Bab 12 : Jeju

1.3K 208 58
                                    

"Selamat pagi, cintaku. Ayo bangun,"

Sebuah bisikan didengar oleh Jihoon secara samar-samar. Ia masih belum bisa membedakan apakah itu hanyalah mimpinya saja atau itu sebuah kenyataan. Ia mengerjapkan matanya, pelan. Kelopak matanya masih terasa amat berat. Mungkin, ia kelelahan karena perjalanan yang dilakukan kemarin dan beberapa hari terakhir ini ia tidak mendapatkan cukup istirahat karena tugas kuliahnya dan masalah-masalah lain yang sedang dihadapinya.

"Mmh-," hanya sebuah erangan kecil yang bisa didengar dari mulut Jihoon. Ia kembali memejamkan matanya, melarang cahaya matahari yang memaksa masuk ke dalam indera pengelihatannya. Jihoon membenamkan wajahnya ke bantal, membuat Kuanlin yang melihatnya terkikik geli. Kuanlin sudah bangun sejak tadi, ia bahkan sudah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Sedangkan Jihoon masih asyik bergelung di bawah selimut tebal. Hari ini memang lebih dingin daripada hari kemarin, mungkin itu yang membuat Jihoon lebih memilih untuk bersembunyi di bawah selimut tebal yang hangat.

Kuanlin tersenyum melihat Jihoon yang enggan bergerak dari posisinya. Ia sedikit menyingkap selimut yang menjadi bagiannya, ikut masuk ke dalam selimut lalu memeluk tubuh Jihoon erat. Membiarkan kemejanya yang sudah disetrika dengan rapi menjadi sedikit berantakan karena pergerakannya. Kuanlin memejamkan matanya, seperti halnya Jihoon yang masih enggan membuka kelopak matanya.

"Kamu ingin tidur lagi, hm? Baiklah kalau begitu, ayo kita tidur lagi sampai kamu puas, Bulat", ucap Kuanlin dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Jihoon merasakan pergerakan yang dilakukan oleh Kuanlin, namun ia lebih memilih untuk memejamkan matanya dibandingkan membuka kelopak matanya untuk melihat sosok kekasih tampannya. Ia bisa menghirup aroma wangi khas Kuanlin dari kemeja yang dipakai lelaki itu. Pasti, Kuanlin sudah menyemprotkan parfum pada tubuhnya sehingga Kuanlin sudah benar-benar wangi layaknya biasanya.

"Mmh, Linlin, mengantuk".

Kuanlin tersenyum, ia mengangguk.

"Iya, sayang. Ayo tidur bersamaku," bisik Kuanlin dengan suara bariton khasnya. Kuanlin turut memejamkan matanya, ia juga kurang tidur belakangan ini karena mendapat tugas jaga malam. Sambil mendekap tubuh gempal Jihoon, keduanya terlelap. Kembali masuk ke alam mimpi masing-masing. Dan mimpi Kuanlin lebih indah, karena adanya Jihoon di dekapannya.

-989 Monete-

Jihoon terbangun dan bisa melihat wajah Kuanlin yang terlelap nyaman. Wajah kekasihnya itu terpatri dengan indah, sangat tampan walau ia hanya sedang terlelap. Jihoon tersenyum. Perasaannya jauh lebih lega setelah mendengar pengakuan Kuanlin padanya semalam. Jihoon menggunakan jari telunjuknya untuk menyusuri wajah kekasihnya, perlahan. Khawatir akan Kuanlin yang bisa terbangun kapan saja. Satu hal yang baru Jihoon sadari, kulit Kuanlin sangatlah indah. Lembut, bagaikan bayi. Terlebih di bagian pipinya. Tapi, tak dapat Jihoon pungkiri ia bisa melihat kerutan samar di kening Kuanlin. Mungkin, lelaki itu terlalu banyak berpikir sehingga mulai muncul kerutan kerutan di dahinya, walau nyaris tak terlihat sama sekali.

"Aku tampan, ya?"

Jihoon sontak terkejut ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Kuanlin. Sedangkan Kuanlin hanya terkekeh, geli. Ia sebenarnya sudah bangun sejak Jihoon mulai membuka matanya. Namun, ia  kembali memejamkan matanya, ingin melihat bagaimana reaksi Jihoon saat menemukannya masih tertidur. Memang, Kuanlin itu sesungguhnya jahil. Ia ingin sekali melihat reaksi kagetnya Jihoon. Dasar.

"Linlin menyebalkaaann! Aku kaget, tahu! Hmmph!" Jihoon menggembungkan pipinya, kemudian berbalik memunggungi Kuanlin yang sedang berusaha untuk menahan tawanya. Kekasih Lai Kuanlin itu sangat menggemaskan. Tidak heran jika Kuanlin sangat senang mencubiti pipi Jihoon dengan cukup keras. Jihoon itu sangat lucu, mudah untuk digoda dan dijahili. Dan itu semakin membuat hubungan keduanya penuh warna.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang