Bab 35

68 7 2
                                    

Velandra Victoria POV

Aku mengerti maksudnya Cindy tadi. Tapi aku benar-benar tidak pernah menyukai Devon.

Aku tidak mengerti jalan pikirnya Alex, tapi sejujurnya, sedikit demi sedikit aku juga mulai ragu dengan perasaanku sendiri. Aku benar-benar yakin bahwa perasaan yang melibatkan Devon itu hanyalah perasaan kasihan. Aku hanya kasihan pada Devon. Tapi entah kenapa, hati nuraniku tidak bisa menentang kata-kata Cindy tadi.

Hingga akhirnya, keluarlah beberapa kata bijak dari mulutku sendiri.

Dan ketika itulah, waktu yang tepat untuk menangkap Ria, Devon, dan Shandra.

Aku buru-buru menerjang ke arah Ria ketika mereka semua masih bertepuk tangan karena ucapanku tadi. Aku segera mendorong tubuhnya hingga menabrak tembok dan mencekik lehernya dengan kencang dan kuat. Setelah puas melihatnya kehabisan nafas, aku segera menonjoknya kuat-kuat.

Dan dia ambruk seketika itu juga.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku ketika menerjang Ria, maupun setelahnya. Begitupula dengan teman-temanku, dan para orangtua. Tidak ada yang bisa berkata-kata. Semuanya terperangah melihat reaksiku yang spontan.

Di saat-saat semuanya masih terperangah, aku mengambil tongkat baseball yang ternyata sedari tadi sudah berada di lantai yang kotor. Tanpa ampun, aku segera memukulkan tongkat itu ke kepala dan perutnya Devon sekitar lima kali.

Sebelum dia pingsan, aku sempat berkata padanya sambil menarik kerah bajunya.

"Jangan jadi Ria versi cowok, yang kerjaannya cuma ngerebut atau nikung orang doang," kataku dingin. "Say goodbye to the world, bitch."

Aku sempat melihat Devon ingin menyeringai padaku, namun sepertinya kepalanya terlalu pusing untuk melakukan hal itu padaku. Jadi, yang terlihat di mataku hanyalah sebuah senyuman tipis dan sinis.

Dan setelah itu, dia juga ambruk.

Aku mengedarkan pandanganku pada sekelilingku yang masih terperangah padaku. "Kenapa? Kalian ga percaya aku bisa lakuin segitu jahatnya ya?" tanyaku sinis.

"Bukan itu," kata Nita sambil nyengir. "Gue ga percaya lo bisa ngalahin mereka dalam sekejap, sedangkan kita dari tadi rame-rame cuma adu mulut."

"Lagipula, sumber masalahnya masih hidup loh," kata Tante Flo sambil tersenyum simpul.

Kami semua segera menatap ke arah Shandra.

"Omong-omong, polisinya kenapa ga masuk-masuk dari tadi?" tanyaku heran.

"Sama mama ga diijinin masuk dulu. Biar kita yang beresin dulu masalahnya," kata mamaku datar lalu beralih lagi pada Tante Shandra. "Yang satu ini, langsung masukin penjara aja. Rian, kamu yang urusin soal kepolisian ya. Dua anak ini juga harus masuk penjara. Jangan biarin mereka sampe lolos. Dan...Celine mana?"

"Dia kan ada di atas," kata Tante Flo ringan. "Lagi ngurusin keponakannya."

###

Kilana Jeanny Laurence POV

Sesampainya aku di lantai tiga, aku mendengar suara gedoran pintu dari arah lemari. Gedoran yang tidak terlalu jelas, pertanda tangannya diikat. Kakinya juga kemungkinan besar diikat. Kalau tidak diikat, dia tidak mungkin terkurung di lemari itu.

Kan bisa nendang sekuat tenaga.

"Sera? Lo di dalem?" tanyaku hati-hati, barangkali ada jebakan atau apa.

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang