Bab 37

63 6 0
                                    

Frankie Devanda POV

Devon itu laknat pake banget.

Karena dia bertanya begitu, mau tidak mau kami mengajak Sera—juga Devon.

Oke, dia memang laknat.

"Jadi, kita ngapain makan-makan di sini?" tanya Sera heran. "Tumben banget ajak-ajak gue!"

"Yah, ga ngapa-ngapain. Makan, ya makan aja," kata Nita tanpa menatap Sera.

Udah bagus diajak, masih nanya. Dasar ga tau diri!

Aku dan Cindy sama-sama memesan nasi soto bakar. Gile, nasi soto bakar di sini memang enak pake banget deh! TE-O-PE BE-GE-TE!

Kami makan dalam keheningan. Jujur saja, aku agak kurang betah jika makan dalam keadaan hening. Biasanya, kalau makan seperti ini, aku akan ngobrol dengan Cindy. Tapi Vela...dia tidak terbiasa untuk berbicara ketika makan. Alex? Dia sama sepertiku. Tidak bisa diam kalau sedang makan. Kalau aku pribadi sih, hanya tidak ingin merasa canggung saja ketika makan.

"Ehm, sori. Boleh ga kita makannya sambil ngobrol aja..."

"Ga," sahut Vela sambil melotot padaku.

Aku mendelik sebal. "Kenapa sih? Pacar lo kan setipe sama gue! Ga bisa diem kalo lagi makan!" kataku sebal.

"Berisik tau?!" seru Vela jengkel.

"Suara dentingan garpu sama sendok itu lebih nyakitin kuping, tau?!" kataku pedas.

Kini giliran Vela yang mendelik sebal. "Dan suaramu saat ini lebih nyakitin kuping aku," katanya tak kalah pedas.

"SADISSSSS!!!!" seru teman-temanku keras sambil bertepuk tangan heboh.

"Gila lo! Lo debat sama Vela?" tanya Nando ngakak.

"Belom apa-apa udah ketampar sama omongannya," celetuk Tama.

"Lo ga akan mungkin menang debat sama pacar gue, Kie!" cela Alex sambil cekikikan.

Aku cemberut. "Terus aja bully gue," cibirku sebal.

"Lo kan manusia ter-bully," kata Alex sambil tertawa. "Udah, terima nasib aja lah, Nak."

"Gandeng!" ketusku sebal. "Eh, omong-omong..." Aku menatap pada Devon dan Sera. "Ria sama Shandra gimana?"

Devon tersenyum kering. "Tante Shandra masuk penjara. Dia jelas-jelas dinyatakan bersalah. Setelah Ria keluar dari rumah sakit karena Vela gebukin juga bakal masuk penjara," kata Devon pelan.

"Oh, bagus lah!" tandasku cepat. "Emang harusnya begitu. Harusnya sih, lo juga masuk penjara."

Meskipun sudah disindir-sindir dengan terang-terangan, sepertinya Devon memang tidak terlalu peduli pada hal-hal yang bukan menjadi urusannya. "Yah, gue sih ikutin alur aja. Kalo masuk penjara, ya sok aja. Kalo ga juga, ya syukur," kata Devon tidak peduli.

"Eh, Von," kata Alex setengah berbisik pada Devon sambil mendekatkan tubuhnya pada Devon. "Kalo lo suka sama Vela, lo kok ga keliatan PDKT sama dia sih?"

Aku mengernyit heran. Gila. Aku tidak pernah bisa mengerti jalan pikirnya si Alex Bosku yang gila ini! Kenapa dia malah bertanya begitu pada "saingannya" sendiri?

Devon mengangkat bahunya dengan cuek. "Ah, emangnya kalo PDKT harus keliatan? Lagipula, emangnya harus PDKT ya?" tanya Devon balas setengah berbisik pada Alex dan secara terang-terangan melirik ke arah Vela yang kini sedang melotot pada keduanya.

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang