Soundtrack: Human-Christina Perri
(Soundtracknya diulang di part ini gapapa la ya)Happy Reading!
Hope you enjoy it!
__________________
Carolina POVThanks ped. Thanks.
You do nothing but you still broke my heart.
Di sepanjang perjalanan, aku terus menangis untuk menghilangkan rasa sakitku, walau hanya sedikit. Tapi nyatanya berbanding balik.
Dengan aku menangis seperti itu malah membuat ku mengingat masa laluku bersamanya.
Dan, akhirnya aku hanya berakhir di dalam selimut dan menangis. Seperti 5 tahun lalu.
Aku masih melanjutkan acara tangisanku saat handphoneku yang ada didalam tasku (yang entah aku lempar kemana) berdering beberapa kali.
Saat ku buka, aku dikejutkan oleh 15 panggilan dari Arzel. Apakah tangisanku sekeras itu sampai 15 kali panggilan di handphoneku tidak terdengar?!
Sebelum ku tekan layar untuk menelpon balik Arzel, bel di apartku sudah berbunyi duluan.
Dengan gerakan shock aku langsung mengambil tissue dan menyisir rambutku agar bekas-bekas tangisanku tertutupi, walau tidak banyak berpengaruh.
Saat kubuka pintu apartku, wajah tampan Arzel dan bajunya yang sedikit tidak rapi karena mungkin dia habis pulang kerja menatapku dengan khawatir.
Dan tepat di sebelahnya, temanku yang paling setia, Thea, berpakaian dress biru dongker selutut dengan pita di pinggangnya menatapku cemas.
"Olin? kamu kenapa? kok daritadi telfonnya Arzel ga dijawab? Kamu habis nangis ya?" Pertanyaan Thea langsung membanjiriku.
Malihat mukaku yang kaget, Arzel langsung memotongnya, "Udah-udah, ini olinnya shock kan, masuk dulu, baru nanti cerita. Kita boleh masuk kan lin?"
"Boleh kok boleh. Sini masuk." Kataku dengan nada yang tak bersemangat.
Setelah mereka duduk di sofa dan aku duduk di hadapan mereka, mereka pun mulai menginterogasiku.
"So, what's happen lin?"
"Aku. Ketemu. Lagi. Sama. Pedro."
Ingin rasanya aku menangis hanya dengan 4 kata skral yang ku ucapkan tadi.Seakan mengerti keadaanku, Thea pun duduk disebelahku dan mengelus punggungku halus. "Tell us the story lin, so you can cry."
♾♾♾
2 minggu kemudian...
Hari Sabtu yang cerah, ku manfaatkan diriku untuk bersantai dan membaca beberapa buku dan menyesap secangkir kopi yang ku bawa dari cafe sekitar sini.
Saat sedang di balkon seperti ini, jadi teringat saat dulu aku masih mempunyai sahabat karib. Yang sekarang, bertemu saja seperti orang asing.
Apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku memaafkannya dan kembali bersama? Kata Thea kalau dia seperti itu berarti dia mulai membuka hati denganku. Tapi, beberapa hari yang lalu aku membuka berita di TV dan melihat dia bersama wanita yang katanya tunangannya.
Oh astaga, saat dekat walaupun jauh dia tetap mengambil alih pikiranku menjadi tak karuan.
Saat sedang merenung dan mengacuhkan novelku, terdengar dering dari handphone yang ada di meja depanku.
KRINGG KRINGG
"Halo, dengan Carolina Theodore. Ada perlu apa?" sapaku.
"Oh astaga! apakah ini benar Olin? Tante sangat membutuhkanmu nak!" Oh sebentar, kenapa orang ini memanggilku dengan nama akrabku? Dan kenapa dia juga menyebut dirinya "tante"?
"Hmm, Ini siapa klo boleh tahu?"
"Ah astaga! Ini tante, sayang. Tante Kenza! masa kamu lupa?"
"Astaga tante! Maaf, aku tak mengenali nomor barumu. Ada apa tante sampai membutuhkanku?"
"Tentang Pedro nak! Dia masuk rumah sakit dan terus mengigau namamu! Dia bahkan belum sadarkan diri! Bisakah kamu skrg ke rumah sakit?"
Astaga, sebenarnya apalagi yang terjadi dengannya?!
"Tante kirim alamatnya saja ya. Aku kan secepatku ke sana! Jaga Pedro tante!"
"Ok sayang. Terimakasih sekali lagi."
Oke, aku sekarang benar-benar panik. Dengan cepat aku mengambil hoodie warna merah maroon dan tas selempang kecil yang hanya berisi handphone dan dompetku. Dengan bergegas aku mengambil sepatu kets putihku dan kunci mobil.
Sesampainya di sana, aku langsung membuka pintu rawat inap Pedro dan melihatnya yang terbaring lemas dikelilingi oleh selang infus dan yang lainnya.
"Oh Ya ampun tante! Bagaimana dia bisa sampai seperti ini??"
Tante Kenza pun mengajak ku keluar.
"Sebenarnya, sudah 2 minggu ini kesehatan Pedro menurun, dia ga mau makan, diajak keluar pun susah dan sering tidur malam. Malah sekarang kebiasaan lamanya muncul lagi, merokok." Tante Kenza menjelaskan dengan raut sedih.
"Apa yang harus Olin lakukan?" mataku sudah mulai berair. "Rangkul lah dia lin, dia rindu kamu." Kata Tante Kenza sambil memegang bahuku.
Tak lama setelah itu, aku pun kembali masuk ke dalam ruangan sendiri karena Tante Kenza izin untuk kembali ke rumah.
Dan, yang terjadi selanjutnya benar-benar membuatku merasa bersalah.
♾♾♾
Altough i always want to forget all of the things between you and me, at the end i blame myself (again)
-Carolina Theodore
HAY BEBSS,
Long time no see!1!1!1! hehe. MICCU SO MUCHHH.
Maapin lagi Artha yang as always ga ada niat buat update. Maapin otak Artha yang as always halu and buntu buat mikirin ni ceritaaa.
Hayati capek dek :(
TEYIMAKASYI SEMUANYA YANG MASI MAU SUPPORT ARTHA SM VOTE N COMMENT!
LUV U!!
-All the love A
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [ON HOLD]
Teen FictionJika manusia bisa memilih ingin dicintai oleh siapa saja, mengapa manusia bisa merasakan cinta yang tidak terbalas? Pedro Linola Admillio dan Carolina Theodore Leaton. Sepasang sahabat yang sebenarnya saling mencintai tapi mereka tidak menyadari keb...