Bab 36

68 5 0
                                    

Cindy Margaretha POV

Sialan. Aku benci rumah sakit.

Aku memiliki kisah yang sama dengan Frankie mengenai rumah sakit: sangat tidak berpengalaman dan tidak ingin menginap di sana. Tapi sekarang? Wajahku sudah tidak berbentuk lagi karena mahakarya dari seorang Devon Beatrix Putra.

Frankie juga senasib denganku karena harus dirawat inap. Perutnya masih harus dioperasi dan dijahit karena ternyata, perutnya masih mengeluarkan darah.

Jadi intinya, selama aku di rumah sakit, aku tidak dapat menemui siapapun kecuali Kila, Tama, Nita, dan Nando.

Vela dan Alex dirawat inap juga. Perban Vela lepas sedangkan Alex sih, alay aja. Dia cuma pengen keliatan keren saja jadinya dirawat inap. Padahal, sesekali dia menuju kamarku dan menampakan cengiran aku-ga-sakit-tapi-aku-dirawat-loh sambil berjalan riang kesana kemari.

Alex memang tolol.

"Hai, Cin!" Kalimat itu disampaikan oleh seorang Viktor Alexander ketika dia mengunjungiku dengan kepalanya yang dililit perban. Katanya sih sakit gara-gara dipukul.

"Eh, hai!" sapaku balik sambil tersenyum tipis. Untuk saat ini, aku tidak bisa senyum terlalu lebar atau kalau tidak, bisa-bisa mukaku mengeluarkan darah. "Lo...kepala lo...ehm, ngapain dililit kayak mumi gitu?"

"Sakit, tau!" seru Alex jengkel. "Dan kalo lo sebut gue mumi, lo mau sebut pacar gue apaan hah? Tangannya dia dililit, lehernya dipakein perban, kepalanya juga dililit! Mumi beneran?"

Aku tertawa kecil. "Lex, tolong, Lex. Jangan bikin gue ketawa!" seruku setengah jengkel setengah mau ngakak. "Muka gue sakit!"

"Itu sih lebok," kata Alex mengejek.

Yah, begitulah Alex. Kampret.

Nita dan Nando ke kamarku dan menyampaikan beberapa gosip dari sekolah. Tidak ada habis-habisnya jika mereka membicarakan gosip.

"Eh, si Sheina ya, sekarang udah bisa move on loh," kata Nita ketika dia menyebarkan gosip sekolahan.

"Balek?" tanyaku heran. Seingatku, Sheina naksir sama Alex dan tidak bisa move on. "Gila! Move on ke siapa?"

"Ke Edbert," kata Nando sambil menahan tawa.

Seketika itu juga, suasana menjadi hening.

"Edbert?" tanyaku heran lalu menjerit keras-keras. "EDBERT YANG GIGINYA TONGOS TERUS PAKE KACAMATA DI HIDUNG DAN PENDEK ITU?!"

Keduanya segera tertawa ketika melihatku histeris.

"Becanda woi. Becanda! Yakali cewek se-famous itu naksir sama Edbert," kata Nando sambil tertawa.

Oke, aku rasa aku baru saja dikerjai habis-habisan.

Intinya, kedatangan Nando dan Nita itu hanya mendatangkan gosip-gosip yang sangat tidak bermutu.

Kila dan Tama juga datang membesukku. Biasanya sih sepulang sekolah mereka selalu membesukku, kecuali kalau mereka ada acara keluarga sesudahnya.

"Cin, kapan sembuh?" tanya Tama padaku.

Aku mendelik sebal. "Tanya aja ke pacar lo. Kan yang peramal itu dia, bukan gue," kataku sebal.

"Tapi yang sakit kan elo," kata Kila dengan tampang polos yang sangat tidak wajar.

Oke, ternyata diam-diam, mereka berdua cukup laknat ya.

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang