"Seuuung!"
Sebuah suara nyaring dari balik pintu membangunkan Seungmi yang setengah terlelap. Dari intonasinya saja dia hapal betul, itu suara Namjoo.
"Masuk, Joo."
Pintu kamar yang tidak dikunci itu terbuka. Namjoo menghampirinya sambil membawa sekeranjang buah-buahan di tangannya. Ia tak sendirian, ada Sungjae di belakangnya.
"Oh, Yook! Kau juga datang."
"Tentu saja. Kau membuat rencana kencanku dengan Namjoo batal gara-gara dia bersikeras mau menengokmu," timpal Sungjae. Namjoo segera menyikut lengan Sungjae.
Seungmi tertawa lemah. "Ya, ya. maafkan aku. Aku selalu membatalkan rencana kencan kalian yang romantis itu. Ya sudah, sana pergi kencan saja."
"Aish, lihatlah nenek-nenek ini. Aku hanya bercanda," seru Sungjae.
Seungmi kembali tertawa. "Duduklah. Bawa kursi belajarku itu, Sungjae."
Namjoo duduk di samping Seungmi di atas ranjang sementara Sungjae menggiring kursi belajar Seungmi dan duduk di atasnya. Seungmi melihat kedua sahabatnya itu bergantian. Untuk pertama kalinya mereka datang ke apartemennya sejak ia pindah dari kampung halaman.
"Sebentar, bagaimana kalian bisa sampai disini?" tanya Seungmi penasaran.
"Kau tidak tahu? Seunghee memberitahuku," seru Namjoo. "Kalau dia tak mengabariku, aku tidak akan tahu kau sedang sakit."
"Ponselmu juga tidak aktif," sambung Sungjae.
"Oh ya, aku lupa mengisi baterai-nya," Seungmi meraih ponsel disampingnya dan menyerahkannya pada Sungjae. "Stop kontaknya ada di dekat meja. Yook, charge ponselku disana."
Namjoo hanya tertawa melihat Sungjae mencibir karena tidak bisa menolak suruhan Seungmi yang sedang sakit.
"Kau mau minum, Seung? Mau makan? Katakan apa yang kau mau. Suruh dia sepuasnya," ujar Namjoo di sela tawanya, membuat bibir pacarnya semakin cemberut dan keriting.
***
Hari Minggu yang cerah. Seharusnya ini menjadi hari yang tepat bagi sepasang kekasih untuk pergi kencan ke sebuah tempat yang menyenangkan. Namun rupanya tidak berlaku untuk Seunghee. Pacarnya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan secara halus berkata untuk tidak menghubunginya hingga hari Senin.
Ia sudah menyelesaikan segala pekerjaan rumah. Membereskan ruang tengah, mencuci piring, hingga menyiapkan sarapan dan makan siang. Seharusnya ia punya waktu untuk pergi keluar dan sekedar mencari hiburan.
Mengobrol dengan Seungmi pun tidak mudah. Hubungan mereka tidak begitu baik akhir-akhir ini. Lagi, mereka memang tidak pernah mengobrol tanpa bertengkar atau berdebat di ujungnya. Merasa tidak bisa menemani Seungmi, Seunghee dengan putus asa menelpon Namjoo dan mengabari keadaan adiknya itu padanya.
Seungmi terlihat lebih bahagia saat bersama teman-temannya.
Tidak biasanya Seunghee merasa 'cemburu' pada teman Seungmi. Bukan rasa iri karena ia tidak begitu banyak teman. Tapi karena ia merasa tidak bisa dekat dengan adiknya, sedekat adiknya bersama Namjoo. Namjoo bahkan mengetahui banyak cerita Seungmi yang ia tidak tahu.
Seperti ada garis yang membatasi dirinya dan adiknya sendiri, membuat sebuah jarak yang membentang diantara mereka. Yang bahkan Seunghee pun tidak punya cukup nyali untuk melewati garis batas itu.
***
"Recording-nya hari Selasa malam. Katakan pada manajermu untuk mencocokkan jadwal," ujar Hyunsik sambil tak melepaskan pandangannya dari monitor.
![](https://img.wattpad.com/cover/141603990-288-k310091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
B[L]ACKSTREET
أدب الهواةDua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya saling menggenggam tangan saat tidak ada siapa-siapa. Hanya berpelukan ketika gelap tiba. Hanya mereka. Tapi tidak selamanya itu akan menjadi rah...