Bab 19

35 5 0
                                    

Selepas sholat zuhur Ufi bergegas kedapur dan memasak untuk makan siang dirinya dan suaminya. Perlahan dia buka kulkas dan mengambil semua bahan-bahan makanan untuk memasaka.

Selang beberapa menit Wawan keluar dari kamar, wajahnya sudah agak sedikit segar dari pada pagi tadi yang begitu pucat.

Perlahan wawan berdiri di samping Ufi, dia ingin membantu sng istri memasak didapur.

"Mas bantu ya masaknya" ucap Wawan seraya memberikan senyuman.

"Mas kan lagi sakit, lebih baik mas tunggu aja di meja makan" sahut Ufi. Padahal dalam fikirannya berbeda dengan apa yang di ucapkan barusan.

"Mas jangan dekat-dekat, itu membuat aku deg-deggan dan gak fokus masaknya" ucap Ufi dalam hati.

Wawan menangkap perubahan gerak-gerik Ufi yang seperti sedikit risih.

"Iya deh, mas nunggu di meja makan aja. Kasian yang lagi salah tingkah, nanti malah gak enak masakannya" sahut wawan jahil seraya menuju tempat makan.

Setelah beberapa menit, semua hidangan untuk makan siang selesai dan siap untuk di santap.

Dalam makan siang yang beda dari biasanya Wawan memecah keheningan.

"Ufi boleh Mas minta sesuatu kekamu?" tanya Wawan.

Sontak pertanyaan Wawan membuat Ufi terdiam. "InsyaAllah Mas bisa Ufi lakukan kalau memang itu permintaan dari Mas".

"Kamu boleh ko dari sekarang melepas kerudungmu di dalam rumah ini, toh kita kan sudah menjadi suami istri". Ucap Wawan hati-hati.

Perlahan tapi pasti Ufi membalas pertanyaan itu dengan anggukan pelan sambil tertunduk malu dan setelaah itu Ufi melanjutkan makannya.

Setelah makan siang mereka kembali kedalam kamar masing-masing.

Didalam kamar Wawan membuka Laptop untuk mencek kerjaannya yang hari ini telah ditinggalkannya sembari istirahat diatas tempat tidur. Karna memang keadaan Wawan masih belum sepenuhnya membaik. Dia hanya memaksakan diri terlihat sudah membaik di depan istrinya agar sang istri tidak merasa terlalu kawatir dengan keadaannya.

Dikamar lain ada Ufi yang sedang membuka buku hariannya dan menuliskan apa saja yang terjadi hari ini dan apa saja yang dia rasakan saat ini, dia tuangkan semua kedalam buku diary nya.

. . . . . . . . . . . . . .

Sebelum sholat magrib ada suara ketukan dari luar kamar Ufi, perlahan Ufi menuju pintu dan menemukan suaminya yang sudah berdiri didepan pintu kamarnya dengan pakaian muslim dan sarung.

"Kkk....kamu mau sholat magrib bareng sama aku" ucap Wawan gugup.

Dengan senyuman lembut Ufi mengiyakan ajakan sang suami dan langsung mengambil mukena didalam kamarnya.

Dalam perjalanan menuju kamar Wawan, Ufi hanya bisa bersyukur dalam hatinya. Mungkin ini jawaban dari semua doa-doa Ufi selama ini.

Mereka larut dalam ibadah menghadap sang kuasa, setelah sholat magrib selesai, mereka berdua saling berhadapan dan Ufi langsung mencium lembut tangan suaminya. Dan Wawan pun mengusap pelan kepala Ufi sambil tersenyum.

"Apakah ini kebahagiaan yang allah janjikan setelah menikah" ucap wawan dalam hati.

"Aku terlalu bodoh selama ini. Karena terus menerus terperangkap dalam masa lalu yang memang sudah bukan jalan yang Allah berikan untuk berjodoh." lanjutnya.

Tanpa terasa Ufi sudah menangis dan membuat wawan sontak terkejut.

"Kenapa kamu menangis sayang, apakah aku membuat kesalahan lagi?" tanya wawan bingung.

Mendengar kata sayang dari mulut sang suami, tangisan Ufi semakin menjadi. Tumpah semua yang ada dalam hatinya saat itu. Tapi bukan tangis kesedihan namun tangisan kebahagiaan sang istri yang telah mendapatkan kembali cinta sang suami.

Setelah beberapa saat Ufi merasakan lagi kehangatan itu. Iya, Wawan kembali memeluk lembut istrinya agar bisa kembali tenang.

Tangisan Ufi mereda dan Wawanpun melepas perlahan pelukannya dilihatnya wajah sang istri

Di hapusnya perlahan air mata yang membasahi pipi sang istri. Cukup lama mereka kembali bertatapan sampai di mana saat Ufi merasakan sesuatu yang membuat jantungnya berdetak tak karuan dan membuat tubuhnya mematung seketika.

Saat itu Wawan mencium bibir Ufi untuk pertama kalinya. Wajah mereka saling menyatu hingga tak ada jarak. Nafas mereka saling terdengar pelan. Ada perasaan yang tidak dapat di utarakan oleh keduanya pada saat itu, karena memang itu pertama kalinya buat Ufi dalam hidupnya berciuman dan begitu juga dengan Wawan.

. . . . . . . . . . . . . .

No coment ah. Hehe

Maaf updatenya lama, karena Author lagi banyak fikiran. Mikirin indonesia.😄😄😄

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang