PDKT

33 6 3
                                    

"Pendekatan itu seperti hukun Newton III yg harus ada Aksi dan Reaksi"


Disinilah sekarang kedua insan ini berada. Di lapangan basket belakang sekolah. Sesuai janji mereka pada waktu istirahat tadi.

Enny menempatkan bokongnya di kursi panjang yg tergeletak di tepi lapangan. Lalu disusul oleh Yudha.

"Ehmm,Enny!" ucap Yudha untuk membuka pembicaraan.

"Kenapa,kak?" tanya Enny sembari melirik ke arah Yudha.

"Hmm,gak papa. Hehehehe." cengir Yudha yg terlihat gugup. Ia menggaruk tekuknya yg tidak gatal.

"Hahaha,kak Yudha ada ada aja. Yang jelas dong,kak?" Enny menyahut tak kalah gugup.

Lalu Yudha berdiri dari duduknya dan mengambil bola basket yg tergeletak di tengah lapangan.

Ia mencoba men dribble bola tersebut lalu melemparkannya ke ring.

Enny benar benar tidak mengerti apa maksud Yudha membawanya kesini. Katanya tadi ada sesuatu yg ingin di omongkan. Tetapi sampai sekarang,Cowok itu masih tidak menjelaskan apa maksudnya.

Ia malah asyik dengan bola basket yg sesekali ia lemparkan ke arah ring.

****

Sudah 30 menit berlalu,Yudha dan Enny berada di tempat ini. Enny terlihat sibuk menyapu pandangannya pada tempat yg menurutnya indah.

Tempatnya terbilang asri ,terdapat rumah pohon di sebelah lapangan basket. Suasananya adem dan tidak ada kendaraan yg berlalu lalang.

Namun sampai saat Enny, masih tidak ada kejelasan mengapa Yudha membawa Enny ketempat ini.

Enny berusaha mencairkan suasana yg terbilang canggung ini. Ia mencoba memberanikan diri untuk menyamperi Yudha yg masih asyik dengan bola basket yg ia pantulkan.

"Ehmm,kak Yudha!" seru Enny terdengar pelan.

"Iya,kenapa En?" tanya Yudha sembari menoleh ke arah Enny.

"Maaf yah kak sebelumnya kalo aku lancang. Sebenarnya tujuan kakak ngajak aku ke tempat ini,buat apa yah?" tanya Enny dengan nada memelas.

"Hmmm."

Yudha berdehem,ia meletakkan bola basket yg ia mainkan tadi ke tempat asalnya. Lalu berjalan ke tepi lapangan.

Enny mengikuti langkah Yudha dengan seribu tanda tanya yg mengisi pikirannya sekarang.

Yudha membuka risleting tasnya dan mengambil beberapa lembar tissue dan sebotol air mineral.

Butiran keringat menghiasi pelipisnya. Sesekali ia menyeka keringat tersebut dengan tissue.

Entah kenapa disaat penampilan Yudha seperti ini,ketampanan nya menjadi dua kali lipat. Dua kancing bajunya paling atas terbuka,rambutnya terlihat basah karena keringat yg bercucuran,dan wajah putihnya terlihat memerah karena sengatan panas matahari.

****

"Enny, kita ke rumah pohon itu yuk?" ajak Yudha dengan wajah santai.

Ia masih tidak menjelaskan apa tujuannya mengajak Enny kesini.

Enny hanya mengangguk pasrah seraya mengikuti langkah santai Yudha menuju rumah pohon yg terletak di sebelah lapangan.

Ia mencoba menaiki tangga rumah pohon tersebut dengan hati-hati. Lalu di susul oleh Yudha.

Be My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang