Bab 2

51 5 0
                                    

Saat sebelum wawan merapikan sajadahnya sesudah sholat ashar dia mendengar suara handphonnya berbunyi menandakan ada yang mengirim pesan dari aplikasi WA kepadanya. Perlahan dia buka dan baca seksama ternyata temannya nitta mengirim sebuah foto undangan dimana tertulis jelas nama itu dan nama calon suaminya dengan tanggal hari pernikahannya yang sudah di tentukan. Tak sadar mata wawan berkaca meliat semua itu, nafasnya berat, jiwanya entah kemana serasa hilang begitu saja, dia terdiam sejenak dan menarik nafas dalam sambil mengetik di Handphonnya.

"Alhamdulillah nitt sahabat kamu sudah mendapatkan jodoh dunia akhiratnya semoga saja kelak jadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah" ketik wawan dan mengirimnya ke nitta.

selang beberapa menit nitta membalas " kamu gak papa wan?" tanya nitta.

Dengan emot senyum dan kata "insyaallah aku enggak papa nitt" balas wawan singkat.

. . . . . . . . . . . . .

Hari-hari berlalu namun semua tampak sama, ada kemurungan di mata wawan. Bundanya melihat dari kejauhan dan berbisik dalam hati "bunda sangat sedih wan melihat kamu seperti ini terus, semoga allah menggantikan jodoh yang lebih baik lagi kelak buatmu"

tak terasa pipi keriput bunda basah dengan air mata yang mengasiani anak pertamanya tersebut. Lamunan bunda saat itu terhenti ketika dikejutkan wawan yang sudah berada didekatnya, sontak bunda langsung mengusap air matanya dan bertanya kepada wawan " kamu sudah sholat wan?" Dijawab dengan anggukan pelan wawan.

Selang beberapa menit wawan langsung memeluk bundanya dan berbisik sambil terisak-isak. "Maafkan wawan bunda, gara-gara wawan bunda sedih dan banyak fikiran".

Bunda perlahan mengangkat senyumnya dan membelai lembut kepala anaknya" sudah wan bunda gak papa ko, kan ada kamu nanti jika bunda sedih, kamu hibur kan sampai bunda tertawa lepas seperti biasanya".

Wawan mengeratkan pelukannya dan semakin terisak dengan nafas yang semakin memberat. Berapa menit mereka dalam diam.

Bunda membawa wawan duduk di sofa depan tv. "Wan kamu jangan bersedih lagi ya, bunda gak mau satu-satunya jagoan bunda seperti itu. Hanya kamu yang bunda punya saat ini, selepas mendiang ayahmu pergi meninggalkan kita 20 tahun yang lalu".

Wawan terdiam mendengarkan seksama ibunya berkeluh kepadanya, karena memang hanya dia berdua saja tinggal dirumah peninggalan mendiang ayahnya, dan untuk makan sehari-hari mereka mendapatkan uang dari hasil pensiunan ayahnya karena mendiang ayahnya adalah seorang PNS.

Selang beberapa jam wawan dan bunda berbicara, tiba-tiba datang irul iyat dan teman-teman lainnya dengan pakayan rapi. Mereka melihat wawan dan bunda lagi berduaan dan langsung menggodanya. "Ciee wawan masih mau nete sama bunda badan udah segede gaban" sahut irul di iringi gelak tawa teman-teman lainnya.

"Irul" tegur bunda sambil tersenyum.

"He he maaf bunda, habis keliatannya asik bener ngobrol beduaan sampai gak liat kami datang" sahut iyat.

"Yasudah kalo begitu, kalian kok rapi sekali mau kemana?" tanya bunda.

" tanya sama wawan aja bunda dia juga tau kok hari ini kami mau kemana" sahut iyat nyeletuk.

"Eh anu bunda kami mau kepernikahannya nayha bun" jawab wawan terbata-bata.

"kamu yakin" respon bunda cepat.

"Insyaallah bun, wawan juga gak mau memutus tali silaturahmi karena ganjarannya neraka kan bun" wawan sedikiteyakinkan bundanya.

"Yasudah kalo begitu, hati-hati ya nanti berangkatnya dan di sana jangan sampai bikin malu" tekan bunda.

"Siaaap bunda" kata iyat dan teman-teman.

"Yaudah tunggu bentar gue ganti baju dulu"sahut wawan.

Setelah 45 menit perjalanan mereka sampai di tujuan. Dilihat mereka begitu mewahnya acara pernikahan itu, memang mereka tidak terkejut karena calon mempelai lelaki termasuk orang berada ayahnya saja seorang jendral dan anaknya seorang pemimpin bisnis, jadi wajar acaranya semeriah itu. Namun wawan tidak tertuju kepada kemewahan itu, matanya langsung mendapati nayha yang memakai gaun pengantin putih yang anggun dan sedang melantunkan ayat-ayat alquran. Memang adat daerah mereka jika saat pernikahan harus menamatkan alquran terlebih dahulu terlepas itu sebelum acara pernikahan atau pada saat acara pernikahan.

Wawan terdiam bisu dan tertegun kaku melihat mantan kekasihnya sangat cantik memakai gaun pernikahan itu dan suaranya yang sangat khas dan merdu saat melantunkan ayat-ayat suci alquran. Tanpa disadari mata wawan berkaca dan afasnya tak teratur. Namun pandangannya sesaat buyar ketika mepelai lelaki datang bersama rombongan dan duduk didekat nayha.

Dalam hati wawan berbisik "sungguh bahagia pria itu mendapatkan wanita sesempurna kau nayha, dengan sikap lebutmu tempo hari kepada anak-anak, orang tua, kau akan jadi wanita yang sholehah dan membuat bangga suamimu dan berapa beruntung dan sangat beruntungnya pria itu. Jika saja pria itu...."

sebelum wawan selesai dengan lamunannya dia di kagetkan oleh irul. "Woy bro lo gak papa nih yakin?" tanyanya. Wawan membalas pertanyaan itu dengan tersenyum dan mengangguk pelan.

Setelah melihat beberapa acara dalam pernikahan itu wawan pun mengajak mereka pulang namun iyat menyeringai "kita salaman dulu sama mantennya" jawab iyat.

Wawan langsung menggeleng "kalian saja yang salaman aku duluan aja ya" jawab wawan berat.

"Yaudah deh kita pulang aja semua, yuk" ajak irul.

. . . . . . . . . . . . .

Sepertinya wawan masih sulit tuk melupakan nayha ya. Semoga saja wawan bisa terus semangat menjalankan kehidupannya, amiin.
Salam buat para pembaca, jangan lupa komen,share dan like ya teman-teman. Satu respon dari kalian sangat berarti buat saya.

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang