Sebuah mobil putih diparkirkan di basement Apartemen Haneul, apartemen yang tingginya mencapai sepuluh lantai. Para penumpang keluar dengan wajah kelelahan. Mereka baru saja menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Ilsan dan sampai Seoul di pagi hari.
Seungmi dan Seunghee keluar dari mobil dengan wajah setengah mengantuk. Keduanya telah sampai di tempat tinggal barunya, diantar oleh sang Ayah dan seorang supir. Seluruh barang mereka sudah diangkut terlebih dahulu ke Apartemen beberapa hari lalu.
Apartemen mereka terletak di lantai tujuh, butuh beberapa menit dengan bantuan lift untuk sampai di sana. Seungcheol dan sang supir meletakkan dua tas besar milik si gadis kembar di depan pintu apartemen.
“Kalian pasti capek, istirahatlah. Ayah langsung pulang, besok Ayah harus pergi lagi untuk tugas kerja.”
Seungmi mengerucutkan bibirnya manja. Ia memeluk lelaki paruh baya itu erat-erat, diikuti Seunghee.
“Hati-hati, Yah.”
Seungcheol tersenyum. Dibelainya kedua kepala gadisnya. “Jaga diri kalian, ya. Ayah dan Ibu akan mengunjungi kalian kalau ada waktu.”
Ketiganya berpelukan sebelum akhirnya lelaki itu meninggalkan sepasang gadis kembarnya di apartemen baru. Setelah punggung sang Ayah tak terlihat lagi, keduanya memasuki Apartemen dengan langkah lesu. Mereka berdiri di ruang tengah dengan tatapan kosong.
Seungmi menatap Seunghee sambil mengernyitkan dahinya. “Kita sudah jauh-jauh pergi dari Ilsan – tapi kenapa kita masih harus tinggal bersama?” ketusnya.
Seunghee menimpali dengan tak kalah ketus. “Hei! masih untung Ibu membayarkan apartemen yang agak besar ini untuk kita. Setidaknya sekarang kita punya kamar sendiri.”
Seungmi berdecak, melangkahkan kakinya menuju kamar. “Ya sudah, jangan menggangguku! Ini areaku. Awas saja kau!”
“Aish! Beraninya kau meneriaki kakakmu!”
Seungmi tidak mengindahkan Seunghee karena ia sudah terlalu mengantuk. Begitu pula Seunghee. Meski kesal, setidaknya keduanya bisa tidur nyenyak hari ini karena tidak akan saling membangunkan.
***
Hyunsik merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal setelah beberapa jam berkutat dengan monitor komputernya. Ia baru saja menyelesaikan sebuah arranging musik instrumen untuk lagu terbarunya. Salah satu dari beberapa proyek yang ia kerjakan bulan ini – sebuah lagu RnB untuk seorang rapper solo yang juga merupakan teman dekatnya, Jung Ilhoon.
Seperti biasa, ia akan memutar beberapa lagu soul-jazz pengantar tidur untuk mengisi kesunyian studio musiknya yang kecil itu. Lalu meronggoh sebungkus cracker di kotak persediaan snack-nya, mengisi perut yang kosong sejak beberapa jam lalu.
Pukul dua dini hari bukanlah waktu orang-orang terbangun seperti dirinya. Sejak aktif memproduksi musik, ia kerap kali tertidur di sofa studio daripada pulang ke kamar apartemennya yang nyaman, saking lelahnya.
Ini melelahkan, tapi juga menyenangkan baginya. Musik adalah sahabat setianya sejak ia berumur empat tahun hingga sekarang. Ia tidak pernah merasa lelah selama ia bersama musik. Seberapa jauh dirinya mencari minat lain – seni lukis, salah satunya –itu tidak akan lama, dan ia kembali tertuntun ke musik.
Pada akhirnya ia memutuskan untuk tetap berjalan di musik, bahkan menemukan seorang kekasih dengan minat yang sama – meskipun kekasihnya bukanlah cinta pertamanya.
Tentang cinta pertamanya, tidak ada yang pernah tahu, bahkan saudara ataupun kekasihnya yang sekarang. Seperti yang ia katakan bahwa melodi adalah untaian rasa, maka ia cukup menyimpan perasaan yang ia miliki pada cinta pertamanya ke dalam beberapa buah lagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
B[L]ACKSTREET
FanfictionDua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya saling menggenggam tangan saat tidak ada siapa-siapa. Hanya berpelukan ketika gelap tiba. Hanya mereka. Tapi tidak selamanya itu akan menjadi rah...