Gue sengaja kasih lo bunga,
biar suatu saat kalau lo kangen gue. Lo tinggal cium aja aromanya...÷×÷×÷×÷×
"Lo yakin Ro?" Iyok bertanya ke pada sahabatnya.Alvaro tidak memperdulikan Iyok, dan malah asyik menciumi sebucket bunga mawar yang berada di genggamannya.
"Yok, gue rasa, Varo di pelet deh sama Caca." Bian berucap ngawur.
Bian mengaduh sakit, karena Iyok menjitak dahinya cukup kuat.
"Ngaco!" Varo menatap tajam ke arah Bian. Merasa kesal karena di tuduh yang tidak-tidak.
"Ya abisnya, lo tergila-gila banget si sama tu cewek. Wajar dong kalo gue curiga." Bian menjawab, sambil mengusap dahinya yang masih terasa sakit.
Alvaro diam, tak lagi menanggapi, ia hanya tersenyum, dan masih tetap menatap ke pada bunga mawar nya.
"Ro, lo setres ya? Senyam-senyum sendiri." kali ini Diva, yang baru saja datang dan merasa risih dengan tingkah Alvaro.
"Iya, udah gila dia." Iyok menimpali, karena yang Diva ucapkan ada benarnya.
Namun...
"Lo bertiga!"
Iyok, Diva, dan Bian serempak menoleh ke arah Varo sambil mengelus dada masing-masing karena terkejut, dengan tingkah Alvaro. Dan cowok itu sudah berdiri tegak agak jauh dari hadapan mereka bertiga.
"GUE PERGI DULU YA! KALIAN JANGAN LUPA DO'AIN GUE!!!" teriak cowok itu dengan raut wajah bahagia.
Tiga sekawan itu hanya bisa melongo menatap kepergian Alvaro.
"Semangat Ro..." Bian berucap sangat lirih hingga terdengar seperti berbisik.
****^^^****
"PERMISI!!!"
Seisi kelas menoleh ke arah pintu. di mana terlihat seorang cowok kece dengan sebucket bunga mawar di tangannya. Dia masuk kadalam ruangan sambil kepalanya melongok, dan matanya menyusuri setiap bangku. Berharap menemukan seorang yang tengah dia cari. Tapi sayangnya, Varo hanya menemukan mantan pacarnya saja, yaitu Arletta.
"Let!"
Gadis itu mengangkat alis.
"Felica mana?"
"Kantin."
"Oke thanks!"
Letta menatap kepergian cowok itu dengan raut wajah bertanya. Namun segera dia tepis rasa penasarannya itu dan kembali berbicara dengan teman yang ada di depannya.
Varo berlari menuju ke kantin dengan perasaan senang sekakigus deg-deg'an. Selama perjalanan, senyum terus terukir di wajahnya. Saat dia sudah berada di area kantin sekolah. Matanya mengkap sosok yang di cari. Gadis itu tengah menyantap semangkuk bakso bersama kedua sahabatnya, Sani dan Alissa. dengan cepat dia berlari ke arah gadis itu, dan duduk di samping Caca.
Caca yang tengah sibuk dengan makannya. Dia cukup terkejut saat melihat Alvaro berada di sampingnya dengan cengiran, Dan sebucket bunga di tangannya. Alis Caca terangkat, dalam hatinya dia bertanya. 'Ada tujuan apa cowok tengil ini mendatangi nya, pakai bawa bunga segala.'
"Ngapain lo di sini?" tanya Caca dengan jutek, sinis, dan tatapan nya sadis!
"Hem. Nggak ada apa-apa, cuma mau nemenin lo aja di sini." ucap Alvaro sambil menahan grogi.
"Eh, nggak perlu ya! Udah ada Alissa sama Sani. Pergi sana!" Caca mengusir Alvaro.
"Hem. oke! Gue bakalan pergi. Tapi sebelum gue pergi, gue mau ngasih ini dulu ke elo."
Alvaro memberikan Bucket berisi mawar, dan menaruhnya di meja dekat mangkuk bakso milik Caca.
"Gue nggak tau bunga apa yang lo suka. Sorry kalo gue sedikit aneh dan... ini buat lo. Gue sengaja ngasih bunga ini sebagai permintaan maaf soal insiden yang kemarin."
Alvaro menjeda ucapannya sebentar.
"Gue sengaja ngasih lo mawar, soalnya ini bunga wangi banget. Dan, supaya harum itu terus lo ingat. Biar sewaktu-waktu saat lo kangen gue. Lo bisa cium tu bunga." Dia terseyum.
"Yaudah, gue pergi dulu ya."
Caca melongo, sedangkan Alissa malah histeris. Padahal yang di beri bunga Caca. Alvaro tersenyum sebentar lalu meninggalkan Caca yang masih terkejut dengan ucapan cowok tadi. dengan percaya dirinya dia berbicara.
"Ya ampun gila romantis banget!!!" Alissa berseru dengan sangat senang.
"Ca! Woy! Sadar woy!" teriak Sani sambil menampar pipi gadis itu. Caca pun tersadar dan menatap ke arah bunga nya.
"Cie yang dapet bunga, ehem." Alissa menggoda.
"Apaan sih lo Sa!"
"Ya ampun, santai aja kali Ca. ih gue jadi pengen deh, romantis banget sih Alvaro." Alissa lagi-lagi mengoda.
"Norak! San, nih tolong lo bawa! Udah ah gue mau ke kelas! Selera makan gue mendadak hilang."
Sani hanya mengangguk dan Alissa hanya cekikikkan menatap kepergian salah satu sahabatnya itu. Alissa menyenggol bahu Sani membuat cewek itu menoleh.
"Si Caca jual mahal banget nggak sih? Lo liat nggak, mukanya merah loh tadi."
"Yah. Al, lo kaya nggak tau Caca aja. Btw, nanti gue mau nganterin ni bunga ke rumahnya. Pulang sekolah lo temenin gue ya."
"Oke!"
******^******
Helo, gimana?
Sepertinya ada yang mencurigakan dari Caca. kira-kira cewek itu bakal luluh nggak ya sama Varo. Varo sweet nggak nih kira-kira?
Thank you.
#Elissamisca.f.
#10/04/2k18
#storyteenfict

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro
Teen Fiction"Alah! Lo di depan dia aja nggak berani. Apa perlu biar gue yang jadi wakil, dan bilang ke Caca kaya gini. 'Ca, boleh nggak Alvaro bilang. Caca aku rindu.' cuih! najis Ro." Alvaro mendadak sakit hati mendengar ucapan Iyok. Namun dia berusaha untuk t...