Bab 34

49 7 2
                                    

Frankie Devanda POV

Kurasa, semua masalah ini timbul hanya karena satu kata: cinta.

Yep, tidak salah lagi.

Hal itulah yang membuatku menjadi nyaman bersama Cindy. Begitupula dengan Kila dan Tama, Nita dan Nando, Alex dan Vela. Tapi tidak bisa dipungkiri jika yang namanya cinta itu pasti ada masalah.

Yah, seperti ini.

Ketika Ria mengatakan perasaan Devon yang sesungguhnya, aku berjalan mendekati Cindy dan menggenggam tangannya erat. Cindy pun segera memegang tanganku dengan erat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya.

"Jujur, aku kasihan sama Devon," kata Cindy setengah berbisik padaku.

Aku mengangguk dan tersenyum simpul. "Aku juga kasihan. Kalo aku ga inget apa yang udah dia lakuin sih, dia emang kasihan," kataku lembut. "Tapi sayangnya, dia malah ngikut jejaknya Ria. Jadi, kaga ada kasihan deh."

"Yah, kadang aku ngerasa kalau kita juga emang keterlaluan ke Ria dan Devon. Tapi, mau gimana lagi? Merekanya juga gitu kok," kata Cindy sambil tersenyum.

Aku tertegun sejenak. Berusaha untuk tidak merasa horor ketika Cindy tersenyum. Secara perlahan tapi pasti, aku memegang wajahnya yang sudah dibeset oleh pisau.

"Sakit?" tanyaku mulai khawatir.

Cindy menggeleng. "Sakit itu kalo aku kebanyakan ngomong atau senyum. Kulitnya berasa ketarik, soalnya," katanya memberi penjelasan.

Sepertinya memang tidak separah yang terlihat. Ketika kupegang wajahnya, dia hanya meringis kecil tanpa memaki-maki.

"Beneran ga sakit?" tanyaku makin khawatir.

Cindy tersenyum tipis. "Beneran kok. Omong-omong, kenapa kita jadi drama duaan gini sih?"

Aku tertawa kecil. "Abis, mereka masih diem-dieman tuh," kataku sambil tersenyum.

"Lo berdua aja yang terlalu berisik untuk saat ini, aneh! Liatin tuh! Mereka semua lagi ngeliatin lo berdua, tau?!" tanya Nita geli.

Aku melihat teman-temanku—yang ternyata benar-benar sedang melihat ke arahku dan Cindy—dan tersenyum canggung. "Eh, sori. Gue ga bikin drama sendiri kok. Silakan dilanjut acara bunuh-bunuhannya," kataku canggung.

"Eh, omong-omong, lo serius suka sama Vela?" tanya Alex datar pada Devon.

"Cemburu?" ejek Vela sinis. "Ga pantes tau, cemburu di saat begini."

"Dan rasanya ga pantes juga kalo dia ngelakuin ini semua hanya karena cemburu," kata Alex tak kalah sinis. "Gue rasa, semua yang kita lawan ini tuh hanya karena rasa cemburu aja, jadi berani ke kita."

"Setuju, Lex," sahut Kila cepat. "Tante Shandra, Ria, dan Devon itu nyerang kita karena rasa cemburu aja. Dan menurut gue, sejujurnya itu rada konyol ya."

"Kenapa konyol?" tanya Tama.

"Masa gara-gara cemburu aja, mereka harus nyerang kita kayak begini? Gue diserang begini tuh berasa lagi ngadepin psikopat gila, tau?! Dan gue rasa, untuk mendapatkan seseorang yang diinginkan itu bukan dengan cara seperti ini. Ini tuh sama aja cara yang haram!" kata Kila sebal. "Lo berdua dan tante ga usah lah, pake serang-serang segala. Ga keren, tau?!"

"Anak lo keren banget, Cel," celetuk mamanya Nita gaje.

"Anak gue," kata mamanya Kila dengan gayanya yang kece. "Omong-omong, si Rian ini mau diapain? Dibiarin kecekik aja sama Shandra?"

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang