32 - Meledak

171 28 26
                                    

Awalnya Minhyuk berpikir, masalah akan selesai dengan sendirinya setelah ia berhasil menemukan si penguntit dan mengakhiri hubungannya dengan Yura, ternyata tidak sesederhana itu. Setelah Gikwang berhasil tertangkap dan kena skors karena tindakan penguntitan, seisi asrama malah semakin mengucilkan Minhyuk.

Turnamen akan dilaksanakan sebentar lagi, namun sepertinya tidak ada anggota yang bisa ia ajak mengobrol atau kerjasama. Doojoon sedang sibuk dengan urusannya, ia juga tidak enak bila terlalu sering mengadukan masalahnya pada sang Kapten.

Di saat seperti ini, ingin sekali ia pulang ke rumah orangtuanya, memeluk sang Ibu, bercerita keluh kesahnya dan menenangkan diri. Namun itupun enggan ia lakukan, ia tidak mau menambah beban orangtuanya di saat seperti ini. Ia sudah berjanji untuk pergi dari rumah dan hanya akan bertemu mereka setelah sukses.

Menemui Seungmi? Tidak, ia tidak akan menemui gadis itu sebelum turnamen selesai. Ia ingin bertemu dengannya dalam suasana yang menyenangkan.

Akhirnya ia menelpon sebuah nomor yang sudah lama tidak ia hubungi. Lee Jungmin, satu-satunya saudara kandung yang ia miliki. Setidaknya masih ada yang bisa ia temui untuk menenangkan diri sebelum menghadapi turnamennya yang kedua.

***

Seungmi mematung di depan meja makan yang sudah terisi sejumlah makanan untuk sarapan pagi. Siapa lagi kalau bukan Seunghee yang menyiapkannya.

Ia menatap pintu kamar Seunghee yang masih tertutup. Mungkin kakaknya tidur lagi di kamarnya, atau justru pergi ke kampus lebih pagi. Seungmi hanya bisa menerka-nerka tanpa kejelasan karena mereka bahkan tidak tahu jadwal kuliah satu sama lain.

Dipikir-pikir, sudah dua hari ia tidak bercengkrama dengan Seunghee. Kakaknya itu selalu menyediakan makanan tepat waktu di atas meja makan, namun selalu tidak sempat makan bersama. Selain ia yang selalu berusaha menghindari Seunghee, kebetulan Seunghee selalu tidak sempat menemuinya.

Atau mungkin, bukan kebetulan..?

Krubuk..

Suara keroncongan dari perut seketika merusak perenungan panjangnya. Segera ia buang jauh-jauh segala pikiran akan kemungkinan buruk yang tiba-tiba mampir di kepalanya itu. Ia tidak akan bisa berpikir jernih saat sedang lapar. Berharap ia bisa bertemu dengan kakaknya sepulang dari kampus.

***

"Heol. Kau datang sendirian? Mana pacar modelmu itu, hah?"

Itulah sapaan pertama dari Jungmin, kakak Minhyuk, saat pertamakali melihat adiknya berdiri di balik pintu apartemennya. Paras sepasang adik-kakak ini amat mirip, hanya saja tubuh sang kakak lebih tinggi tegap dan wajahnya sedikit lebih lebar dari adiknya. Sejak kecil, mereka sering disalahpahami sebagai sepasang adik-kakak kembar saking miripnya.

Minhyuk tersenyum kecut. "Kau sedang sendirian? Khawatir noona sedang ada di rumah dan aku mengganggu kalian."

"Tidak, dia sedang tidak ada disini," Jungmin menggelengkan kepala. "Ayo, masuk."

Minhyuk menghela napas panjang, merasa lega. Beruntung ia masih memiliki tempat untuk bersinggah. Jika pacar kakaknya sedang ada disana, mungkin saja ia tidak bisa berlama-lama singgah dan harus kembali ke asramanya yang menyesakkan.

Minhyuk menutup pintu apartemen Jungmin dan mengikuti kakaknya itu ke dalam. Sudah lama sekali ia tidak datang ke sini. Terakhir kali adalah sepulang wajib militer sebelum ia memutuskan untuk pindah ke Ilsan.

Apartemen ini masih tetap sama. Bersih, rapi dan tidak ada begitu banyak barang. Minhyuk duduk di salah satu sofa berwarna krem yang nyaman itu, menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata.

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang