Bab 25 : Back Again.

953 180 88
                                    

Hujan badai turun dengan begitu derasnya di kota Seoul. Angin berhembus dengan kencang, bahkan menumbangkan beberapa pohon yang semula berdiri dengan kokoh di sisi jalan. Petir saling berteriak bersahut-sahutan.

Sejak beberapa jam yang lalu, badai sudah turun membasahi kota Seoul yang sibuk. Karena hujan turun dengan begitu derasnya, tidak banyak orang yang masih melakukan pekerjaannya pada jam segini. Padahal, biasanya jalanan masih ramai. Sekarang, jalanan sudah mulai lenggang karena tak banyak kendaraan yang menggunakan jalanan.

Bunyi ponsel yang berdering membuat seorang lelaki yang sedang mengemudi dan terlarut dalam pikirannya sedikit terkejut. Ia melihat ke arah ponselnya sekilas, ada sebuah nama yang menghubunginya sekarang. Ia menekan suatu tombol di kemudi mobilnya yang memerintahkan program untuk segera mengangkat panggilan tersebut tanpa ia perlu mengambil ponselnya. Lelaki itu hanya tinggal mendengar suara penelpon yang bicara saja.

"Niel, dia terluka sangat parah".

"Aku tahu, kau tidak perlu mengatakannya lagi padaku, hyung. Tolong tangani dia sebaik mungkin. Aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu. Aku akan segera datang kesana jika aku sudah menyelesaikan urusanku ini. Oke? Aku yakin kau bisa melakukannya, Dokter Minhyun".

"Begini, Niel. Urat nadinya hampir putus. Darahnya berkurang banyak sekali, sangat banyak. Aku harus meminta persetujuan dari wali pasien untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Banyak hal yang harus disetujui terlebih dahulu sebelum aku melakukan tindakan, Tuan Kang. Karena banyak resiko yang mengintainya jika aku melakukan tindakan ini".

"Kalau begitu, anggap saja kau wali dari pasien bernama Park Jihoon. Bagaimana pun juga, kau berperan banyak dalam hidup Jihoon dan kau sangat dekat dengan Jihoon sejak dia masih kecil. Kau juga yang berperan banyak dalam menjaga Jihoon dari sisi kesehatan. Aku tahu kau bisa melakukan yang terbaik, hyung. Jadi, lakukan apapun yang menurutmu terbaik. Aku percaya padamu".

"Baiklah kalau begitu, Niel. Aku akan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan ini. Ah, jika saja kau tak membawanya kemari secepatnya, mungkin semuanya sudah terlambat. Kami sedang berusaha untuk membuatnya sadar. Lukanya sangat dalam, Kang. Ia hampir mati kehabisan darah".

"Ya, maka dari itu aku minta padamu supaya terus berusaha untuk menyembuhkannya, hyung. Aku ㅡakan segera kembali ke rumah sakit saat semuanya sudah kulakukan, okay? Aku sangat berharap padamu, hyung".

"Berdoa, Niel. Aku hanyalah perantara kesembuhan. Bagaimana pun juga, Tuhan yang memberikan kesembuhan itu pada Jihoon. Jadi, kumohon doanya saja. Jangan pernah putus mendoakan Jihoon, Kang".

"Ya.. Aku tidak akan putus mendoakannya".

Sambungan terputus. Lelaki itu mengemudikan mobilnya di tengah hujan deras menuju ke sebuah apartemen yang berada di salah satu sisi kota Seoul. Waktu sudah menunjukkan jam dua pagi, lazimnya orang-orang akan menikmati tidur malamnya sekarang dan tidak berkeliaran di malam hari, terlebih saat hujan badai seperti ini.

Ia membanting stir mobilnya ketika ia sampai di sebuah apartemen yang gedungnya bahkan bisa terlihat dari kantornya. Ia memarkirkan mobilnya sembarangan, kemudian turun dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam apartemen yang tergolong mewah itu.

Kakinya melangkah dengan cepat, menimbulkan suara beradu antara sepatu pantofel yang digunakannya sekarang dengan lantai marmer yang dingin. Tidak ada orang yang berkeliaran pada jam segini, membuat suara yang ditimbulkan dari sepatunya semakin terdengar dengan jelas. Lelaki itu dengan raut wajah kerasnya menekan tombol lift yang akan membawanya tiba di lantai tujuannya.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang