14 - Gloomy Saturday

164 31 17
                                    

Seungmi belum berniat memejamkan matanya, padahal sudah pukul satu dini hari. Ia duduk di ranjang dan memeluk lututnya, kadang menenggelamkan wajahnya ke atas paha. Pikirannya yang sedang kacau membuatnya semakin sulit untuk terlelap tidur.

Apa yang ia temui di restoran seafood beberapa jam lalu masih membuatnya terkejut setengah mati. Dari sekian ribu kilometer persegi luasnya Seoul, Lee Minhyuk tiba-tiba muncul di hadapannya, bersama seorang wanita cantik yang mengaku pacar barunya.

Pacarnya sangat cantik.

Memang benar, lelaki itu adalah lelaki yang menyatakan perasaan suka padanya di musim panas tahun lalu, bahkan berani mencuri ciuman pertamanya. Menatapnya seolah takkan mencintai perempuan lain selain dirinya.

Tapi, wajar saja jika lelaki itu memiliki pacar baru. Toh Seungmi tak pernah memberikan jawaban ‘iya’ padanya. Ia tidak memiliki hak apapun untuk melarang Minhyuk memiliki pacar di luar sana. Namjoo memang benar, mencari gadis yang ingin dipacari bagi lelaki setampan Minhyuk itu semudah menjentikkan jari.

Tapi, mengapa pula tadi ia meminta nomor ponselku?

Ia menggelengkan kepalanya pelan.

Ayolah, wajar saja meminta nomor kontak mantan tetangga untuk kebutuhan tertentu.

Yang masih Seungmi ingat adalah, Minhyuk adalah lelaki yang memilih dirinya dibandingkan Seunghee yang lebih cantik darinya.

Tapi kini, ternyata ia tak ada bedanya dengan lelaki lain.

Sejak awal memang sudah janggal, kenapa Oppa menyukai gadis biasa sepertiku.

Ini adalah dilematis perasaan yang sama dengan yang ia alami saat itu. Perasaan apakah ini? bukankah ia sudah meng-klaim bahwa perasaannya pada Minhyuk tak lebih dari seorang adik pada kakak?

***

“Kenapa Oppa begitu marah? Aku hanya ingin membantumu. Dia Gadis Kanvas itu, kan? Karena kau patah hati olehnya, bukankah kau harus menunjukkan dirimu sudah move on darinya? Apa yang salah-“

“Yura-ssi,” potong Minhyuk, “Bagaimana bisa kau dengan mudah menarik kesimpulan dari cerita yang baru kau dengar selapis saja?”

Yura tertawa sinis, “Lalu sekarang aku yang salah?”

Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya, menahan sekumpulan emosi disana. Tidak tampak sedikitpun gurat rasa bersalah di paras cantik Yura. Padahal wanita itu sudah membuat kesalahpahaman besar.

“Kau melewati batas, Yura-ssi. Kita belum cukup dekat hingga kau berhak mencampuri urusan pribadiku.”

Minhyuk meninggalkan Yura yang mematung di samping mobilnya. Langkahnya terhenti sejenak, lalu melangkah lagi setelah mengucapkan sebuah kalimat.

“Karena proyek kita sudah selesai, aku harap kita tidak perlu bertemu lagi.

...

Minhyuk menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan memejamkan matanya, meski ia belum terlalu mengantuk. Menghela napasnya dalam-dalam, ia menghembuskannya dengan berat, seberat beban yang ada di pikirannya.

Setelah sekian lama tidak bertemu Seungmi, kini mereka bertemu dengan kesalahpahaman yang mengganggu. Karena seorang wanita yang baru ia kenal tak lebih dari dua minggu.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat.

Dari Seungmi.

Selamat malam, Oppa. Selamat atas kencanmu. Pacarmu sangat cantik. Semoga langgeng! Saranku, lebih baik kau menghapus nomorku saja dan tidak menghubungiku lagi, nanti pacarmu bisa marah, haha. Selamat tidur.  Oh Seungmi.

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang