Setelah beberapa hari di hotel tersebut mereka pulang kerumah yang sudah lama wawan beli dengan uang hasil kerja kerasnya selama ini. Tapi wawan sangat jarang menempatinya, dia lebih memilih pulang kerumah bunda dan menemani bunda dalam hari-harinya.
Sesampainya mereka dirumah wawan mengatakan kepada istrinya bahwa istrinya akan tidur di kamar tamu dan wawan akan tidur dikamar utama.
"Anggap saja rumah sendiri jangan sungkan dan urus saja urusan yang menjadi hakmu jangan fikirkan aku" ucap wawan seraya berlalu.
Terlepas semua itu, ufi perlahan beranjak kedalam kamar yang sudah ditunjukan oleh suaminya, dia menghepaskan semua badannya menjatuhkan sedalam-dalamnya keatas tempat tidur.
Selang beberapa waktu ufi bangkit dan membuka handphonnya, banyak chat masuk dari teman dekat dan teman-teman sekantornya termasuk irul tak luput mengucapkan selamat kembali seraya menggoda teman sekantornya tersebut.
"Selamat ya ibu ufi yang jutek sudah dapat suami yang sesempurna raja seperti dalam dongeng, diikuti emot senyum dan tawa" ucap irul dalam chatnya.
"Hhmmm, kalian saja tidak tau apa yang sekarang kurasakan, menikah dengan seseorang yang bahkan tak peduli denganku dan hanya memikirkan seseorang yang dia cinta, rasanya sakit dan sesak nafas ini. Namun aku percaya pilihan ayah ibu insyaallah sejalan baik dengan kebaikan yang akan Allah berikan kepadaku, aku hanya cukup bersabar menjalani semua proses ini" decak ufi dalam hati.
Keesokan paginya ufi sudah bangun sekitar jam setengah 4 untuk melakukan sholat tahajud dan tadarus alquran hingga sholat subuh tiba dan akan dilanjutkannya menyiapkan sarapan untuk orang yang tidak menginginkannya.
"Mas sarapan dulu, tadi sudah aku siapkan di meja makan Nasi goreng telor dadar" ucap ufi lembut.
"Kamu aja yang makan, aku bisa nanti makan dikantor" jawab wawan datar.
Ufi terdiam sejenak dengan tanggapan dingin suaminya. "Mas nanti pulang kerja jam berapa?"
"Tidak usah siapin apa-apa saat aku pulang kerja. Kamu juga kan nanti sibuk dengan pekerjaanmu yang sudah beberapa hari kamu tinggal. aku tidak mau jasa budi denganmu" ucap wawan datar.
Setelah mereka siap-siap untuk berangkat kerja, ufi menutup dan mengunci pintu rumahnya dan beranjak kedalam mobil yang dimana sudah ada suaminya menunggu didalam mobil.
Dalam perjalananpun hanya hening bahkan suara AC mobilpun sampai bisa terdengar jelas oleh telinga mereka. "Kamu nanti pulangnya pakai taksi online aja, soalnyakan jam pulang kerja kita berbeda" ucap wawan memecah keheningan.
Ufi hanya mengangguk pelan dan memaklumi perbedaan jam pulang kerja mereka.
Sesampainya dikantor ufi, terjadi kecanggungan entah apa yang harus ufi lakukan entah mencium tangan suaminya atau bagaimana. Karena terakhir dia mencium tangan suaminya atau menyentuh suaminya pada saat akad nikah saja selepas itu berdekatanpun mereka hampir tidak pernah. Namun suaminya hanya datar bahkan tidak menyodorkan tangan untuk ufi dan perlahan beranjak pergi kekantor yang memang agak sedikit jauh dengan kantor ufi namun masih satu arah.
Setelah masuk jam siang wawan mendapat pesan WA dari istrinya "Mas jangan lupa sholat zuhur sama makan siangnya"
Wawan menghela nafas dan menekan tombol kembali di handphonnya. "Mengapa dia tidak menyerah dengan sikapku selama ini" ucap wawan dalam hati. Dan seraya melanjutkan pekerjan kantornya yang sudah menumpuk karena ijinnya wawan beberapa hari saat hari pernikahannya beberapa hari lalu.
Setelah pulang bekerja ufi melihat rumah yang agak sedikit kotor dan berantakan karena mungkin jarang ditempati. Dia berinisiatif membersihkannya dari kamar kekamar dan dari ruangan keruangan lainnya tak luput dari kejelian matanya dan tuntas dibersihkannya. Karena semalam dia sangat capek sehingga kurang memperhatikan secara seksama rumah barunya tersebut.
Setelah beres-beres dia masuk kedapur dan memasukan barang belanjaan yang dia beli saat pulang kerja tadi. Dan menyiapkan makanan buat suaminya.
Malampun berlalu dan ufi khusuk dalam sholat isyanya seraya berserah diri kepada Rabb-Nya. Mengeluh kesahkan semua yang ada didalam hatinya dalam sujudnya, basah sajadahnya terkena tetesan suci airmatanya.
Terdengar dari kejauhan suaminya baru pulang bekerja dan membuka pintu. Bergegas ufi menghampiri suaminya tersebut. "Mas sudah sampai. Sudah makan mas, aku sudah menyiapkan makan malam buat mas. Kita makan sama-sama ya mas" ucap ufi.
"Kamu saja yang makan, aku sudah kenyang tadi dijalan sudah makan. Aku mau kekamar dulu belum sholat isya" seru wawan perlahan meninggalkan ufi begitu saja.
Hatinya terasa ditusuk beribu jarum, badannya bergetar dan wajahnya memerah. Bagaimana bisa suaminya lebih memilih makan diluar dari pada masakan istrinya yang sudah bersusah payah dibuat dengan sepenuh hati.
Ufi berlari kecil kedalam kamar seraya menjatuhkan semua tubuhnya di tempat tidur dan memeluk erat gulingnya. Kembali tumpah di matanya air itu dan dengan cepat membasahi pipi mungilnya. Dia terisak-isak dalam heningnya malam sampai terlelap dalam tidurnya.
. . . . . . . . . . . . . .
Tak sanggup author melihatnya. Sungguh dingin sikap wawan terhadap istrinya.
Apa akhirnya istrinya minta cerai dengan wawan karena tidak tahan dengan semua ini??
Entahlah. :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurnaku.
RomanceKetika cinta bertepuk sebelah tangan dan semua tidak sesuai harapan bahkan hingga saat terakhir perjuangan. Namun tuhan berkehendak lain, diujung perjalanan tuhan membuktikan kekuasaannya.