Bab 19

66 8 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE YA!

BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA!


Cindy Margaretha

Sepulang dari sekolah, aku merasa Kila benar-benar keren pake banget.

"Cin, apa cuma aku yang ngerasa kalo Kila itu aneh banget?" tanya Frankie ketika perjalanan pulang.

Aku tersenyum kecil, walau tidak dilihatnya. "Aneh sih, nggak. Cuma, keren."

"Yeah, aneh sama keren beda tipis. Tapi gue salut sama dia, bisa ngajak Sera kerjasama sama kita," kata Frankie dengan nada bangga.

Aku mengangkat alisku. "Tapi, bisa aja kan Sera ngekhianatin kita dan jadi mata-mata buat Ria secara diem-diem dan tidak kita ketahui?" tanyaku.

"Iya. Tapi kemungkinan kecil. Secara Kila itu Penilik, jadi aku sih yakin kalo dia ga bakal jadi pengkhianat. Yang berpotensi jadi pengkhianat yang cukup besar itu kalo Devon kerjasama sama kita," kata Frankie panjang-lebar. "Iya ga?"

Aku terdiam. Iya juga sih. Ada benarnya juga. Devon itu kan dari muka aja keliatan rada-rada bejat dan rese gitu. Dia lebih berpotensi untuk jadi pengkhianat kalau dia kerjasama dengan kami.

"Nah, berhubung kamu ga jawab, kamu pasti masih mikir. Sejujurnya, aku juga masih mikir, soal perkataan Kila itu," kata Frankie jujur. "Aku ga ngerti deh. Apa yang dia maksud dengan "permainan hubungan"?"

"Oh itu sih gampang. Sejak dia ngirim teror, kita juga bikin rencana biar Vela deket sama Devon dan Alex deket sama Sera. Nah, sejak mereka jadi deket dan menjauh satu sama lain, hubungan mereka rada merenggang. Sadar ga sih, puncaknya itu pas lagi di kafe Imoetz kemaren?" tanyaku.

"Sadar sih. Tapi aku sih mikir kalo hal itu ga mungkin terjadi. Kalo mereka putus pun masih terikat dengan perjodohan, kan?" tanya Frankie balik.

"Iya. Tapi gara-gara teror itu, hubungan mereka agak merenggang. Ditambah lagi, kemaren Kila itu langsung ninggalin kafe Imoetz. Hubungan persahabatan pun agak merenggang. Kamu, Nando, dan Tama itu nyalah-nyalahin Alex karena dia terlalu cemburu, itu juga bisa merenggangkan hubungan persahabatan kalian. Makanya, kemaren itu aku milih netral, walau sedikit menyudutkan Alex," jelasku panjang-lebar.

Frankie terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Kamu masih diteror?"

"Masih. Tapi ga separah Kila. Kila sih udah parah banget, sampe-sampe ga tahan diteror begitu," kataku.

"Emangnya kamu tahan?" tanya Frankie dengan nada yang sangat menyebalkan alias sambil nahan-nahan senyum gitu.

Aku cemberut. "Kamu tau sendiri lah jawabannya," kataku ketus dan bete.

Frankie tertawa. "Eh, Cin, kamu laper ga?" tanya Frankie.

Aku mengerutkan keningku. "Kenapa gitu emangnya?"

"Aku laper nih. Mau makan," kata Frankie. "Makan yuk!"

"Makan di Black Butler Cafe yuk!" ajakku. "Di sana makanannya enak banget!"

"Oh ya? Aku baru pernah denger tuh nama kafe itu," kata Frankie sambil menoleh ke arahku sejenak dan cengar-cengir padaku. "Di mana alamatnya?"

"Jalan W. R. Supratman nomer 37," kataku. "Jauh sih... tapi sumpah deh, di sana enak banget."

"Ya udah, ke sana aja!"

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang