Bab 22 : I Know

972 175 136
                                    

[ Flashback to the day after they went to Everland ]

Matahari yang bersinar dengan cerahnya mampu membuat sebagian orang menjadi lebih ceria. Walau ini sudah memasuki musim dingin sejak beberapa hari yang lalu, tapi matahari masih setia menampilkan dirinya di langit yang penuh dengan awan, tampak seperti tumpukan kapas yang sangat empuk bila dipakai berbaring.

Siang ini, ia sedang menyiapkan makan siang untuk dirinya dan kekasihnya yang masih setia terlelap. Kekasihnya baru pulang tadi pagi ketika ia bangun dari tidurnya. Ia hendak membangunkan sang kekasih terlebih dahulu untuk menyantap makan siangnya, kemudian ia akan berkata pada kekasihnya untuk melanjutkan tidurnya.

Ia mengerti jika kekasihnya sangat lelah. Sudah hampir tiga hari kekasihnya tak kembali ke rumah karena ia sibuk di rumah sakit untuk menangani serangkaian operasi. Kekasihnya itu sangat workaholic, ia maklum dengan kebiasaan kekasihnya yang memilih untuk tidak pulang jika ada jadwal operasi yang berdekatan. Sejak kemarin, lelaki itu melakukan tiga operasi. Setelah pulang dari Everland, sang kekasih pergi ke Rumah Sakit malam-malam. Ia bilang ada operasi yang harus disegerakan.

Lelaki itu memotong daun bawang, kemudian memasukkannya ke dalam sup yang sedang ia buat. Ia membuat budae jjigae hari ini, makanan kesukaan kekasihnya. Supnya sebentar lagi matang, dan itu sudah waktunya untuk membangunkan kekasihnya ㅡjika saja tidak ada seseorang yang mengetuk pintu apartemen yang tertutup dengan rapat.

Tangannya membuka celemek yang ia gunakan, kemudian berjalan menuju pintu guna melihat siapa yang datang. Ternyata, yang datang adalah petugas dari pengiriman barang.

"Apakah benar ini alamat Tuan Park Jihoon?" tanya si kurir yang berseragam biru. Ia membaca tulisan yang tertera di sebuah amplop cokelat besar ㅡterbungkus dengan plastik di luarnya.

Jihoon menautkan alisnya. Ia tak merasa membeli barang online. Jika ia membeli sesuatu melalui situs internet pun Jihoon akan mengirimkannya ke apartemennya, tidak akan mengirim ke apartemen kekasihnya. Tapi kemudian ia menerima paket yang dikirimkan padanya.

Jihoon kembali masuk ke dalam ruangan, mengambil gunting guna membuka paket yang ia terima barusan. Lelaki itu mematikan kompor, kemudian duduk di kursi makan sambil membuka paket yang membuatnya penasaran. Apakah ia baru saja memenangkan kuis?

Perlahan ia merobek amplop cokelat yang ada di tangannya, mengeluarkan sesuatu yang ada di dalamnya ㅡyang ternyata berisi setumpuk foto. Jihoon mengerutkan keningnya ketika menatap kumpulan foto itu. Matanya membulat sempurna. Lelaki itu bisa merasa kakinya melemas, tapi kemudian ia menghela nafasnya, mencoba mengatur perasaannya. Jihoon memasukkan foto-foto itu lagi ke dalam amplop berwarna cokelat, membawanya masuk ke kamarnya.

Jihoon duduk di ranjang yang selama ini ia tempati. Menghela nafas dalam, kemudian mengambil ponselnya yang semula sedang diisi daya. Ia berusaha untuk menghubungi seseorang. Entah mengapa ia merasa ingin menghubungi seseorang yang sudah dianggapnya seperti kakaknya sendiri, Kang Daniel. Jihoon mencabut charger yang masih menempel pada ponselnya, kemudian menekan nomor Daniel. Ini masih jam makan siang sekarang, sepertinya Daniel pun sedang menyantap makan siangnya dan belum kembali bekerja lagi.

"Halo, Daniel hyung?"

"Ya, Hoon. Ada apa? Aku sedang makan siang, nih. Kau mau?"

"Bukan, bukan begitu. Aku ㅡada sesuatu yang hendak aku bicarakan denganmu, hyung. Bisakah kita bertemu?"

"Nanti malam? Nanti malam tidak bisa, aku ada rapat dengan para petinggi Haseul Corporation. Besok juga aku tidak bisa karena aku harus pergi ke Yongin untuk meninjau resort yang berada di sekitar Everland. Bagaimana kalau lusa? Sekalian kau temani aku membeli pakaian. Aku hendak membeli banyak pakaian karena pakaianku banyak yang tidak muat".

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang