Perasaan aneh.

2.6K 112 9
                                    

Perasaan ini ga jelas, kenapa gue marah dia dekat dengan orang lain?

****

Malam ini Caca sedang ingin keluar rumah, iya. Entah mengapa, sudah lama juga dia tidak keluar rumah Malam-malam, karena malas, dan juga lelah.

Caca berjalan dengan santai di pinggiran trotoar, matanya asik menatap kebawah. Sebenarnya, bukan tidak ada tujuan dia pergi. Dia ingin membeli martabak kesukaannya yang, terletak lumayan jauh dari depan gerbang kompleks perumahan tempat Caca tinggal.

Di hirupnya udara malam yang sejuk, dan pemandangan lalu lalang mobil, masih berbaris antrean untuk maju. Yah, namanya juga kota, kemacetan masih saja terjadi meski hari sudah gelap.

Caca berjalan santai, hingga tak lama sampailah dia di tempat yang dituju. Sambil menunggu pesanannya jadi. Iseng dia menatap ke sekeliling jalanan. Tiba-tiba saja, tanpa sengaja matanya menangkap seorang laki-laki yang sangat familiar menurutnya.

"Itu kan Alvaro?" Ucapnya lirih.

"Permisi, mbak ini pesanannya."

Dia membayar martabak itu terlebih dahulu, lalu dengan cepat pergi. Caca berniat untuk mengikuti orang yang diyakininya sebagai Alvaro. Hanya sekedar untuk memastikan kalau apa yang dilihatnya itu, mungkin saja salah.

Awalnya hal itu terasa biasa saja, lalu semakin ia penasaran dan ingin memastikan bahwa itu bukan orang yang di kenal oleh Caca. Sampai pada saat Cowok itu berhenti di tengah jembatan penyebrangan. Caca hanya bisa berdiri di bawah sambil menatap ke arah Cowok itu. Di pandanginya dengan lekat, dan ternyata benar dia orang yang dikenal oleh Caca.

'Bener kan dugaan gue, dia Alvaro'-batinnya.

Namun...
Tak lama setelah itu, dia di kejutkan dengan kemunculan seorang cewek yang berada di samping Alvaro. Lagi-lagi dia memandangi dengan lekat untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. Cewek berpakaian minim, dan...

'What! Itu Siska?'


Ternyata Caca mengenal Cewek itu. Belum juga beranjak dari tempatnya berdiri, Caca masih saja menatap kearah dua orang yang berada di atas sana. Entah kenapa, tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Seperti marah, atau perasaan tidak suka.

Tak lama, akhirnya Alvaro dan Siska pun pergi dari tempat itu. Caca mulai bernafas lega karena mereka terlihat biasa saja. Hingga akhirnya Caca memutuskan untuk pulang kerumah.

Keesokkan harinya....

"Heh jawab! Ini punya Varo kan?"

"I-iya." Gadis berkacamata itu menjawab dengan terbata karena takut. Ia tidak mengerti kenapa pembully yang paling di takuti anak-anak cupu di sekolah ini, mendatanginya.

"Waah. Nggak bener nih. Lo ngapain aja sama Varo! Pec*n lo ya!" bentak gadis ber–makeup tebal itu tanpa alasan, dan membuat gadis berkacamata semakin ketakutan.

Dan pada saat gadis pembully itu akan menampar wajah Siska. Caca dan Ketiga sahabatnya masuk. Lalu Alissa menjerit dengan kencang hingga mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Saat Gadis pembully itu menoleh. Mereka langsung menundukkan kepala lalu berlari keluar meninggalkan kelas Caca. Meski terkenal pembully paling sadis, mereka tidak bisa melawan Caca. Karena Caca pernah membuat mereka kapok dan tak ingin terlibat lagi dengan nya. Hal itu membuat Caca, Alissa, dan juga kedua temannya tak merasa heran ataupun bingung. Tanpa fikir panjang mereka berempat segera menghampiri Siska yang hampir di tampar tadi.

"Lo nggak apa-apa Ka?" tanya Arletta, sambil memegang pundak Siska.

"Eng-enggak kok Let. A-Alissa, Caca, Sani, makasih ya," ucap Siska sambil menundukkan wajah.

"Oke, ada masalah apa lo sama Mega?" Sani bertanya.

Namun Siska tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepala saja. Sedangkan Caca, dia tidak mau berkomentar apa-apa. Dia tau apa penyebab Mega the Gank mencari masalah dengan Siska. Karena Jaket pria yang di incar Mega berada di tangan Siska.

Dan Caca tidak ingin berbicara banyak, apalagi menanyai Siska. Melihat wajah gadis itu, dia seperti merasa sedikit kesal. Untung saja Ketiga temannya tidak menyadari sikap Caca. Dan hanya mendesah pelan setelah mengetahui permasalahan Siska dengan Mega, karena menurut mereka tidak penting. Biarlah menjadi urusan Siska Dan Mega saja. Selama Mega belum melakukan hal yang terlewat batas mereka tidak ingin ikut campur.

"Gila ya Mega, untung aja lo itu di takutin sama dia. Kalo nggak, mungkin nasib lo lebih parah kali ya dari si Siska." ucap Sani sambil mencolek lengan Caca.

"Biasa aja." balas Caca singkat.

Sani mengangguk tanda mengerti.

Caca terdiam sebentar, lalu memutar tubuhnya sedikit menghadap ke belakang, dimana barisan di belakangnya adalah bangku yang Siska tempati.

"Lo bawa jaketnya Alvaro kan?" ucap Caca tiba-tiba membuat Siska, Letta, Sani, Maupun Alissa, Sedikit terkejut.

"I-iya." Siska gugub.

"Sini, biar gue yang ngasih ke Varo. Lo nggak mau kan kalau sampai di ganggu lagi sama Mega?"

"I-iya. Ini jaketnya, Sa-salamin makasih untuk Alvaro." Siska menyerahkan Jaket berwarna hitam itu kepada Caca.

"Ya, kalo Mega ganggu lo lagi, lo laporan aja sama gue." balas Caca sedikit ketus.

"I-iya Ca."

Setelah berbicara seperti itu, Caca melampirkan Jaket Alvaro di pundaknya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas. Ketiga sahabat Caca agak heran. Namun mereka semua menepis rasa penasaran itu dan berusaha untuk tidak memperdulikan Caca. Mereka tau apa yang akan Caca perbuat pada Alvaro.

*****

#ElissaMisca.F.
#05.06.2018

Alvaro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang