17 - Retakan (1)

140 31 21
                                    

Memasuki musim semi, artinya ujian tengah semester akan segera tiba. Tidak ada waktu untuk berleha-leha bagi para mahasiswa, terutama bagi tingkat pertama yang belum memiliki 'pengalaman' ujian. Perpustakaan umum Kampus KUMA lebih ramai daripada biasanya. Tim satpam harus bekerja ekstra untuk berjaga hingga malam hari karena jumlah mahasiswa yang datang membeludak.

Seunghee menyeruput kopinya yang sudah tidak lagi panas, melirik ke arah Jiyeon yang sedang memainkan ponselnya.

"Ah, aku sudah tidak kuat! Mataku malah makin sakit membacanya," keluh Jiyeon sambil menutup jurnal di tangannya.

Seunghee tersenyum. "Kau pulanglah, dan istirahat. Kau juga harus menjaga kesehatan selama ujian."

"Baiklah," Jiyeon mulai mengemasi barangnya. "Bagaimana denganmu?"

Seunghee melirik jam tangannya. "Sepertinya aku disini setengah jam lagi."

Jiyeon memicingkan matanya sambil berdecak heran. "Anak rajin." Ia bangkit dari tempat duduknya. "Kau pulang dengan siapa nanti? Dengan Ilhoon Sunbae lagi?"

Seunghee membelalak terkejut, lalu tersenyum canggung, "Apa sih yang kau bicarakan-"

"Sudahlah, jangan mengelak lagi. Kalian sudah sering jadi buah bibir teman-teman karena kedekatan kalian." Jiyeon kembali duduk di kursi, matanya yang mengantuk seketika kembali berbinar. "Tidak banyak yang bisa akrab dengan Ilhoon Sunbae seperti dirimu. Akhir-akhir ini kalian dekat sekali sampai sering pulang bersama, ya kan?"

"Tidak seperti itu. Aku kebetulan dekat dengannya karena dia temannya.. temanku."

Dahi Jiyeon mengerut. "Apa? Teman? Kau.."

Seunghee menggigit bibir bawahnya. Mengatakan cerita pribadinya pada orang yang belum lama ia kenal bukanlah kebiasaannya. Ia diam sejenak agar tidak salah berucap.

"Ya, jadi.. aku punya seorang teman. Dia bekerja sebagai produser musik. Dan.. Sunbae bekerja sama dengannya. Jadi aku dikenalkan padanya karena kebetulan satu kampus. Ya, begitulah."

"Pro..duser?" Jiyeon seketika menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan mungilnya. "Woah! Daebak! Oh Seunghee, bukan apa-apa tapi.. aku tak menyangka diam-diam relasimu seluas itu! Kau nanti bisa lebih mudah bekerja di perusahaan entertainment setelah lulus nanti karena sudah punya channel! Woah, tak disangka."

Seunghee hanya tersenyum kecut. "Ya sudah. Cepat pulang, sebelum makin larut."

"Baiklah." Jiyeon bangkit kembali dari kursinya, kini benar-benar pulang.

Alih-alih kembali membaca bahan kuliah, kini Seunghee malah melamun tidak jelas.

Hyunsik semakin sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya, bahkan mereka tidak pernah bertemu selama sebulan terakhir, hanya bisa berkomunikasi lewat telpon dan SMS.

Sementara karena terdesak kebutuhan, akhir-akhir ini ia malah sering bertemu dengan Ilhoon, bahkan belajar beberapa kali di studio pribadi sang Sunbae. Padahal sebagai seorang selebriti, bukankah kesibukannya tidak jauh beda – bahkan mungkin lebih – daripada Hyunsik?

Satu persatu mahasiswa mulai mengemasi barang mereka dan meninggalkan perpustakaan. Seunghee yang sudah kehilangan fokusnya akhirnya memutuskan untuk ikut pulang juga.

"Hei, Anak Rajin!"

Seunghee menoleh ke arah sumber suara yang familiar itu. Seketika bibirnya menyunggingkan senyum simpul.

"Sunbae!" sahutnya singkat.

Ilhoon berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Anak rajin yang terlalu mengkhawatirkan nilai rapot. Asal kau tahu, saat kau bekerja nanti nilai-nilaimu tidak akan berarti jika kau tidak bisa buat lagu bagus."

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang