Bab 32

55 6 0
                                    

Cindy Margaretha POV


Aku tau, kondisiku saat ini sama sekali tidak mendukung dan jujur, leherku saat ini sudah mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Tapi aku tidak boleh jadi Cindy Margaretha yang suka merengek. Aku harus jadi seorang Cindy Margaretha yang kuat dan tegar, seperti Vela.

Mengingat Vela, aku menatapnya ngeri saat ini. Dengan wajah "tercekik"-nya Vela, dia lebih mirip zombi yang dicekik ketimbang Ratu Es yang dicekik. Tapi aku takjub dengan Vela. Dia benar-benar tidak mengeluh sama sekali. Bahkan, dia berusaha mencari jalan keluar dengan cara yang halal (kalau cara yang tidak halal kan, tinggal main hajar juga bisa).

Aku tidak mengerti kenapa Vela bisa dicekik seperti itu.

"Si jenius itu rupanya udah berdarah-darah ya lehernya," kata Ria sambil menyeringai keji. "Eh, pacarnya si jenius belom bangun toh?"

"Belom," sahut Devon datar.

"Telepon polisinya udah?!" tanyaku mengerahkan semua kekuatanku untuk bertanya.

Tama tersenyum. "Udah. Lagi OTW. Ambulans juga lagi OTW," kata Tama.

"Lo telepon polisi?!" tanya Ria dengan muka tegang.

Kini, giliran aku yang menyeringai. "Kenapa? Ga suka?" tanyaku sinis, tapi entah kenapa suara yang keluar malah lemah begini.

"KENAPA LO SEMUA PADA NGADU KE POLISI?!?!?!" teriak Ria keras sehingga tanpa sadar, tangannya semakin kuat mencekik Vela sampai-sampai Vela mengeluarkan suara yang aneh dari kerongkongannya.

"Siapa yang ngadu ke polisi?! Dan tolong, cekekkan lo jangan makin kenceng, goblok!" bentak Alex marah yang ternyata baru turun dari tangga.

Dengan cekatan, Alex menjambak rambut Ria dengan tujuan agar cekikkan tangannya pada leher Vela dilepas. Tapi, alih-alih dilepaskan, cekikkan itu malah semakin kuat. Terlihat dari wajah Vela yang semakin putih memucat.

"Lepasin cekikkannya, goblok!" seru Alex kasar.

Yah, maklum kata-katanya begini. Alex dan Nita kan memang paling "rusak" soal omongan.

"Ria, cukup, Ria. Lo pengen ketauan sama polisi kalo lo nyekik Vela, hah?" tanya Devon lemah.

Jujur, aku kasihan melihat Devon. Sampai sekarang, aku—atau kami—masih tidak tau alasannya Devon mengikut-ikuti Ria (yah, sebut saja aliran "Ria"). Jadi, kalau seandainya kami disuruh memberi kesaksian perihal kejahatan Devon, pasti tidak memiliki dasar yang cukup kuat untuk memberi alasan kejahatan Devon.

"Alex! Lepasin jambakannya!" teriak Kila. "Kalo lo terus ngejambak si Ria, bisa-bisa pacar lo mati kecekik!"

Dengan tampang tidak rela, Alex melepaskan rambut Ria dengan kasar. Sesuai prediksi seorang Penilik, Ria pun segera melepaskan cekikannya pada Vela. Tapi, tidak dilepas begitu saja. Cekikkan itu dilepas dengan cara mendorong Vela kuat-kuat ke...tunggu. Arahku?!

"Vela!" seruku lemah.

Vela menerjangku dengan lemah dan menubruk tubuhku dengan menjatuhkan dirinya begitu saja.

Dan seketika itu juga, aku menyerah pada kegelapann.

###

Yunita Victoria POV

"Anak-anak kalian pada keluar juga?!" tanya Flo marah.

Aku, Rian, dan Celine mengangguk cepat.

{#MGF2} My Girl Friend is Psycho--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang