gak papa ko santai aja Fi, udah jangan galau mulu gak baik loh. Hahaha sahut Irul tuk mecah suasana sedih Ufi.

"Iya Rul gak kok, yaudah ya Rul Assalamuallaikum".

Perlahan Ufi beranjak kekamar mandi untuk membersihkan bekas tangisnya dan tubuhnya sembari mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat zuhur yang memang sudah waktunya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Maaf update sedikit. Nanti janji ko update selanjutnya akan lebih panjang lagi. Doain aja ya biar Author gak sakit-sakitan lagi dan jangan lupa like,komen dan share ya sahabat. Terima kasih atas semuanya. Assalamuallaikum 😊😊😊

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang