Bab 7 : Blind

2.2K 298 167
                                    

Amor caecus est

Cinta itu buta.

Seminggu berlalu sejak Kuanlin dan Jihoon mulai menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih, yang mendapatkan respon baik dari teman-teman mereka, terlebih Hyungseob yang memekik histeris ketika Jihoon kembali dari kafe malam itu. Bagaimana pun juga, ia merasa bahagia karena sahabatnya sudah menemukan cinta yang baru.

Hyungseob bahagia karena Jihoon kembali menjadi Jihoon yang dulu. Jihoon yang ceria dan periang. Jihoon jadi lebih sering menyunggingkan senyuman di wajahnya, membuat teman-temannya ikut bahagia karena hal itu.

Termasuk Daniel. Walau pada awalnya lelaki itu sangsi dengan hubungan Jihoon dan Kuanlin, namun ia ikut senang karena Jihoon sudah menemukan kebahagiaannya yang baru.

Setidaknya itu yang ia tunjukkan.

Sayangnya, seminggu setelah itu Jihoon dinyatakan harus menjalani transfusi karena hemoglobinnya yang semakin rendah, kini mencapai angka lima koma. Mau tidak mau, Jihoon harus menjalani transfusi darah di bawah pengawasan Dokter Hwang Minhyun.

Sekarang, lelaki itu sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Menunggu kantung darah yang –katanya, sudah diambil oleh para petugas Rumah Sakit dan sedang di perjalanan.

Jihoon ditemani dengan Hyungseob dan Daehwi. Samuel tidak ikut serta dengan mereka karena ia mempunyai kepentingan sendiri untuk menemani Ibunya. Ah, anak yang baik.

Ketiganya kini sedang berbincang, sesekali mereka menertawakan perbincangan mereka. Kamar Jihoon sangat ramai. Untungnya, ia selalu mendapat kamar VVIP yang akan dihuni oleh Jihoon sendirian, jadi mereka tidak mengganggu orang lain.

"Hoon, Daniel hyung akan datang,"

Jihoon menganggukkan kepalanya. "Benarkah? Kalau begitu, bilang padanya supaya membawa paket ayam pedas dan keju, juga membawa kimbap yang pedas. Jika ia mau membawakan tteokbbokki juga akan lebih baik lagi,"

Hyungseob dan Daehwi mengangkat alisnya. "Untuk apa makanan sebanyak itu?" tanya Hyungseob.

"Tentu saja untuk kalian, juga untukku. Aku ingin makan ayam goreng pedas dan tteokbbokki,"

"Yaak! Kau akan mendapat makanan dari rumah sakit! Jangan makan apapun yang aneh-aneh dulu, kau belum sembuh!" Daehwi menaikkan volume suaranya. "Apa-apaan itu tteokbbokki. Hoon, kau harus makan makanan dari rumah sakit dulu sampai kau sembuh! Jika kau sudah sembuh, ayo kita makan tteokbbokki sepuasnya! Mengerti?" sambung Daehwi.

Jihoon mengangguk malas. "Baiklah,"

"Kau itu seharusnya menurut pada Dokter Minhyun, Hoon. Kalau ia tahu kau bandel begitu, ia pasti akan marah dan memberikanmu banyak obat. Memangnya kau mau? Obat-obatanmu saja kebanyakan berakhir di tong sampah," Hyungseob kini kembali membuka suaranya.

"Iya, iya. Aku tidak akan macam-macam. Sungguh," sahut Jihoon pada akhirnya, mengalah pada dua kawannya demi kebaikannya sendiri.

Ketiganya kembali melanjutkan pembicaraan, sampai pada akhirnya mereka menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan.

"Saya masuk, ya,"

Seorang Dokter melangkah masuk ke dalam ruang inap Jihoon, diikuti dengan seorang perawat di belakangnya. Dokter itu berjalan menunduk sambil membaca data rekam medis milik Jihoon, tampaknya ia sangat serius.

"Loh, Jihoon?!"

"Eh? Hehe, halo Dokter –Lai,"

Hyungseob dan Daehwi saling berpandangan. "Jadi ini kekasih Jihoon?" bisik Daehwi pada Hyungseob, yang dijawab dengan sebuah anggukan kecil. "Tampan sekali," Daehwi masih berbisik.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang