Bab 16

21 6 0
                                    

Hari itu wawan sedang tidak enak badan dan memutuskan untuk tidak pergi sholat subuh berjamaah seperti biasanya. Dia berbaring lemah dengan sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Mungkin itu karena beberapa minggu akhir-akhir ini wawan terlalu sibuk dalam bekerja.

Tok tok tok "Mas udah bangun. Kok gak kemesjid sholat subuh" ucap Ufi dari luar.

Sedikitpun tak ada jawaban dari dalam dan membuat Ufi sedikit mulai kawatir. "Mas gak papakan didalam, aku masuk ya" ucap Ufi hati-hati, karena memang hubungan mereka masih belum sepenuhnya baik.

Setelah beberapa menit kekawatiran Ufi menjadi-jadi, dia beranikan diri membuka pintu kamar suaminya dan memang itu pertama kalinya dia memasuki kamar suaminya.

Diujung tempat tidur terlihat sosok samar-samar. Ufi nyalakan lampu kamar dan mendatangi suaminya yang sedang berbaring di tempat tidur. Dia lihat wajah Wawan sangat pucat, perlahan dengan sedikit ragu Ufi memberanikan diri memegang dahi sang suami.

"Astagfirullahhallazim Mas, panas sekali badanmu" ucap Ufi kaget.

"Kita berobat ya Mas, Ufi gak mau mas kenapa-kenapa. Matanya memanas dan mulai berkaca-kaca. Kekawatirannya semakin menjadi-jadi.

"Tidak usah, cukup istirahat saja nanti juga sembuh sendiri" ucap Wawan lemah.

"Tapi mas badan kamu panas sekali dan wajahmu pucat" tegas Ufi.

Wawan agak sedikit terkaget dengan sikap istrinya, baru kali ini istrinya keras kepala dan agak sedikit cerewet.

Ufi dengan kekehnya pergi kekamar dan mengambil hadphonnya dan menelpon seseorang. Selang beberapa menit ada suara ketukan dari luar rumah. Ufi segera bergegas membukakan pintu. Ternyata itu dokter pribadi keluarga besar Ufi, dokter alvin.

"Saya periksa dulu ya pak" ucap dokter Alvin sopan.

Wawan hanya mengangguk dan menjalani semua pemeriksaan dokter dikamarnya hingga selesai.

"Gimana dok keadaan suami saya?" ucap Ufi masih takut dengan keadaan suaminya.

"Gak papa ko bu. Suami ibu cuman sedikit kelelahan, mungkin karena terlalu fokus bekerja. Nanti akan saya berikan obat vitamin dan sedikit antibody untuk suami ibu dan saya sarankan untuk lebih banyak istirahat dulu beberapa hari ini sampai keadaan suami ibu memulih". Ucap dokter Alvin

Setelah Ufi mengantat dokter Alvin kedepan. Dia langsung kembali kekamar suaminya untuk melihat kembali keadaan suaminya. Dilihatnya suaminya masih pucat dan badannya masih panas. Teringat Ufi dengannya dulu saat dia kena panas. Ibu mengompresnya dengan air hangat agar cepat membaik.

Bergegas Ufi kedapur untuk menyiapkan air hangat dan kain. Setelah itu perlahan Ufi duduk di samping kamar tidur seraya mengompres dahi sang suami. Dan sesekali memijat-mijat kepala sampai pundak sang suami.

"Mas makan dulu ya nanti biar bisa minum obat, tadi ufi sudah buatin bubur buat mas" ucap Ufi.

Wawan masih diam dalam sakitnya. Malas rasanya makan sesuatu apalagi saat sakit seperti ini semuanya akan terasa pahit dan tidak enak.

"Ayolah mas, sedikit saja dari pada mas tidak makan nanti akan semakin membuat mas sakit" ucap Ufi.

Tidak habis akal Ufi dengan suaminya yang enggan memasukan makanan kemulutnya karena memasukan makanan saat sakit memang sangat penting apalagi memang harus makan sebelum meminum obat.

"Jika mas seperti ini saja, nanti akan lama sembuhnya dan kerjaan mas akan numpuk di kantor" ucap ufi sedikit kesal dengan tingkah suaminya.

Perlahan Wawan bangkit setelah mendengar kata-kata itu. Benar juga apa yang dikatakan sang istri. Jika kelamaan sakit dan tidak masuk kerja maka akan menumpuk dokumen-dokumen itu. Wawan adalah orang yang sangat bertanggung jawab dalam pekerjaannya.

Perlahan Ufi menyuapkan bubur kemulut wawan. Suapan pertama wawan masih enggan karena memang terasa pahit mulutnya saat itu, namun dia memikirkan pekerjaannya dan lanjut memakan bubur itu. Setelah itu meminum obat dari dokter Alvin dan lanjut beristirahat di kamar tidur.

Jam berganti jam Ufi masih saja setia di kamar itu dan mengompres sang suami yang sedang terbaring sakit. Dengan kasih sayang tulusnya kepada suami kegiatan merepotkan itupun menjadi tempat kebahagiaannya. Bagaimana tidak, saat seperti inilah Ufi bisa puas melihat wajah sang suami saat tertidur dan membelai lembut kepala sang suami. Jika di hari lain mana mungkin kejadiannya akan sama seperti ini.

. . . . . . . . . . . . .

Sudah lama ya nunggu Updatenya. Maaf ya Author lagi ada tugas negara jadi baru bisa Update.

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang