3.1 The Meeting

2.4K 334 119
                                    

"Jihoon, bangun!"Hyungseob mengguncangkan tubuh Jihoon yang masih terlelap di ranjangnya. Ini sudah jam tujuh pagi. Hyungseob sudah selesai membuat sarapan untuk keduanya. Hari ini memang jadwal Hyungseob untuk membuat sarapan. Jihoon sebenarnya sudah bangun sejak jam lima, namun ketika ia mengingat yang membuat sarapan pagi ini adalah Hyungseob, maka ia kembali terlelap di kasurnya."Ayo bangun, Jihoon. Sarapan sudah siap. Kita akan pergi jam delapan,"

Jihoon menggeliat pelan begitu mendengar penuturan Hyungseob. Ia menatap Hyungseob dengan pandangan sayu. "Kenapa harus pergi? Daniel hyung melarangku untuk pergi hari ini," ucapnya, kemudian kembali membenamkan wajahnya di bantal.

"Ayolah. Aku akan mengarang cerita pada Daniel, kalau kau akan pergi untuk urusan Kampus. Lagipula, sudah lama kau tidak pergi jalan-jalan. Kau juga butuh hiburan, Hoon. Pokoknya, serahkan semua padaku,"

Jihoon menatap Hyungseob. "Ya, ya, oke. Tapi, kenapa harus jam delapan? Aku masih mengantuk, Seobie. Nanti saja perginya, jam sembilan," Jihoon kembali menarik selimutnya hingga menutupi setengah bagian wajahnya.

"Ayolah, Jihoon. Nanti aku akan membelikanmu Ayam Goreng Mexicana kesukaanmu, dua paket. Lengkap dengan Caramel Macchiato dari Tom n Toms Coffee. Dan satu set brush pen metalik yang sudah kau inginkan sejak lama," bujuk Hyungseob, masih setia mengguncangkan tubuh Jihoon. Jihoon yang mendengar penawaran menarik dari Hyungseob mengangkat alisnya.

Sudah lama aku tidak pergi ke Tom n Toms. Jika dibayari oleh Hyungseob, tentu saja itu akan menjadi lebih menyenangkan. Terlebih, ia akan memberikanku brush pen metalik dari Faber Castell, lebih baik aku ikuti saja –pikir Jihoon.

"Baiklah kalau begitu, tapi kau janji ya belikan aku Ayam Goreng Mexicana dan Caramel Macchiato hari ini!"

Jihoon kini beranjak dari posisinya, mendudukkan tubuhnya yang masih sering terasa nyeri karena kejadian dua bulan yang lalu. Karena lukanya cukup parah, jadi ia masih sering merasa sakit di bagian perutnya, terlebih jika baru bangun tidur seperti ini. Hyungseob dengan sigap membantu Jihoon untuk duduk di ranjangnya.

"Iya, iya. Apapun untukmu, Hoon. Kalau begitu, sekarang kita sarapan dulu, lalu kau mandi dan bersiap-siap untuk pergi,"

Jihoon mengangguk. Keduanya kini berjalan menuju ruang makan. Terdapat sebuah meja persegi dengan empat buah bangku di sana. Kedua lelaki itu kini mulai menyantap sarapan yang dibuat oleh Hyungseob, sarapan sederhana berupa waffle dengan saus stroberi dan segelas cokelat hangat.

Hyungseob sangat mahir dalam membuat hidangan seperti ini. Jihoon seringkali berpikir, ia terlahir dengan tangan ajaib yang bisa membuat roti jenis apapun. Roti-rotian itu biasanya sulit dibuat, jarang sekali akan berhasil hanya dalam satu kali percobaan walau sudah mengikuti resep dengan sangat runtut.

Namun Hyungseob selalu bisa membuatnya. Hyungseob sendiri mempunyai cita-cita ingin mendirikan sebuah Toko Roti. Ia senang membuat adonan roti, melihat adonan itu mengembang sebelum ia memanggangnya di dalam oven yang bersuhu sangat panas. Dan ketika roti buatannya berhasil, senyuman bahagia akan selalu terukir di wajah Hyungseob.

Menu sarapan yang dibuat oleh Hyungseob selalu berkaitan dengan roti, sedangkan menu sarapan yang dibuat Jihoon akan selalu ada semangkuk nasi dengan berbagai macam side dishes seperti kimchi, japchae, dan ikan teri kesukaan Hyungseob.

"Bagaimana sarapannya, Hoon?" tanya Hyungseob sambil menyesap cokelat panasnya.

"Selalu enak, seperti biasanya," puji Jihoon. "Saus stroberinya sudah hampir habis, ya? Kalau habis, bolehkah aku menggantinya dengan saus bluberi atau cokelat? Atau mungkin karamel?" tanya Jihoon, sambil mengunyah potongan waffle di mulutnya.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang