08 - Partner

183 29 15
                                    

Minhyuk menggosokkan kedua tangannya untuk kesekian kalinya. Pagi-pagi sekali ia sudah berpakaian rapi dan keluar dari dorm seorang diri, duduk di sebuah tempat asing. Bukan di tempat latihan, tapi di sebuah lobi gedung lokasi shooting yang telah ditentukan. Hari ini adalah jadwal briefing untuk shooting iklan produk yang akan dilaksanakan esok hari.

“Lee Minhyuk,” suara pelatih Choi terdengar dari arah lorong, “ayo, rapatnya akan dimulai.”

Lelaki ber-hoodie hitam itu segera mengikuti langkah Pak Choi ke ruang rapat. Beberapa orang hadirin sudah menunggu di dalam ruangan.

Annyeonghaseo.” Sapanya sambil membungkuk hormat.

“Nah, pak Director. Ini Lee Minhyuk, anak asuhan saya.” Pak Choi menepuk bahu Minhyuk dengan bangga. “Minhyuk, beliau Director Han.”

Minhyuk menjabat tangan seorang lelaki paruh baya dengan topi baret dan rompi jeans di hadapannya.

“Kau sangat tampan.” Komentar Pak Han pada Minhyuk, membuatnya tersipu.

“Terimakasih.”

Pak Han mengenalkan seorang wanita yang berdiri di sampingnya pada Minhyuk. “Nah, Minhyuk-ssi, kau tidak sendirian. Kau akan ditemani seorang partner. Model Yura.”

Wanita berambut bob itu tersenyum, mengajak Minhyuk berjabat tangan. Minhyuk terpaku sejenak. Ia tak lain adalah wanita yang tak sengaja menabraknya tempo hari, dengan blus turtle neck putih tulang berpadu balutan jas hitam dan celana blue jeans membuatnya tampak lebih elegan.

“Halo, Minhyuk-ssi. Kita bertemu lagi.”

***

Menepati janjinya pada Minhyuk, Yura mengajaknya untuk minum kopi bersama seusai briefing. Awalnya tawaran itu ia tolak dengan halus.

“Terimakasih, Yura-ssi.. tapi saya ada jadwal latihan-“

“Jangan bohong.” Yura merajuk. “aku sudah tahu kau diberi dispensasi untuk shooting selama satu minggu ini.”

Minhyuk tersenyum kikuk. Ia tak punya pilihan selain ikut masuk  ke mobil Yura dan pergi menuju kafe.

“Yura-ssi, lain kali aku yang akan mentraktirmu. Ah, bahkan aku belum punya mobil,” Minhyuk seketika menggaruk kepalanya, canggung.

Yura tertawa mendengar ucapan Minhyuk. “Oh, ide bagus. Aku harap kita sering bertemu dan hangout bersama! Tapi, sekarang sudah jam setengah dua belas, bagaimana jika kita makan siang saja?”

Minhyuk mengangkat bahunya, “aku tidak keberatan.”

“Baiklah. kita makan dimana ya.. Seafood? kau suka?”

“Boleh juga.”

Mobil Yura mulai melaju meninggalkan basement gedung, menuju sebuah restoran seafood yang diusulkan Yura. Sepanjang perjalanan, keduanya bercengkrama topik-topik ringan seperti bertukar cerita tentang profesi satu sama lain yang berlainan.

Seperti yang tertera dalam kartu namanya, Yura adalah seorang model. Namun kini karirnya merambah ke dunia akting, mulai dari commercial film hingga peran-peran kecil di drama televisi. Namanya sudah mulai sering dicari dalam beberapa mesin pencarian. Tidak seperti Minhyuk yang bahkan belum memulai debutnya dalam klub sepak bola.

Itulah mengapa Yura memesan sebuah ruang VIP yang tertutup agar keduanya dapat makan dan berbincang dengan tenang.

Minhyuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang telah direservasi. “Bukankah ini cukup mahal?”

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang