30.1 Would be Better

790 151 46
                                    

[18 Maret]

Hujan turun mengguyur kota Seoul di pagi hari. Lelaki itu mengadahkan kepalanya menatap langit, menjulurkan tangannya hingga membiarkan tangannya dibasahi air hujan. Dia tampak tak berekspresi.

Dia menatap ke sekelilingnya, orang-orang sedang sibuk menyiapkan venue untuk pamerannya yang akan digelar beberapa jam lagi. Seseorang menepuk bahunya —Ahn Hyungseob. Dia datang bersama sang suami —Park Woojin dan juga Lee Daehwi. Ketiganya menatap lelaki penadah air hujan tadi dengan senyuman.

"Selamat atas pameranmu, Jihoonie! Aku yakin kamu akan lulus dengan nilai terbaik!" Hyungseob menarik Jihoon ke dalam pelukannya, begitu pula Daehwi yang kini ikut memeluk kedua sahabatnya dengan erat.

Jihoon tersenyum, mengangguk dalam pelukan Hyungseob. Dia sudah menyiapkan ini dengan matang, dan Jihoon sangat berharap semua akan berjalan dengan lancar. Jihoon memeluk Hyungseob dan Daehwi dengan erat.

"Sudah, sudah. Kau ganti pakaianmu dulu sana, Hoon. Dosenmu akan datang sebentar lagi, bukan? Kau harus bersiap di belakang", Woojin menepuk bahu Jihoon, diikuti dengan anggukan dari Jihoon.

"Selamat atas pameranmu. Aku tak bisa berlama-lama di sini karena harus segera pergi ke Rumah Sakit —Hyungseob dan Daehwi akan menemanimu seharian di sini. Jangan cemas, okay? Daniel hyung juga akan segera datang. Dia bilang masih ada beberapa urusan yang harus diurusnya", ucap Woojin.

Jihoon mengangguk, kemudian ia tersenyum.

"Iya, Woojin. Jangan cemas, oke?"

"Kau tak pernah berhenti membuatku cemas, Park Jihoon", Woojin mengusak rambut sepupunya dengan kasar. Sengaja membuat surai cokelat yang sudah tersisir rapi itu kembali berantakan.

"Dasar Park Woojin! Kudoakan mayat-mayat itu hidup lagi!"

"Diam kau gila!" rutuk Woojin sebelum dia meninggalkan venue pameran seni Jihoon.

Jihoon kini berdiri berdampingan bertiga dengan dua sahabatnya. Mereka bercengkrama karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu —terhitung ini adalah pertemuan pertama Jihoon dengan Hyungseob setelah pernikahan Hyungseob dan Woojin. Hyungseob dan Woojin sendiri baru kembali seminggu yang lalu. Jadi, ketiganya mempunyai banyak cerita yang akan mereka ceritakan di pertemuan mereka hari itu.

Jihoon masih punya banyak hal yang harus dilakukan, dia juga harus memberi sambutan saat membuka pameran yang akan dimulai beberapa jam lagi. Setelah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih baik, Jihoon kembali menghampiri kedua temannya. Menurutnya, itu bisa menghilangkan rasa gugup yang sejak tadi menyelimuti dirinya. Setidaknya, saat berada bersama orang-orang terdekatnya Jihoon akan merasa lebih baik.

Dan Jihoon berusaha melupakan perasaan kecil yang sejak tadi menyelinap di hati kecilnya.

-989 Monete-

Keduanya berpapasan di koridor yang kebetulan sedang sepi pagi ini. Hanya saling bertukar pandangan, tanpa ada salah satu di antara mereka yang berhenti layaknya biasanya. Si Jangkung dengan snelli itu menatap sahabatnya dengan pandangan sedih.

Hubungan mereka memang menjadi renggang semenjak hubungan cintanya dengan sepupu dari sahabatnya itu kandas. Dan sahabatnya pasti sudah mengetahui apa penyebab kandasnya hubungan mereka melalui sesumbar dari orang lain yang berada di sekitarnya —atau mungkin sang sepupu sendiri yang menceritakan alasan berakhirnya hubungan keduanya.

Si Jangkung merasa sedih, dia merasa kehilangan sahabat yang sudah menemaninya sejak bangku Sekolah Menengah Atas itu. Si Gingsul adalah sahabat terbaiknya, dia tak pernah menemukan teman sebaik seorang Park Woojin. Tapi, dia juga tidak ingin bercerita dengan Woojin apa yang sebenarnya terjadi —karena menurutnya itu hanya akan memperkeruh suasana yang sudah keruh.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang