Bab 15 : Under Caffeine.

1.2K 218 129
                                    

Sebuah pagi yang cerah di hari Sabtu. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, masih bisa didengar suara burung yang berkicau indah di pagi ini. Mungkin, mereka bersorak karena hari ini merupakan hari yanh cerah ㅡmengantarkan kepada hari yang indah, biasanya.

Ini masih tergolong pagi, tapi lelaki itu sudah mengemudikan mobilnya menuju Cheongdam yang berjarak lumayan jauh dari kediamannya. Ia menginjak pedal gas, tatapannya tampak sangat fokus memandang jalanan kota Seoul yang masih tampak lengang. Mungkin karena ini masih cukup pagi, belum banyak orang yang melakukan aktifitas hariannya.

Lelaki itu mengenakan sebuah sweater bermotif dengan warna dasar cokelat eboni dan sebuah celana panjang berwarna khaki yang tampak sangat pas di tubuhnya. Ia mengemudikan mobilnya, hingga tiba di sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi. Lelaki itu memutar kemudi mobilnya dengan cukup brutal kala ia memarkirkan mobilnya. Untung saja, basement apartemen itu kosong. Jadi, ia bisa leluasa memilih tempat parkir untuk mobilnya.

Ia segera turun begitu selesai memarkirkan mobilnya. Membanting pintu mobilnya dengan cukup keras, membuat petugas keamanan yang berjaga mengalihkan atensi kepada dirinya yang kini melenggang masuk ke dalam apartemen dengan tak acuh pada keadaan sekitarnya.

Ia berjalan sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam celananya. Berjalan dengan cuek, tak peduli dengan bisikan-bisikan dari perempuan yang melihatnya dengan pandangan kagum. Lelaki itu menekan tombol lift begitu sampai di depannya. Menunggu selama beberapa detik sebelum pintu lift itu terbuka, mengizinkannya untuk masuk dan segera pergi ke lantai dua puluh.

Ia menekan angka dua puluh di deretan angka yang menunjukkan jumlah lantai di gedung apartemen itu. Karena ia hendak pergi ke lantai dua puluh, maka ia menekan angka itu. Lelaki itu bersandar di dinding lift, menunggu hingga lift tiba di lantai dua puluh ㅡsesuai dengan permintaannya.

Ting!

Pintu lift terbuka. Ia sudah tiba di lantai yang dituju. Kaki panjangnya melangkah menyusuri koridor yang nampak sepi, tidak ada penghuni yang berpapasan dengan dirinya. Lelaki itu melangkah ke sebuah lorong, kemudian berhenti di sebuah pintu besi sebelum mengetikkan angka ㅡpin yang sudah diketahui olehnya sejak beberapa tahun yang lalu. Dan pintu itu otomatis terbuka, membuatnya bisa masuk ke dalam apartemen bernomor 2033 itu.

Ia mengerutkan keningnya. Ini sudah jam sembilan pagi ㅡbahkan sudah jam setengah sepuluh. Tapi, tidak ada tanda-tanda aktifitas yang berlangsung di apartemen ini. Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar yang sudah sangat ia hafal. Mengetuk pintunya beberapa kali, menunggu jawaban dari sang pemilik kamar.

"Mmhmㅡ".

Lelaki itu mengerutkan keningnya. Tapi kemudian ia memutuskan untuk membuka kenop pintu kamar itu perlahan, untungnya pintu itu tidak dikunci. Ia segera masuk ke dalam kamar tersebut, kemudian memutar bola matanya begitu melihat satu buntalan besar selimut di atas ranjang.

"Bangun! Ini sudah pagi!"

Dengan tega ia menyibak selimut yang menyelimuti tubuh yang sedang meringkuk nyaman di atas ranjangnya. Membuat erangan muncul dari sang pemilik selimut, menarik kembali selimutnya yang disingkirkan dari tubuhnya. Merapatkan kembali selimut itu, enggan beranjak dari ranjangnya barang sedikit pun. Kini ia justru semakin memejamkan matanya, mengabaikan keberadaan seorang lelaki yang kini ada di dalam kamarnya.

Ia mendesah kasar. Mengusap wajahnya sendiri, menatap lelaki bertubuh gembul itu yang masih nyaman berada di ranjangnya. Padahal, ia sendiri yang bilang jika mereka akan bertemu pada pukul delapan pagi. Tapi nyatanya, ini sudah lewat beberapa jam dari waktu yang ditentukan.

Lelaki tadi memilih untuk duduk di pinggiran ranjang. Menatap sahabatnya yang bahkan tak bergerak ketika ada seseorang yang duduk di ranjangnya. Ia hanya bisa memutar bola matanya, malas. Tapi entah mengapa, kini ia ikut merebahkan tubuhnya di ranjang yang sama dengan sahabatnya yang masih berada di alam mimpi.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang