Bab 23

58 6 0
                                    

Frankie Devanda POV

Biar aku cerita sedikit, kenapa aku bisa berada di atas angin begini.

Setelah aku mendengar semua percakapan konyol itu, aku tidak tahan lagi di dalam lemari dan segera mendobrak pintu lemari dengan kuat-kuat.

Yes! Terbuka lebar!

Aku hanya bisa ternganga ketika melihat Shandra—atau mamanya Ria—yang kini menatapku marah. Devon? Dia tidak memiliki respon apapun (atau mungkin, aku tidak bisa menebaknya. Dia kan sama seperti Kila, sulit ditebak).

Atau mungkin, Devon sengaja mengurungku di lemari dan dia sudah menduga bahwa aku akan mendobraknya?

"Devon...siapa anak ini?" tanya Shandra takut-takut.

"Dia...oh, dia pacarnya Cindy," kata Devon santai.

"Cindy? Siapa dia?" tanya Shandra lagi

Hm, sepertinya, Shandra ini kurang informasi yang update ya. "Emangnya, Anda perlu tau?" tanyaku datar.

Shandra menatapku tajam. "Kamu...jangan berani-berani sama saya..."

"Saya memang anak yang berani. Kata orangtua saya, kalo saya ga berani, mending dibuang ke laut aja. Malu-maluin kali, kalo cowok ga berani," kataku sinis.

"Kamu..." Shandra mengangkat tangannya dan siap menamparku, tapi dicegah oleh Devon.

"Tan, cukup. Bukan dia yang mau tante tampar abis-abisan," kata Devon tegas.

Seketika itu juga, Shandra menurunkan tangannya dan membuatku bernafas lega.

Sakti juga si Devon ini. Bisa membuat Shandra tunduk dalam satu kalimat panjang.

Shandra melemparkan beberapa umpatan kasar—tapi tidak mungkin kupaparkan di sini—yang jelas-jelas ditujukan untukku. Tapi sedetik kemudian, dia memasang tampang manis padaku seraya bertanya, "Kamu kenal Yuni dan Rian?"

Aku sempat mengalihkan tatapanku pada Devon, yang kini mengangkat bahunya, dan kembali lagi pada Shandra. "Ya. Mereka orangtua dari Alex dan Vela," kataku akhirnya.

"Lalu, kamu kenal sama Alex dan Vela?" tanya Shandra.

Dasar bodoh! Kalau aku sudah menyebut namanya, berarti aku sudah kenal, man! "Ya. Mereka sahabat saya."

"Cindy-Cindy itu juga?" tanya Shandra lagi.

"Iya," kataku jujur. "Dia sahabatnya Vela."

"Kalo gitu, kamu dan pacarmu itu harus mati karena mau berteman dengan Vela dan Alex," kata Shandra dingin. "Dasar anak bodoh! Kenapa kamu mau berteman dengan anak-anak seperti Vela dan Alex?!"

"Karena mereka lebih bermoral daripada anak tante yang sama sekali tidak ada moralnya, selain bermoral bejat," kataku tak kalah dingin. "Dan tolong, kita ga bodoh, terutama pacar saya. Dia juara umum di SMP Bonti."

Shandra hanya mengangkat sudut bibirnya. "Sepertinya, kamu tidak sepintar Devon," kata Shandra meremehkan. "Kalau seandainya kamu pintar, kamu pasti tidak akan berteman dengan Alex dan Vela."

Aku tidak bisa menahan amarahku lagi pada wanita sialan ini. Tanpa rasa takut dan malu, aku segera menonjok Shandra dengan kuat-kuat hingga tubuh Shandra ambruk dan menimbulkan bunyi yang cukup keras.

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang