Wawan POV
Hari itu aku sebenarnya sangat tidak ingin melakukan apa yang Bunda minta kepadaku. Bunda ingin aku dan dia untuk pergi menjenguknya dirumah.
Hatiku sangat dongkol dan kesal, mengapa harus bunda menyebut namanya di telingaku. Dan lagi aku akan menghabiskan waktu libur kerjaku didekat wanita itu. Sebenarnya aku tak sudi.
"Bunda, wawan bisa sendirian kesana kan, biasanya juga gitu" ucap wawan dalam percakapannya di telpon.
"Bunda kangen juga sama mantu bunda yang cantik itu, lagiankan dia juga anak bunda jadi wajar kan, bunda kangen sama di juga." Sahut suara di telpon itu.
"Tapi kan Bun....."
"Sudah, pokoknya bunda gak mau tau. Kalian harus kesini berdua" tegas bunda memotong jawaban wawan yang belum selesai.
Setelah pulang aku langsung membaringkan tubuhku di dalam kamar. Aku masih belum mau memberi tahu dia, alasan yang jelas sih tidak mau berlama-lama berhadapan dengan wanita itu.
Sejenak setelah aku mandi dan menyiapkan tempat tidur, terpintas dalam benakku sosok wanita itu lagi, wanita yang aku idam-idamkan dan yang sangat aku sayang melebihi apapun. Wajah manisnya, suara lembutnya, dan perilaku manjanya. Aahhh aku terbuai dalam ikatan masa lalu dan semakin menenggelamkanku. Sampai pada di mana aku teringat bahwa dia sudah menikah dengan pilihannya dulu dan kabar burung yang aku dengar saat ini dia sudah hamil besar menanti kelahiran anak pertamanya dari buah cintanya bersama pilihannya.
Aku langsung merasa dongkol saat itu juga mengingat di mana saaat dia menemuiku untuk terakhir kalinya dan menyatakan dia ingin menikah dengan pilihannya.
Aku mengusap kasar wajahku dengan fikiran yang kalut. Dalam raga yang lelah sepulang kerja dan otak penuh dengan ingatan masa lalu tanpa sadar aku terlelap dalam tidur.
Keesokan paginnya seperti biasa saat aku ingin berangkat sholat jamaah kemesjid wanita itu sudah menantiku di ambang pintu berharap agar aku merubah sikap kepadanya. Namun sayang semakin aku melihatnya, malah aku semakin benci dengannya dengan senyum palsunya untuk menggambarkan bahwa dia baik-baik saja.
"Setelah pulang sholat subuh nanti aku harap kamu siap-siap, harini bunda ingin bertemu kita" seraya aku berlalu di hadapannya menuju masjid.
Setelah sepulang dari masjid akupun langsung masuk kamar dan bersiap-siap untuk kerumah bunda hari ini. Aku memilih pakaian yang sesimple mungkin dengan jeans biru dan baju hem lengan panjang warna abu-abu. Saat sudah selesai aku menuju mobil untuk pergi kerumah bunda.
Dalam perjalanan aku hanya diam, aku mengumpat dalam hati jika saja dia pergi sendiri dengan taksi online. Sesampainya di tempat makan aku membeli makanan kesukaan Bunda untuk nanti kami makan dirumah Bunda. Kami sengaja tidak sarapan agar nanti bisa makan bersama bunda dirumah.
Selang beberapa menit kami sampai di tujuan. Turun dari mobil dan langsung menuju rumah Bunda.
Tok tok tok. Ku ketuk pintu rumah bunda seraya mengucap salam. Ada sahutan suara dari dalam rumah, ya aku sangat hafal suara itu. Itu adalah suara bunda.
Setelah pertemuan dengan bunda dan berbincang, aku cukup kaget dengan apa yang bunda ucapka, dia minta cucu tegasnya dan tanpa basa-basi. Apakah ini alasan bunda menyuruh kami kemari.
Aku hanya terdiam kaku dan menjawab sekenanya. Dan mengajak bunda tuk pergi makan untuk tidak membahas masalah cucu lagi.
Suasana berbeda hari itu membuatku terdiam sesaat, saat melihat dia memeluk Bunda dengan kasih sayangnya dan terlihat sangat tulus dan mampu membuat bunda tenang. Namun permintaan lain bunda kembali membuatku kalut saat dia memberi tahuku bahwa Bunda ingin aku dan dia bermalam disini karena Bunda masih sangat merindui mereka dan ingin melepas rindu itu malam ini.
Dengan berat hati aku meng iyakan permintaan Bunda. Aku sadar memang saat ini aku sangat jarang memperhatikan Bunda karena kesibukanku dalam bekerja.
Lelahpun semakin terasa. Tubuhku tak tahan lagi untuk melanjutkan malam itu. Aku ingin tidur dan beristirahat. Ku sempatkan sebelum tidur tuk mengambil air dan berwudhu, memang itu kegitan rutinku saat ingin tidur, agar pada saat tidur tidak diganggu oleh syetan dan sebangsanya.
Mataku terdiam dengan waktu yang cukup lama di satu titik. Saat melihat dia tidur tidak memakai niqabnya yang sering dia pakai. Beberapa saat aku terpesona dengan apa yang aku lihat dan berupaya tuk mengendalikan diri. Hatiku tak karuan jantungku berdetak kencang entah apa yang terjadi dengan diriku saat itu, terlepas dari semua yang sudah dia lihat hari ini sampai saat malam ini.
Aku mantapkan hati dan berharap dia sudah tidur dan aku mengucap terima kasih tulus kepadanya untuk semuanya harini. Dan akupun tertidur dalam rasa tak karuan yang entah datang dari mana.
. . . . . . . . . . . . . .
Rasa apa yang dirasakan oleh tokoh wawan. Stobery mungkin atau jeruk 😄😄😄 entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurnaku.
RomanceKetika cinta bertepuk sebelah tangan dan semua tidak sesuai harapan bahkan hingga saat terakhir perjuangan. Namun tuhan berkehendak lain, diujung perjalanan tuhan membuktikan kekuasaannya.