Bab 7

129 11 0
                                    

Cindy Margaretha POV

Hingga malam, aku masih mendapat SMS dari si orang aneh yang kuduga adalah Ria.

Aku sempat bertanya padanya.

Heh, lo itu pasti Ria kan? Lo ngintain gue?

Tidak sampai semenit, aku sudah mendapat balasannya.

Apa perlu gue ngasih tau rencana gue? Buat apa lo nanya kayak gitu?

Aku membayangkan wajah Ria yang menyunggingkan senyum licik ketika mengirim SMS itu. Sial, aku merinding. Mana lagi aku sedang sendiri di kamar!

Eh sialan lo! Ngelunjak lo?!

Haish, aku benar-benar emosi jiwa jika harus menghadapi anak ini. Sudah merinding, emosi jiwa, lama-lama aku sakit jiwa juga menghadapi anak ini!

Lima menit kemudian, handphone-ku berbunyi lagi.

Santai. Jangan mancing emosi gue, Cindy Margaretha. Atau lo bakal kena akibat dari emosi gue.

Aku mengabaikan pesan yang terakhir—yang jelas-jelas menyiratkan sebuah ancaman bagiku (dan teman-temanku juga). Tadinya, aku masih ingin membalasnya (ya iyalah! Aku kan paling ogah kalau disuruh mengabaikan begitu saja!). Tapi setelah kupikir-pikir lagi, daripada aku makin emosi, sebaiknya aku abaikan saja.

"Cindy! Makan malem dulu!"

"Iya, Ma!"

Aku menuju ke bawah dan melihat di meja makan sudah penuh dengan makanan kesukaanku. Setidaknya, hal ini membantuku untuk meredakan emosiku.

"Tumben makannya banyak," kata mamaku setelah aku mengambil porsi makanku yang tergolong dikit.

Aku cemberut. "Lagi kesel."

"Sama siapa?" tanya mamaku sambil menarik kursi dan duduk di sebelahku.

"Sama temen yang pernah aku ceritain ke mama itu loh. Temen yang dipindahin ke Jerman," kataku malas menyebut namanya.

"Oh, yang gila itu ya?" tanya mamaku memastikan.

Aku mengangguk. "Dari tadi siang, dia neror aku."

"Neror apaan?" tanya mamaku dengan nada yang sedikit meninggi. "Kenapa kamu ga cerita sama mama kalo kamu diteror?"

"Baru juga hari ini," sahutku. "Nih, liat aja."

Aku menyerahkan handphone-ku dan mamaku segera membaca SMS yang kuterima dari Ria sialan itu.

"Frankie tau soal ini?" tanya mamaku cemas.

"Dia orang pertama yang tau aku diteror," kataku yakin.

Mamaku menghembuskan nafas lega. "Syukurlah. Kalo Frankie udah tau, mama jadi lega."

Maksudnya, mamaku ga mau ikut campur kalau aku kena teror, hah? "Maksudnya?"

"Kalo Frankie udah tau, dia pasti jagain kamu. Dia orangnya bertanggung jawab kok. Mama bangga kamu milih dia jadi pacar kamu," kata mamaku sambil tersenyum.

Oh. Kukira, mamaku ga mau ikut campur masalahku.

Aku tersenyum malu ketika mamaku memujiku seperti itu. "Ah, mama bisa aja."

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang