2.1 Unexpected

2.3K 364 155
                                    

Warning! Ada beberapa adegan kekerasan yang akan sensitif bagi sebagian orang, jika tidak berkenan, mohon dilewati.

Jihoon mengangguk pelan, tangannya merogoh remote yang tadi digunakan oleh Baekhyun untuk mengatur posisi ranjangnya. Namun, tangannya tak sampai. Kuanlin yang menyadarinya terkekeh, ia langsung mengatur posisi ranjang Jihoon supaya berbaring.

"Terima Kasih, Dokter,"

"Bukan masalah. Aku akan memeriksamu, maaf ya–," ucap Kuanlin sebelum ia menaikkan sweater merah Jihoon hingga sebatas dadanya. Kuanlin memakai stethoscope yang semula menggantung di lehernya, kemudian memeriksa detak jantung Jihoon.

Stethoscope yang terasa dingin itu bersentuhan dengan kulit Jihoon, membuat Jihoon menggeliat pelan karena merasa geli. Kuanlin tidak kuasa menahan tawanya. Jihoon tampak sangat menggemaskan.

"Kau merasa geli, hm? Apa kau tidak pernah diperiksa dokter sebelumnya?"

Jihoon menggeleng, menyanggah pertanyaan Kuanlin. Ia sering sekali datang ke rumah sakit, tentu saja ia sering diperiksa oleh dokter. Namun, stethoscope yang digunakan Kuanlin itu memang terasa sangat dingin di kulitnya, membuatnya menggeliat geli.

"B-bukan begitu, hanya saja alatmu itu begitu dingin saat menyentuh kulitku,"

"Oh ya? Mungkin karena aku sudah terlalu lama berada di ruangan. Detak jantungmu normal, sekarang mari kita ukur suhu tubuhmu dulu," Kuanlin mengambil termometer yang sudah disiapkan oleh perawatnya –Perawat Ha. Ia kemudian mengukur suhu tubuh Jihoon, kembali tersenyum setelah melihat Jihoon berada dalam suhu yang normal.

"35,4 derajat. Suhu tubuhmu normal. Apakah ada keluhan?"

Jihoon mengangguk. "Tubuhku sakit sekali saat digerakkan, Dokter,"

Kuanlin menatap Jihoon. "Sabar ya, sekarang kau berada dalam masa penyembuhan. Aku dengar kau mendapatkan beberapa hantaman keras? Benar begitu?"

Jihoon kembali mengangguk, membenarkan pertanyaan Kuanlin. "Y-ya, benar,"

Tangan Kuanlin terulur untuk mengusak surai Jihoon. Membuat Jihoon sedikit tersipu dengan perlakuan Kuanlin barusan. "Aku yakin kau akan segera sembuh. Dari data rekam medismu, kau sudah transfusi darah sebanyak dua kantung dari semalam,"

Baekhyun yang sedari tadi berada di samping perawat Ha membenarkan ucapan Kuanlin. "Benar, Dok. Tadi pagi kantung yang kedua baru habis,"

Kuanlin menganggukkan kepalanya. "Karena kemarin hemoglobinmu rendah sekali, mencapai angka tiga koma, kau masih harus mendapatkan beberapa kantung darah lagi. Tadi perawat bilang mereka masih mencari beberapa kantung darah, jadi ditunggu saja ya, Jihoon?"

Jihoon tersenyum simpul. "Baiklah kalau begitu, Dokter. Tapi, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Kuanlin tersenyum, kemudian kembali menganggukkan kepalanya. "Tentu saja boleh, Jihoon. Memangnya, apa yang ingin kau tanyakan, hm?"

Jihoon melirik ke arah perutnya sejenak. "Kapan makanannya datang? Aku sudah lapar,"

Dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Jihoon barusan membuat Baekhyun menepuk keningnya, Perawat Ha yang tak sanggup menahan tawanya, dan Dokter Lai Kuanlin yang masih menatapnya tak berkedip.

-989 Monete-

Jihoon kini sedang menyantap makanannya dengan nikmat. Ia tidak mempedulikan Daniel dan Chanyeol yang menatapnya dengan tatapan heran. Chanyeol baru saja sampai begitu Dokter Lai selesai melakukan pemeriksaan pada Jihoon. Lelaki itu sempat dibuat heran dengan Kuanlin yang langsung memerintahkan Perawatnya untuk menghubungi bagian penyajian makanan begitu selesai memeriksa adiknya.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang