10 - Senior Jung

191 31 7
                                    

Seungmi baru saja mengangkat panci ramyun dari kompor saat pintu apartemennya terbuka.

“Aku pulang.” Suara Seunghee terdengar dari arah ruang tamu. Seungmi meninggalkan panci ramyun di meja makan dan menghampiri kakaknya yang terduduk di sofa ruang tamu.

“Habis darimana?” selidik sang adik.

“Sudah kubilang, kan. Aku makan bersama teman,” jawab Seunghee lesu.

“Teman? Kau sudah punya teman yang bisa diajak makan malam secepat ini? hebat. Ini prestasi yang luar biasa.” Seungmi menimpali sarkastik. Ia yakin, Seunghee baru saja makan bersama Hyunsik Sunbae.

Seunghee menatap Seungmi dengan kedua alis yang menyatu. “Teruslah mengoceh sampai kau sadar ramyun-mu sudah dingin dan mengembang.”

“Aish,” ketus Seungmi, sebelum meninggalkan Seunghee ke ruang makan.

Diambilnya sekotak kimchi segar pemberian Ibunya minggu lalu dari lemari pendingin. Tidak ada hal yang lebih ampuh untuk memperbaiki mood Seungmi selain makanan. Gadis itu memakan ramyun-nya dengan lahap, seolah lupa bahwa beberapa saat yang lalu wajahnya tertekuk karena bad mood.

Sementara di ruangan yang berbeda, sang kakak sedang melamunkan makan malamnya bersama selebriti Jung Ilhoon.

***

“Apa kau tidak khawatir makan disini, Sunbae? Tidak takut papparazi?” tanya Seunghee pelan-pelan.

Ilhoon mengangkat bahunya. “Tak apa, setidaknya aku digosipkan dengan gadis yang cukup cantik,” jawabnya santai.

Seunghee hanya menelan ludahnya mendengar lontaran cheesy Ilhoon. Ia meremas kedua tangannya di bawah meja, menyalurkan kegugupannya. Bagaimanapun ini kali pertama ia makan berdua bersama seorang lelaki selain Ayahnya dan Hyunsik.

“Santai saja, Oh Seunghee. Manajerku duduk di sudut kedai ini. ia akan memberitahuku kalau ada hal yang mencurigakan.

Seunghee hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Akhirnya pesanan dua mangkuk myeon datang juga.
“Hmm, sedap sekali aromanya,” komentar Ilhoon sambil mengangkat sepasang sumpit.

“Maafkan aku, Sunbae. Dompetku hanya mampu mentraktirmu semangkuk myeon,” Seunghee meringis.

“Tak masalah. Asal kau mentraktirku sembilan kali lagi."

Mata Seunghee membulat, “apa??”

Ilhoon sontak tertawa melihat kepolosan adik kelasnya itu. “Aku bercanda. Hanya saja.. mungkin kita akan sering bertemu dan makan seperti ini.”

Dahi Seunghee mengernyit, “Maksudnya?”

“Apa kau tidak tertarik belajar musik terapan padaku? Mungkin nilai akademisku bukan tertinggi tapi.. aku kan sudah cukup lama terjun dalam pekerjaan yang nyata,” lanjut Ilhoon dengan datar.

Seunghee berdecak dan berucap dalam hatinya, mengapa ada lelaki dengan tingkat percaya diri setinggi ini? Namun di satu sisi ia membenarkan ucapan lelaki ini, bukankah pengalaman adalah guru terbaik?

“Kalau tidak berbayar, aku mau belajar darimu, Sunbae.” Timpal Seunghee pelan. Ilhoon kembali tertawa. Tampaknya ia benar-benar terhibur oleh kepolosan Oh Seunghee.

Keduanya mulai menikmati semangkuk myeon selagi masih panas. Penampilan Ilhoon yang tak mencolok membuat mereka tak berbeda dengan sepasang kekasih biasa yang makan bersama.

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang