Bab 23

20 6 0
                                    

Pagi itu Wawan seperti sangat bahagia, jelas sangat bahagia karena hari itu dia janjian sama Nayha untuk jalan-jalan ke sebuah taman di tengah alun-alun kota.

Selang beberapa jam mereka sudah berdua di dalam mobil untuk menuju tempat yang ingin mereka datangi berdua.

"Nay putra gak kamu ajak?"... Tanya Wawan.

"Enggak Wan, dia sama umma dan abah dirumah".

Wawan tidak menanyakan tentang suami Nayha, karena dia sudah tau cerita semua tentang suaminya itu dari sering pulang malam, sering membentak Nayha, memprivasi handphone, dan masih banyak lagi cerita-cerita tentang suami Nayha yang awalnya membuat Wawan geram.

"Wan, Bunda sehat?" tanya Nayha memecah keheningan.

"Iya alhamdulillah sehat Nay".

"kamu masih tinggal sama Bunda kan?" tanyanya lagi.

"Ii.ii.iya Nay masih kok" jawab Wawan sedikit gugup.

Ternyata Nayha belum tau Wawan sudah mempunyai istri dan menikah. Dan Wawanpun tidak menceritakan tentang istrinya itu sedikitpun kepada Nayha.

Seharian mereka jalan-jalan, bercerita sambil melepas rindu yang sudah lama terpendam.

Tanpa mereka berdua sadari ada hati yang masih menunggu kabar sang suami yang entah kemana pergi sedari pagi tadi.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dalam sujudnya Ufi meruahkan keluh kesah hatinya kepada Rabb-Nya.

"Ya Rabbi. Begitu cepatkah kebahagiaan ini hilang. Aku tau jika engkau begitu mudah untuk membolak balikan hati manusia, tapi jika secepat ini. . . ." Ufi terdiam dalam doanya.

Tanpa di sadari lolos satu tetes air bening dari pelupuk mata Ufi.

"Semuanya aku serahkan kepadamu Ya Rabb. Jika memang dia jodohku maka dekatkanlah dan jika memang dia bukan jodohku kuatkanlah hati ini di atas agamamu ya Rabb" sambil terisak-isak Ufi masih mengadukan keluh resah hatinya kepada sang pencipta.

Tak sadar Ufi tertidur setelah sekian lama menangis di atas sajadahnya. Habis sudah semua tenaganya.

Sekitar jm 3 sore Ufi terbangun dari tidurnya. Diedarkan pandangannya sejauh mata memandang tidak nampak sedikitpun seseorang yang dia cari dan dia tunggu sedari tadi.

Ufi menarik nafas dalam sambil beristigfar dalam hati, dan perlahan menuju kamar untuk mengambil tas. Karena sebentar lagi waktunya pengajian ibu-ibu di tempatnya tinggal.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sudah seharian puas mereka berdua jalan-jalan, sampailah mereka didalam mobil menuju pulang kerumah Nayha.

Dalam mobil Nayha memecah keheningan jalan. "Wan". Ucap Nayha sendu.

"iya Nay, ada apa"

"Aku takut jikalau nanti anakku dalam masa pertumbuhannya tidak mempunyai sosok seorang ayah"

Kata-kata itu sanggup membuat Wawan terkejut dengan ucapan perempuan di sampingnya.

"Maksud kamu Nay?"

"Aku mau bercerai dengannya Wan. Aku sudah tidak sanggup dengan sikapnya" air mata Nayha mulai perlahan membasahi pipinya.

"Namun aku juga takut jika nanti anakku tidak mendapatkan kasih sayang seorang Ayah"

Wawan tetap hanya diam sambil perlahan mencerna apa yang di katakan Nayha kata perkata.

"Nay, kamu tau Allah sangat membenci perceraian Nay. Dan itu hanyalah muslihat setan semata". Ucap Wawan lirih. Entah dari mata dia mendapatkan kata seperti itu.

"Aku tau Wan. Tapi aku sudah tidak sanggup dengan sikapnya kepadaku".

"Percayalah Nay. Allah maha membolak balikan hati seorang manusia jika Rabb-Nya sudah mengijinkan". Sahut Wawan lagi.

"Wan, apa kamu masih cinta sama aku. Apa rasa itu masih sama Wan. Apakah hatimu masih menempatkan tempat buatku" Ucap Nayha sendu, air matanya semakin menjadi-jadi.

Kata-kata itu seperti sebuah batu besar yang langsung menghantam bagian dada Wawan.

"Aku memang masih ada rasa kepadamu Nay tapi. . . " Ucap Wawan menggantung.

"Tapi apa Wan. Karena aku sudah tidak suci lagi dan sudah mempunyai anak" Ucap Nayha dengan nada yang sedikit meninggi.

"Bukan itu Nay masalahnya, tapi. . ."

"Tapi apa Wan" mata nayha semakin memerah menahan tangisnya yang sebenarnya sedari tadi sudah keluar.

"Tapi aku sudah beristri Nay, aku dijodohkan oleh Bunda Nay"

"Apa!!!" Nayha menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak keluar, namun nihil. Semuanya tak mampu dia tahan dan tumpahlah semua tangis itu menjadi-jadi.

"Nay, aku tidak bermaksud menduakan perasaanku, tapi ini semua kehendak Bunda, aku gak mau bunda semakin sedih kian hari Nay".

Nayha hanya memalingkan wajahnya kearah kaca mobil sambil sesekali meusap air matanya sendiri.

Perlahan suasana didalam mobil itu langsung hening seketika dengan semua sikon yang baru saja terjadi.

"Wan, Apa kamu cinta dengannya?"

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Haaaaaaaiiiiiii kalian.
Kangen gak sama akooh. Apa kangen sama kisah Penyempurnaku.
Hhmm kalian jahat gak ada yang kangen sama Author😑😑😑

Oh iya maaf sebelumnya karena jarang upload ya. Dan jangan lupa share keteman-teman kalian dan like ya di setiap part nya.

Sebentar lagi ceritanya mau habis loh. Kalian maunya apa cerita akhirnya bahagia atau enggak bahagia. Jangan lupa komen ya 😊😊😊.

Assalamuallaikum sampai jumpa di part selanjutnya.

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang