Ufi POV
Di pagi buta aku dikagetkan oleh suamiku, dia memberika arahan kepadaku jika nanti saat selesai sholat subuh agar bersiap-siap untuk kerumah bunda. Kata suamiku bunda kangen dengannya.
Perlahan aku tersenyum kecil membayangkan apa yang akan terjadi hari ini. Dalam sujud aku berdoa kepada tuhan agar memudahkan kegiatan hari ini dan membuatnya indah tanpa harus ada rasa yang kecewa lagi.
Setelah sholat subuh aku mempersiapkan diriku untuk menemui ibu mertua. Aku pakai pakaian yang paling bagus menurutku karena aku sadar momen ini tidak pernah akan terulang lagi.
Selang beberapa menit suamiku sudah berada dalam mobil dan menungguku. Bergegas aku mengunci pintu rumah dan masuk kedalam mobil, takut mengecewakan suamiku yang sedari tadi sudah menunggu didalam mobil.
Dalam perjalanan kami menembus padatnya jalanan kota kami tidak sedikitpun berbicara. Namun aku sangat bersyukur kepada Allah sudah mengijinkannya untuk satu mobil dengan suaminya bahkan tanpa ada percakapanpun aku tak apa.
Sebelum sampai rumah Bunda mobil kami berhenti di salah satu rumah makan, dan suamiku membeli soto untuk bunda. Disitu aku tau bahwa mertuaku menyukai masakan itu. Kelak aku ingin memasak buat bunda dan suamiku.
Sesampainya dirumah Bunda kami turun dan menuju rumah Bunda. Suamiku mengetuk pintu rumah itu dan mengucap salam. Ada sahutan lembut dari dalam, benar saja itu bunda. Kami langsung mencium punggung tangan Bunda dan melepas rindu.
Saat saling berbincang dengan bunda aku sangat terkejut dengan apa yang dikatakan bunda, dia sangat menginginkan cucu diwaktu senjanya. Aku paham dengan keadaan bunda yang sering sakit-sakitan dan seiring waktu semakin menua. Tapi bisakah aku membahagiakannya dengan apa yang terjadi dalam keluargaku.
Bisakah aku memberikan cucu ke Bunda sedangkan suamiku menyentuhku saja seperti merasa jijik. Aku tak tau harus berbuat apa. Kupeluk bunda yang mulai meneteskan mata. Entah angin apa yang membuatku saat itu seketika berucap akan segera memberikannya cucu. Aku mengutuki ucapanku dan takut suamiku semakin marah kepadaku. Namun saat aku mengucaokan kata itu sontak bunda menjadi sedikit tenang. Bukan ketenangan bunda yang membuatku gagl fokus. Tapi suamiku, dalam diamnya saat melihat bunda sedih berubah seketika saat melihat bunda bisa kutenangkan dan ada senyuman kecil yang lolos dari bibirnya. Aku terpana sesaat melihat pemandangan itu. Sejak kapan terakhir melihat suamiku tersenyum, mungkin tidak pernah sama sekali gumamku dalam hati.
Saat suamiku pergi ke masjid untuk menunaikn sholat magrib berjamaah, bunda mengajakku untuk sholat berjamaah juga dirumah dan setelah selesai sholat bunda mengutarakan keinginannya jika dia masih rindu denganku dan suamiku. Di ingin kami tuk tidur semalam saja tuk hari ini. Rasanya belum puas dia melepaskan rindu kepada anak dan mantunya.
"Ufi bilang sama mas dulu ya bunda, semoga aja mas mau tidur disini malam ini" ucapku.
Benar saja suamiku mau bermalam malam ini setelah aku sampaikan keinginan bunda. Mungkin dia juga menangkap kerinduan bundan kepadanya. Sesaat aku terdiam saat suamiku menanyaiku dengaan perihal jawabanku kepada Bunda tentang memberikan cucu secepatnya. Aku hanya diam takut salah, takut di marahi, semuanya bercampur jadi satu.
Setelah beberapa waktu dalam diamku. Kata-kata itu lagi-lagi menusuk jantungku seakan memaksa ingin keluar dan semakin kencang berdebar. Namun dengan rasa berbeda dari ketakutan tadi. Rasa ini kebahagiaan bercampur ketidak percayaan. Suamiku yang dingin dan cuek berterima kasih kepadaku. Oh tuhan mimpi apa aku semalam.
Setelah suamiku beranjak pergi kekamar mandi. Aku menyiapkan tidurnya di bawah dengan selimut-selimut tebal agar dia tidak kedinginan. Dia meminta untuk tidur dibawah dan sejujurnya aku tidak kaget karena aku tau hatinya masih sepenuhnya untuk wanita itu. Selang beberapa menit suamiku keluar dan akupun langsung pura-pura tidur membelakanginya. Aku ingin menoleh karena suara langkahnya terhenti beberapa saat namun rasa ragu terlalu besar untuk membuatku menoleh, akupun tetap dalam posisiku.
Jantungku seakan-akan mau melompat kembali. Pipiku memerah, nafasku tak karuan saat mendengarnya lirih mengucap terima kasih lagi kepadaku dan terdengar tulus. Aku hanya bisa tersenyum dalam diam. Ya Rabb, terima kasih engkau telah mengabulkan doaku malam ini ucapku dalam hati. Dan akupun tertidur dalam senyuman.
. . . . . . . . . . . . . . . . .
Cie yang lagi bahagia niih... Ciee ciiee,
Ah bikin Author baper aja. Hmmm
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurnaku.
RomanceKetika cinta bertepuk sebelah tangan dan semua tidak sesuai harapan bahkan hingga saat terakhir perjuangan. Namun tuhan berkehendak lain, diujung perjalanan tuhan membuktikan kekuasaannya.