Bab 18

44 4 0
                                    

Perlahan mata Wawan terbuka, pusing dikepalanya mulai mereda. Saat mengedarkan penglihatannya diseluruh kamar ada sesuatu yang berbeda saat itu. Ada istrinya di samping tempat dia berbaring. Ufi tertidur dalam lelapnya.

Wawan memandang lekat wajah istrinya. Baru kali ini dia melihat dengan jelas wajah sang istri. Tanpa sadar dia tenggelam dalam pandangannya melihat sosok wanita yang wajahnya cantik maupun segi akhlaknya.

Dalam lamunannya wawan tersadar dengan semua yang telah dia lakukan kepada istrinya selama ini. Betapa tidak bahagianya sang istri selama ini karena tingkah laku Wawan. Namun balasan sang istri tetap memberikan segalanya dengan ketulusan dan kasih sayang.

Tanpa sadar tangan Wawan perlahan mengusap kerudung Ufi dengan lembut sehingga membuat Ufi terbangun.

"Mas udah bangun?" jawab Ufi serak setelah terbangun dikarenakan belayan lembut sang suami.

"Iya alhamdulillah sakit kepalanya sudah agak mendingan" ucap Wawan senyum.

"Kamu nampak letih. Lebih baik kamu istirahat di kamar" sambung Wawan.

"Aku disini aja Mas nungguin kamu. Mas kan lagi sakit" sahut Ufi.

"Kamu sudah makan?" tanya Wawan.

Ufi menggeleng pelan sembari menundukan pandangannya.

Saat itu jantung Wawan berdebar mendengar pernyataan sang istri. Betapa Ufi sangat menghawatirkan Wawan yang sedang sakit sampai-sampai dia tidak memikirkan dirinya sendiri.

Perlahan wawan bangkit dan dibantu Ufi untuk menyandarkan diri di tempat tidur.

"Kenapa mata kamu sembab, kamu habis nangis?" tanya wawan.

"Tadi cuman kelilipan" sahut Ufi sembari tersenyum.

Wawan tahu sang istri menyembunyikan sesuatu kepadanya.

"Kamu menghargai aku sebagai suami?" ucap wawan.

"Maksud Mas?" jawab Ufi kaget.

"Jika kamu menghargai aku sebagai suami, selayaknya kamu tidak akan berbohong kepadaku" sahut wawan.

Ufi tertunduk sesaat. "Tadi Mas mengigau dan menyebut nama perempuan itu"sahut Ufi hati-hati.

Perlahan terlepas butiran air itu dari mata Ufi. Tak sanggup lagi Ufi tuk menahannya.

Begitu juga Wawan, dia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan sang istri.

"Ya Rabb, mengapa lagi dan lagi aku menyakiti perempuan ini. Sudah begitu banyak dosa yang kuperbuat" ucap Wawan dalam hati.

Beberapa saat mereka hanya diam dalam suasana yang canggung tersebut.

"Maaf kan aku atas segalanya" ucap Wawan memecah keheningan.

Mata Ufi membelalak mendengar ucapan sang suami. Dia tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. "Apa ini hanya sebatas mimpi" ucap Ufi dalam hati.

"Aku akan berusaha memperbaiki semua ini dan memulai dari awal semua ini dengan baik" ucap wawan.

Mendengar semua itu tangis Ufi semakin menjadi-jadi, tak sanggup lagi dia menutupi tangisnya. Semakin terisak-isak Ufi menangis dan Ufi hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Belum selesai sampai disitu. Saat Ufi larut dalam tangisnya. Terasa sebuah tangan perlahan mendekapnya dalam-dalam, terasa hangat dan menenangkan. Rasa yang belum pernah sebelumnya Ufi rasakan.

"Maafkan segala kesalahan Mas padamu. Kamu maukan memulainya dari awal?" ucap wawan dalam pelukannya.

Ufi hanya mengangguk dalam pelukan wawan dan menghambur tangisnya dalam dekapan wawan. Tak mampu dia berkata apa-apa lagi. Dia hanya ingin berlama-lama dalam keadaan itu, dalam dekapan hangat suaminya.

"Sudah jangan menangis lagi. Nanti cepat keriput loh" canda wawan dan diringi cubitan kecil Ufi di pinggang Wawan sehingga membuat Wawan teraduh kaget.

Saat wawan melepaskan pelukannya. Mereka saling tatap dalam waktu yang lama. Sampai saat dimana wawan perlahan mendekatkan wajahnya dan mencium kening Ufi.

Tubuh Ufi mengejang, hatinya tak karuan, jantungnya serasa mau copot dengan apa yang dilakukan sang suami kepadanya.

Mereka berdua hanya diam dalam bisu. Sampai Wawan memecah keheningan. "Kamu makan dulu sana terus sholat Zuhur dulu" ucap wawan.

Ufi mengangguk dan perlahan berdiri dan meninggalkan kamar dan masih dalam tanpa kata sepatahpun. Ada suatu hal yang terlihat oleh wawan yang sangat jarang dia lihat. Ada secercah senyuman manis yang lolos dari bibir Ufi sebelum meninggalkan kamar tadi yang membuat hati wawan serasa tak karuan dan membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Dengan tubuh yang masih lemah wawan perlahan memasuki kamar mandi dan mengambil air wudu dan melaksanakan sholat.

Merekapun sholat zuhur bersama namun masih dalam kamar masing-masing.

Selesai sholat Ufi kembali menghambur tangisnya dan berterima kasih kepada sang pencipta, perlahan doa-doanya selama ini mulai sedikit demi sedikit dikabulkan oleh sang maha segalanya.

Begitu juga wawan. Setelah sholat dia berdoa dalam khusunya. Meminta maaf kepada sang khalik dengan apa yang dilakukannya selama ini kepada sang istri. Dia tulus ingin memulainya dari awal dan berniat akan menjadikan kekacauan ini menjadi sesuatu yang di rahmati oleh Allah.

. . . . . . . . . . . .

Aahhhh bikin baper nih si Wawan sama Ufi. Hehe jadi Pengen juga Author jadinya.

Penyempurnaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang