27 - Operasi Perangkap

125 28 5
                                    

"Dia tidak menemui gadis itu lagi?" tanya Yura sambil menuangkan bir kedalam sebuah gelas besar dan menaruhnya di hadapan seorang lelaki berbaju serba hitam yang duduk di satu meja dengannya. Lelaki itu menggeleng.

"Ya, dia tidak pergi kemana-mana. Hanya latihan ketat sepanjang hari. Atau minum di bar terdekat dengan Yoon Doojoon. Membosankan." ucap lelaki itu dari balik masker hitamnya.

"Lalu kenapa dia tidak jawab telponku?" ketus wanita itu kesal, kini sambil menuangkan bir ke gelasnya sendiri.

Lelaki itu mengangkat bahunya, acuh. Yura tidak melihat senyum miring di balik masker hitamnya, menertawakan sang majikan yang sedang gelisah.

"Aku tak habis pikir denganmu. Lee Minhyuk itu kan bukan chaebol seperti pacar-pacarmu yang dulu. Mengapa kau tiba-tiba memacarinya?" celetuk lelaki itu.

Yura menatap tajam pada lelaki itu, lalu tersenyum sinis. "Terimakasih telah melakukan riset tentangku, mata-mataku, tapi itu bukan urusanmu. Lakukan saja tugasmu dengan benar."

Lelaki itu mengangkat bahunya, menurunkan masker hitam itu untuk menenggak birnya dan memakainya kembali. Ia yakin, wanita ini tidak akan semata-mata memacari Minhyuk tanpa alasan apapun. Jika mereka pacaran karena benar-benar saling menyukai, mana mungkin si wanita rela menyewa seorang mata-mata untuk mengintai pacarnya sendiri?

Tepat sekali wanita ini menawarinya menjadi mata-mata Lee Minhyuk, padahal ia bukanlah seorang profesional. Ia hanya seseorang yang kini kebetulan tinggal satu atap bersama Minhyuk. Lee Minhyuk yang membuat iri seisi asrama – termasuk dirinya – karena memiliki pacar seorang model cantik. Lee Minhyuk yang tiba-tiba amat ia benci.

Bahkan sebenarnya, tanpa bayaran pun ia akan melakukan hal serupa. Melakukan segala cara untuk membuat Lee Minhyuk si anak baru itu menderita. Membuat hubungannya dengan Yura berantakan. Membuatnya dikucilkan oleh member tim yang lain dengan cara menghasutnya diam-diam.

Ia terus tersenyum lebar di balik masker hitamnya. Sebuah senyum kemenangan.

***

Intruksi dadakan.
Semua harap berkumpul di GOR pukul tiga sore. Ada hal yang ingin kusampaikan pada kalian.

Kapten Yoon.

Pesan singkat sang Kapten telah sampai pada setiap ponsel para anggota, membuat mereka segera bergegas untuk menuruti titah sang leader. Hari ini Doojoon akan mengumumkan sebelas anggota yang menjadi pemain utama untuk turnamen mereka yang akan datang, sesuai perintah Pak Choi.

Sebuah perintah yang kebetulan melancarkan rencana Minhyuk hari ini.

Tepat pukul tiga, segerombol anggota asrama berkumpul dan segera membentuk sebuah barisan seperti biasa. Doojoon menyisir satu persatu anggota yang telah berbaris dengan rapi.

Larinya cepat sekali. Sepertinya dia seorang pelari yang baik.

"Silahkan berhitung," instruksi Doojoon setelah mereka selesai berbaris rapi.

"Satu,"

"Dua,"

Sebelas orang pemain utama dan empat orang pemain cadangan, seharusnya ada empat belas orang anggota yang hadir jika Doojoon tidak dihitung.

"Tiga belas."

Kini setiap anggota memeriksa kehadiran satu sama lain untuk menebak satu orang yang tidak datang.

"Lee Minhyuk tidak datang."

Doojoon berdecak, pura-pura kaget.

"Astaga, anak itu. kemana dia? Kalian tidak melihatnya di koridor kamar sebelum pergi kesini?"

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang