Bab 17

50 4 0
                                    

Ufi POV

Saat setelah selesai sholat subuh dikamarku, aku merasa ada yang aneh di jati itu. Kenapa tidak ada suara suamiku pergi kemesjid. Biasanya pagi buta sudah terdengar dia keluar rumah untuk menunaikan sholat subuh berjamaah di mesjid dekat rumah.

Sampai jam menunjukan pukul tujuh sang suami masih saja tidak keluar dari kamarnya. Perlahan aku mendekati dan mengetuk pintu kamar suamiku dengan agak sedikit takut kalau-kalau mengganggunya. Namun tidak ada jawaban sedikitpun dari dalam kamar. Perlahan aku memberanikan diri memasuki kamar suamiku dan dengan suasana hati takut dan kawatir bercampur aduk tak karuan.

Saat melihatnya terbaring lemas di atas tempat tidurnya aku langsung spontan mendekatinya tak ku hiraukan lagi rasa takut dalam hatiku. Yang paling kufikirkan saat itu adalah keadaan suamiku yang wajahnya sangat pucat.

Saat aku memegang dahinya. Aku sangat terkejut dengan suhu badannya yang sangat tinggi. Perlahan aku membangunkannya dan mengajaknya untuk berobat namun dia sangat lemah saat itu.

Akupun langsung menghubungi dokter pribadi keluargaku untuk datang kerumah dan mengecek keadaan suamiku. Selang beberapa waktu dokter Alvin pun datang dan langsung memeriksa keadaan suamiku. Setelah pemeriksaan dokter Alvin memberikan obat Vitamindan antibody kepada suamiku.

Bergegas aku kedaput membuatkan sebuah bubur untuk di santap suamiku sebelum meminum obat. Awalnya agak kesal dengan sikapnya yang enggan memakan bubur itu. Aku memahaminya karena saat sakit pasti indra perasa akan tidak enak dan pahit memakan apapun. Namun dengan keadaannya yang begitu lemah terpaksa aku memberanikan diri untuk memaksanya makan dan meminum obat dari dokter Alvin.

Setelah meminum obat aku kembali kedapur dan mengambil perlengkapan untuk mengompreanya agar panasnua cepat berkurang.

Perlahan aku kompres dahinya dengan kain yang sudah kubasahi dengan air hangat. Terlihat dia mulai terlelap dalam istirahatnya. Tanpa terasa tanganku bergerak dengan sendirinya tanpa kusadari dan sudah mengelus lembut dahinya. Mataku takluput dari melihat wajahnya. Ada perasaan aneh saat itu. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, Hatiku terasa tentram dengan situasi itu. Aku enggan beranjak dari momen indah itu hingga saat dia mengigau dalam tidurnya dan mengucapkan berulang-ulang nama wanita itu. Ya Nayha mantan kekasihnya.

Ternyata suaminya sangatlah masih menyayangi dan berharap lebih dengan mantannya itu. Tak terasa butiran air lolos dari kelopak mataku dan jatuh bebas kepipiku. Aku hanya bisa beristigfar dan berdoa kepada Allah. Mungkinkah kelak aku bisa sepenuhnya menggantikan perempuan itu dihati suamiku.

Kututup mulutku dengan kedua tanganku agar suara tangisku tak terdengar olehnya. Semakin menjadi-jadi tangisku melihat semua ini yang telah terjadi.

Aku tak menyalahkan jika suamiku masih memilih dan mengingatnya namun mengetahui itu semua tak sanggup rasa hati ini untuk memendam. Semuanya kukeluarkan dalam tangisku yang semakin menjadi-jadi. Hingga aku terlelap dalam suasana haru di samping tempat tidur dimana suamiku tidur pulas dengan wajah pucatnya.

. . . . . . . . . . . . . .

Lagi-lagi wawan berulah ya. Hhmm kasian si Ufi sendiri menahan sakit semua itu.

Jangan lupa like,komem, dan share ya biar tambah rame.hehe

Salam hangat dari Author 😊😊😊

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang