Bab 5

33 6 0
                                    

   Suatu ketika saat wawan ingin pulang kerja. Dilihatnya bunda sms dengan kalimat "cepat pulang na, bunda mempunyai kabar gembira buat kamu"

"Kabar gembira tentang hal apa bunda, kok bunda sepertinya sangat bahagia?" Balas sms wawan.

"Nanti saja saat kamu sudah dirumah"balas bunda singkat, yang membuat hati wawan jadi penasaran.

. . . . . . . . . . . .

Setelah sepulang sholat isya di masjid wawan teringat lagi ucapan bundanya saat dia baru pulang kerja tadi sore.

"Wan bunda kan sudah tua dan sering sakit-sakitan, apa kamu enggak mau melihat bunda bahagia?" Tanya bunda.

"Aku sangat menginginkan bunda selalu bahagia, bahkan apapun akan aku lakukan asal bunda selalu tersenyum" sahut wawan santun.

"Kalau begitu, bunda mau kamu menikah dengan pilihan bunda, dan lupakanlah wanita yang sudah menyakitimu dan meninggalkanmu"balas bunda senyum.

Sungguh saat itu jantung wawan terasa langsung berhenti dan nafasnya naik turun tidak karuan mendengar permintaan bundanya.

Belum sempat wawan berucap, bunda langsung memotong "kamu mau kan wan, bunda ingin di akhir hayat bunda bisa melihat kamu dengan keluarga kecilmu bahagia nak" ucap bunda seraya mata bunda mulai menitikan air mata hangat.

Wawan melihat bundanya menangis tidak sanggup menolak, akan semakin hancur hati bundanya jika dia melakukan itu, dengan berat hati wawan mengangguk mengiyakan apa yang bunda inginkan.

"Alhamdulillah yaAllah, beneran kamu mau wan" ucap bunda dengan senyuman yang masih bercampur dengan butiran-butiran air mata.

Wawan hanya bisa mengangguk bahkan walau hatinya sangat keras menolak, namun itu permintaan bunda satu-satunya yang paling dia jaga dan sayang, apalah daya wawan takan sanggup tuk menolak.

"Minggu depan kita akan kerumahnya untuk melaksanakan pertunangan" ucap bunda bahagia.

Mata wawan membulat seraya tak percaya apa yang telah terjadi saat ini di hadapannya.

. . . . . . . . . . . . . .

Hari itu akhirnya tiba. Bunda, wawan, irul, iyat dan teman dekat wawan lainnya berangkat menuju rumah wanita yang akan dipinangnya.

Sesampainya disana, mereka disambut dengan hangat oleh pihak keluarga perempuan tersebut.

Setelah beberapa menit berbincang, sang ibu memanggil anaknya untuk turun dan menemui calon suaminya kelak.

"Ufi, turun na. Ini keluarga mas wawan sudah sampai dan ingin bertemu kamu" ucap perempuan paruh baya itu dengan diiringi senyuman.

Tak butuh waktu lama, turun seorang perempuan yang memakai gamis dan serasi dengan kerudung panjang yang ia kenakan, terlihat anggun dan cantik. Bahkan iyat pun terpesona melihat kecatikan wanita itu.

Namun tidak dengan wawan. Sedikitpun dia tidak tertarik dengan perempuan itu. Menolehpun tidak, hatinya masih untuk mantannya yang didamba-damba dipenghujung harapannya. Saat itu wawan hanya mengikuti alur di acara pertemuan keluarganya tersebut.

Sampai kepada pembahasan tentang hari pernikahan dan apa saja yang perlu di persiapkan.

Setelah acara makan malam Wawan tak tahan dan beranjak keluar dengan alasan ingin mencari udara segar. Setelah didepan teras dia menghela nafas panjang dan menghembuskannya pelan dan berucap pelan "sanggupkah aku menjalani semua ini yaAllah"

Setelah beberapa waktu dia mengutuki dirinya dengan apa yang dia pilih, terdengar suara lembut perempuan dari belakangnya.

"Mas sudah makan, kenapa di luar"ucap santun wanita itu.

Wawan menoleh "aku sudah kenyang lagian acaranya kan sudah selesai" jawab wawan ketus.

Mereka diam sejenak dalam suasana yang canggung, dan bingung entah harus berbuat apa.

"Weess udah berduaan aja nih calon pengantin" mereka terkejut, ternyata itu irul. Untung saja dia datang dan memecah hening malam itu.

Mata wawan membulat "apaan sih lo rul, jangan mikir yang bukan-bukan"ketus wawan

"Yaudah maaf, tuh lo di cari bunda didalam. Katanya disuruh masuk"

Merekapun masuk kedalam rumah dan mengakhiri pertemuan malam itu dengan sudah menentukan tanggal pernikahan antara wawan dan ufi.

"Kamu tidak keberatan kan wan dengan keputusan bundamu ini" ucap bunda saat dalam perjalanan pulang.

Wawan mengangkat bibirnya senyum dan menjawab lembut bahwa dia tidak keberatan sama sekali dengan apa yang sudah bunda percayakan kepadanya.

"Dia wanita baik-baik dari keluarga baik-baik juga. Kamu pasti kelak akan menjadi keluarga yang bahagia wan" tambah bunda

Wawan hanya tersenyum sambil melihat wajah bundanya yang sudah mulai keriput dan layu.

. . . . .  . . . . . . . .

Apakah benar itu isi hati wawan, menerima sepenuhnya perempuan itu?
Mungkin saja benar atau mungkin tidak.
Mungkin di bab selanjutnya akan terungkap.
Jangan lupa ikuti terus kelnjutannya ya. :-)

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang